Agen Bola

Agen Bola
Agen Bola

Thursday, January 14, 2016

Agen Bola - Cerita Sex: Tante Muda Cantik Hot

Agen Bola -  Cerita Sex: Tante Muda Cantik Hot

Agen Bola - Venombet.com - Saat, aku berdiri sendirian di depan ekskalator, di lantai 4 Dieng Plaza Malang. Selama di situ, aku hanya bengong sambil melihat orang-orang lewat di depanku. Sampai tiba-tiba ada cewek menghampiriku sambil membawa barang belanjaannya.

Agen Casino021 - Aku lihat kayaknya sedikit lebih tua dariku. Yah.. kutaksir umurnya sekitar 28-an deh. Tapi dia cantik sexy sekali, cocok jadi bintang film. Apalagi dengan dandanannya yang natural dan rambutnya yang tergerai indah sedada berwarna merah kecoklatan.., cakep sekali deh! Bodinya sexy banget. 

Pake tank top warna putih, yang kayaknya Agen Bola Online kekecilan buat dadanya sehingga terlihatlah putingnya di balik bajunya. Aku terpesona sekali melihatnya, tapi aku takut dia marah.
Tiba-tiba.. dia nepuk pundakku sambil bertanya,
“Maaf mas, kalau ‘pasar ikan’ adanya dimana ya..?”
Aku berusaha menutupi kekagetanku dan berusaha menjawab sesantai mungkin,”Ahh.., Mbak ini becanda ya.. disini mana ada yang jual ikan mbak. Adanya ya di pasar besar..”
“Oh, gicu ya Mas ya..” katanya sambil mikir.
Cerita Sex | Itulah awal pembicaraan kami rupanya dia tadi hanya memancingku aja, sampai akhirnya kenalan dan ngobrol North-South. Namanya Juliet, umur 31 tahun, rumah di Jl. Taman Wilis 1C Malang, mantan gadis sampul yang bersuami seorang pengusaha. Kebetulan suaminya lagi tugas 1 bulan ke Liverpool Inggris, jadi dia jalan-jalan sendirian. Belum punya anak, karena suaminya menderita impoten.
Setelah ngobrol selama 1 jam sambil makan di cafe. Lalu, aku diajaknya ke rumahnya. Dia mengendarai mobil mewahnya BMW Sport 1 pintu.
Setelah sampai di rumahnya yang sangat besar. Padahal aku baru melihatnya dari depan saja.
Setelah di-klakson sama dia, seorang satpam membuka pintu pagar.
Sebelumnya, Mbak Juliet sudah bilang,
“Kalau ada pembantu saya, kamu bilang aja saudara dari suamiku, ya..?”
Sambil berakting layaknya bintang sinetron, Mbak Juliet memperkenalkan aku sebagai saudara suaminya pada pembantunya. Dan lalu menyuruhnya untuk masak-masak buat makan malam.
“Ayo masuk Son..? Duduk-duduk saja dulu sebentar di dalem.. ya.. Aku mau ganti baju dulu..” katanya setelah pembantunya pergi ke dapur.
“Eee.. mbak.. kamar kecilnya dimana ya..?”tanyaku.
“Ayo deh, Mbak tunjukin..”katanya sambil menggandeng tanganku.
Sampai akhirnya tiba di kamar mandi.
“Tuh kamar mandinya di sana..” katanya sambil menunjuk ke pintu di ujung kamar.
Aku langsung ke sana, dan ketika mau menutup pintu, Mbak Juliet tiba-tiba menahan pintu dari luar kamar mandi sambil berkata dengan genit,
“Jangan lama-lama ya Son..!” Terus ditutup deh pintunya sama dia.
Pas lagi pipis, mataku tiba-tiba tertuju pada sebuah benda panjang yang berada di balik botol-botol sabun. Ketika kuambil.., ternyata penis plastik yang berwarna hitam..! Lalu..
Karena pintunya tidak kukunci, secara diam-diam Mbak Juliet masuk ke kamar mandi. Karena saat itu aku sedang kaget, tiba-tiba aku dipeluk dari belakang secara lembut. Tangan kiri Mbak Juliet meraih tanganku yang lagi memegang penis tiruan itu, sedangkan tangan kanannya meremas kontol-ku.
“Ini mainan aku Son, kalau lagi kesepian..” bisiknya tepat di telingaku.
Aku terdiam seperti patung, keringat mengucur dengan deras sekali..
“Tapi jauh lebih enak kalau pake yang asli Son..” desahnya.
Aku benar-benar tidak dapat berbuat apa-apa ketika dia mulai menjilat leher sekitar telinga. Rasanya geli-geli enak dan aku benar-benar tersihir. Sambil terus menjilat dia berusaha membuka celanaku dari belakang.
“Hhh.., jangan Mbak..!” aku berusaha mengingatinya.
Tapi.. kenapa Son..? Hhhmm slurp.. slurp.., nggak suka ya..?” desisnya sambil tetap mencium dan menjilat leherku.
“Hhh.., Sony masih perjaka mbak..!” kataku.
“Ahh.. masak sih.. ayo dong.. ntar Mbak ajarin deh.. nikmat kok Son.. mau ya Son..?”katanya
“Tapi mmbakk.. hh..”teriakku.
“Ayo ikut ke kamar Mbak aja ya.. biar lebih enak..” katanya sambil menarik lenganku.
Dia menuntunku keluar kamar mandi sampai di pinggir ranjang, langsung memagut mulutku dengan ganas. Lidahnya meliuk-liuk mencari-cari lidahku, sementara tangannya kembali berusaha membuka celanaku. Aku yang sudah pasrah dan bengong, mendekap tubuhnya yang sexy dan montok.
Setelah celanaku melorot, ciumannya beralih ke leher, ke dada, perut, dan akhirnya ke penisku. Dia mengurut penisku pelan-pelan, “Woowww.. enak banget rasanya.. ohh..?” desahku.
“Kamu tetap berdiri, ya Son.. jangan rebah..!” pintanya sambil tersenyum manis.
Aku mengangguk saja.
“Kontol kamu.. Sonn.. enak banget.. hhmm..!”
Tiba-tiba dia langsung menghisap penisku, bahkan mengocok-ngocok di mulutnya.
“Ohh..?” desahku keenakan.
“Hhmm.. slurp.. slurp..! Aahh.. slurp.. slurp..!”
Kadang-kadang dia sengaja mengguncang-guncang penisku ke kiri ke kanan dengan mulutnya, sementara kedua tangannya mengelus-elus pantat dan bijiku.
“Aahh.. jangan kenceng-kenceng dong, Mbak..!” kataku saat dia menghisap dengan bernafsu.
Dia hanya tersenyum, lalu meneruskan kegiatannya. Hisap.. lepas.. hisap.. lepas.., terus sampai akhirnya dia seperti kelelahan.
“Hmm.., kontol kamu enak banget Son..” katanya sambil menjilat bibirnya yang penuh lendir.
Kelihatan sekali dari sorot matanya yang liar kalau dia sudah sangat horny.
“Udah lama saya nggak ngisap kontol seenak ini, Son..”
“Mbak..”panggilku.
“Jangan panggil aku Mbak dong..” desisnya sambil mencium kepala kemaluanku,”Panggil Jull.. aahh.. aja ya.. sstt..” desahnya.
Kembali dia menjilat kemaluanku dengan lidah meliuk-liuk seperti lidah ular. Kali ini jilatannya naik ke atas, sambil tangannya membuka T-shirt-ku. Aku juga tidak mau kalah, ikutan membuka baju-nya. Dan ohh.. terlihatlah susunya yang besar itu.. kayaknya 36C. Ternyata dia tidak memakai BH. Jadi sekarang hanya sisa CD-nya aja.
“Ayo, hisap dong tetekku Son..” desahnya.
Aku tidak menunggu lama-lama lagi, langsung kulumat payudara yang bulat itu. Awalnya yang kiri, dan yang kanan kuremas-remas. Juliet mengerang dan menjatuhkan diri ke ranjang.
“Aahh.. sstt, ayyoohh.. sedot yang kuat.. Son.. hh.., hiissaapp.. putingnya oohh.. oohh..!” desahnya.
Aku dengan semangat menghisap sesuai perintahnya. Sesaat kugigit lembut putingnya.
“Aaahh.. ennakk..! Hhh.. sedot terus.. sstt.. yang.. kuathh.. aahh..!” jeritnya sambil menggelinjang.
Rupanya arus kenikmatan mulai menerpa Juliet. Tangan kananku mulai menjelajah memeknya yang masih tertutup CD. Wah, sudah basah rupanya..! Apalagi saat jari tengahku menyelinap di antara Labia majora, kerasa sekali beceknya.
Pinggulnya mulai naik turun, rupanya Juliet sadar ada benda asing yang menggesek kemaluannya. Apalagi saat jariku menyentuh klitorisnya, makin kencang goyangannya. Seakan berusaha agar jariku tetap di klitorisnya, tidak pindah kemana-mana. Terbukti saat tangannya memegang tanganku yang ada di kemaluannya,”Ya.. Say.. teruss.. oohh.. sstt.. gesek itilku.. oohh..!” erangnya.
Sekarang ciumanku sudah pindah ke lehernya yang jenjang dan harum mulus. Memeknya tetap dihibur dengan jariku, sementara tanganku yang lain membelai rambut indahnya.
“Udahh.. Son.. aku nggak tahan say.. sst..!” kata Juliet.
Lalu dia menelentangkan aku dan dia ada di atasku. Dia langsung menempatkan lubang kemaluannya tepat di depan wajahku dan secara perlahan dia buka CD-nya dengan membuka ikatan tali di sampingnya. Tercium semerbak wangi memeknya yang benar-benar membuatku terangsang. Tampak tetesan lendir di lubang memeknya.
“Hm.., wangi sekali Jul. Sony suka baunya..” kataku.
“Kamu suka bau memekku, Son..?” katanya manja.
“Ya Jul, dua-duanya say..”
“Kalo gitu, jilatin dong say memekku..!” katanya sambil menurunkan memeknya ke wajahku.
“Ayo jilat, Say..!” desahnya.
Kuhisap-hisap klitorisnya yang menyembul, kujilat memek dan anusnya. Dan semua yang ada di sekitar kemaluannya kujilat dan kuhisap.
“Jilaatt.. ohh.. terruusshh.. Son.. jillaatt.. itilnyaa.. itilnyaahh.. teerruusshh.. ohh..” desahnya.
Wajahku benar-benar dijadikan gosokan sama dia. Digosoknya terus memeknya di wajahku, kadang berputar-putar. Lalu, Juliet mengubah posisinya jadi di bawah, tapi tetap sambil kujilat memeknya. Dia menggeliat-geliat, kadang menyentak ke belakang saat klit-nya kuhisap atau kujilat. Kadang mengerang, menjerit, melolong, bahkan kadang kepalaku dijepit dengan kedua pahanya yang putih mulus itu.
“Ahh.. ohh.. oohh.. Jul mau keluaarr.. Sayyhh.. ohh.. ohh..”desahnya.
Saat dia menjerit-jerit cepat-cepat kuhentikan jilatanku dan cepat-cepat berdiri di samping ranjang.
“Jul.. kamu nggak pa-pa kan..”kataku bingung.
Tidak lama kemudian Juliet tersadar..
“Ahh..? Lho..? Koq.. Kenapa berhenti sih Son..?” setengah menjerit, lalu celingukan mencariku.
Setelah melihatku ada di sampingnya sambil bengong, Juliet benar-benar geram.
“Kamu.. bener-bener jahat Son..!”
Juliet memasukkan 2 jari kirinya ke memeknya.
“Sony.., kamu bener-bener jahat..!” jeritnya.
“Tapi, Jul kan tadi menjerit.. Sony jadi ketakutan..” kataku.
“Aduh.. kamu kok culun amat sih Son.. dasar perjaka.. tapi nggak pa-pa deh..”katanya.
Untung diluar masih hujan besar. Jadi jeritannya tertutup dengan suara hujan.
“Sini dong Son..!” pintanya manja.
Karena aku bengong terus lalu dia dengan meraung seperti macan dia melompat dari ranjang, berusaha menerkamku. Tapi gagal, karena aku berkelit karena ketakutan. Aku berusaha menghindar dari sergapannya yang dipenuhi hawa nafsu.
“Jahat..! Jahat..! Jahat..!” jeritnya sambil berusaha mengejarku.
Kami berdua seperti penjahat dengan korbannya yang lagi main kejar-kejaran.
Karena kelelahan aku berhasil ditangkapnya. Aku langsung duduk di kursi sofanya. Lalu, tanpa basa-basi lagi, Juliet langsung duduk berhadapan di pahaku. Bulu kemaluannya terasa lembut menyentuh pahaku, sedangkan batang kemaluanku merapat di perutnya.
“Mau lari kemana, Son..? Jahat..!” katanya sambil menggesek-gesekkan puting susunya ke putingku, rasanya nikmat sekali.
“Orang Jul lagi mau ‘keluar’ koq dikerjain.. hh..? Itu nggak boleh, Say..!” omelnya sambil menatap tajam.
“Ya Jul.. Sony salah..” kataku.
Lalu kupagut bibirnya yang basah itu. Langsung dibalas dengan ganas. Juliet memelukku dengan erat sambil menggesek naik turun kemaluannya ke kontolku.
Kemudian dia menghentikan pagutannya, lalu tersenyum mengejekku.
“Kamu udah bikin Jul pusing, kamu harus Jul hukum..” katanya.
“Dihukum apa Jul..?” kataku penasaran.
“Hukumannya ini Son..” lalu Jul meraih kontolku dan langsung dimasukkan ke memeknya, “Ngentotin sampai aku puaass.. oohh..!”
Lalu, Juliet langsung menggenjot kontolku UP-DOWN.
Aduh, benar-benar nikmat nggak tahunya. Begitu ketat mencengkeram kontolku. Sementara itu, di depan wajahku terpampang payudara besar yang terguncang-guncang.
“Ahh.. oohh.., kontol kamu.. enak Son.. sstt.. ahh.. sst.. ahh..” desahnya sambil naik turun.
Aku tidak dapat menjawab, soalnya lagi asyik melumat teteknya. Tanganku mengelus-elus sekitar pantat semoknya sampai belakang memeknya, biar dia benar-benar puas.
“Ah.. ah.. terus Son..! Jangan berhenti Say..! Jul, suka ngentot sama kamu.. hh enak.. ohh.. ahh..!” jeritnya.
Kadang kusentak juga dari bawah, dan Juliet senang sekali kalau sudah begitu.
“Sentak lagi.. oohh.. Aaa..! Iya.. iya.. gitu.. lagi.. lagii.. oohh..!”
Lagi asyik-asyiknya dia menggenjot kontolku, tiba-tiba kuberdiri sambil membopongnya. Lalu aku jalan-jalan keliling kamar sambil tetap dia mengocok kontolku dengan memeknya yang luar biasa. Sebagai ganti sentakan yang dia suka, aku jalannya kadang seperti orang melompat. Kan jadi sama nyentaknya. Tapi itu tidak dapat lama-lama, karena badannya lumayan berat. Jadi aku balik ke ranjang.
“Kamu di bawah ya, Say..! Jul suka di atas.. ss..” desisnya manja.
“Ya.., buat Jul.. apa aja deh..!” kataku.
Tanpa banyak buang waktu, Juliet kembali melanjutkan goyangannya. Kadang goyangnya benar-benar maut, sampai menyentak kepalanya ke belakang. Atau kadang sambil meremas payudaranya, seperti di film-film Vivid. Atau dengan merebahkan kepalanya di dadaku. Sambil mengocok, seperti biasa dia suka sekali berkata kotor.
“Hhmm.., ohh.. yess.. ***** me.. ahh.. hhmm.. enak kan, Say..?”
“Enakk.. banget, Jul..” lenguhku.
“Seneng khaann.. Son..!”
“Ya, .. sseneng.. ohh..”
“Jul.. sukka.. kontol kamu.. Son.. oohh..” desahnya manja.
“Sony juga suka memek Jul.. ohh..” desahku.
10 menit kemudian, aku merasa seperti akan pipis, karena kontolku sudah berdenyut. Rupanya Juliet juga begitu. Dinding memeknya mulai bergetar dan sudah basah sekali. Genjotannya pun sudah mulai mengganas, seperti saat dia menjerit tadi.
“Oohh.. Son.. Sony mau.. pipis..”
“Jul.. juga Son.. mau keluar.. tahan yah.. Son, kita barengan ya.. Son..!” desahnya.
Lalu, Juliet sudah semakin tegang, makin erat memelukku.
“Auh.. I’m comin’ Say.. ohh.. ahh.. ahh..!” jeritnya, makin lama makin keras.
Dan,
“Teruss.., Son.. teruss.. aku.. ohh.. ahh.. Jul keluarr..”
Dia menjerit dan menghentak-hentak dengan ganasnya. Saat itu, otot memeknya betul-betul tegang dan memerah batang kontolku. Dia menyemprotkan banyak sekali cairan..
Lalu,
“Jul.. Sony mau pipis juga.. ohh..!”
“Pipiskan aja di dalam Son.. jangan dilepass.. Say.. aa..!”
“Crot.. crot.. crot..!” cairankuku muncrat di dalam memeknya.
Aku tidak dapat berkata apa-apa lagi, hanya bisa menerawang ke langit-langit. Menikmati orgasme. Masih ada beberapa hentakan lagi, sebelum akhirnya Juliet terkulai lemas di dadaku. Rambutnya yang indah itu menghampar bebas, langsung kubelai.
“Son.., makasih ya.., kamu telah memberi saluran yang selama ini belum pernah Jul rasakan” katanya sambil mencium bibirku dengan lembut.
“Terus gimana Jul.. tentang rencana selanjutnya..?”tanyaku.
“Entar aja deh, biar Jul pikir-pikir dulu, Son”katanya.
“Bila Jul benar-benar mau cerai ama Fadli. Sony mau jadi gantinya..”kataku.
“Ahh.. yang bener Son.. emang kamu masih mau ama aku.. cewek yang udah tua ini..?”katanya.
“Sony cinta ama Jul sejak pertama kita ketemu. Sony nggak memperdulikan usia Jul berapa yang penting Sony cinta ama Jul..”kataku sambil mengecup bibirnya.
“Ohh.. Son kau sungguh lelaki jantan dan bertanggung-jawab. Sebetulnya Jul juga suka ama kamu tapi khan aku sadar kalau usiaku udah diatas kamu. Tapi, kenyataannya kamu suka ama Jul. Jadi, Jul setuju aja.. tapi Sony sabar dulu ya.. Biar Jul selesaikan urusan dengan suami Jul.. ya manis..”katanya sambil mengecup bibirku lagi.
“Ya Jul, Sony akan tunggu..?”tanyaku.
“Nah gitu dong.. oh ya say.. Sony harus datang kesini dan harus memuaskan Jul setiap waktu.. ya sayang..”katanya.
“Ya say..”jawabku. Lalu, kita berciuman dan akhirnya tertidur pulas.

Posted By : Agen Bola Terpercaya


Wednesday, January 13, 2016

Agen Bola - Cerita Sex: LongSex

Agen Bola -  Cerita Sex: LongSex

Agen Bola - Venombet.com - Dalam kehidupan Val ada beberapa pria, tetapi hanya tiga yang membuatnya berkesan. Di antara yang tiga ini, adalah Arya, seorang pria Indonesia dengan sedikit darah Belanda di tubuhnya (ayahnya Ambon-Belanda, dan ibunya seorang Jawa).

Agen Casino021 - Mereka bertemu ketika masih sama-sama kuliah di Bedford, Inggris. Pada awalnya mereka cuma berteman, dan Val menyukai Arya yang jauh lebih easy going dibanding teman-teman Asia lainnya. Selain itu, Arya bisa bermain piano, sesuatu yang selalu menjadi kekaguman Val.

Selama kuliah, hubungan mereka tidak pernah Agen Bola Terbaik  lebih dari teman. Baru setelah keduanya lulus, hubungan itu agak berubah. Kebetulan Val mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan Inggris yang memiliki kantor cabang di Indonesia, dan Arya pernah pula bekerja paruh waktu di kantor yang sama. Mereka sering bepergian berdua, dan akhirnya memutuskan untuk tinggal bersama dalam 1 apartemen. Sejak itulah, hubungan seksual menjadi bagian dari persahabatan mereka. Hanya saja, persahabatan itu tak pernah berkembang lebih jauh. Keduanya tidak pernah saling mengucap cinta, dan keduanya tahu bahwa masing-masing punya orang-orang lain yang dicintai.
Arya adalah pria Asia satu-satunya yang bercinta dengan Val, dan bagi Val ia adalah sesuatu yang sangat istimewa. Tetapi Val juga tahu, perbedaan budaya keluarga mereka berdua sangatlah besar untuk dijembatani dengan sesuatu yang lebih jauh dari persahabatan. Maka jadilah hubungan keduanya sebagai hubungan persahabatan dan seksual belaka.
Beberapa kali mereka pernah mencoba melihat peluang untuk meningkatkan hubungan, tetapi sekian kali pula mereka merasa tidak menemukan persamaan.
Cerita Sex Hoty | Tidak berapa lama setelah Val mendapat kedudukan manajer dan dikirim ke Indonesia untuk mewakili perusahaannya, Arya mendapat pekerjaan di Amerika Serikat. Perasaan duka menyelimuti keduanya ketika kenyataan itu tiba. Setelah hampir dua tahun hidup bersama, sulit juga rasanya berpisah. Walaupun tidak menangis, Val merasa sebuah kekosongan terjadi dalam hidupnya ketika mereka berpisah di Heathrow Airport di London. Mereka berjanji akan terus berhubungan, karena toh Arya masih memiliki orang tua di Jakarta dan sesekali akan datang menjenguk Val.
Ketika pesawat British Airways yang membawanya ke Indonesia sudah berada 10.000 kaki di atas permukaan bumi, Val menghela nafas panjang, dan tiba-tiba menyadari bahwa kedua matanya ternyata agak basah oleh air mata.
Begitulah akhirnya Val dan Arya dipisahkan oleh Lautan Pasifik. Kantor Arya ada di Boston, dan Val di Jakarta. Tetapi untunglah ada e-mail yang bisa menjadi media bertukar berita di antara mereka. Dan setelah dua bulan, keduanya menjadi sama-sama sibuk dan perlahan-lahan semakin jarang bertukar berita. Pada bulan keenam di Indonesia, Val sudah hampir tak pernah mengirim dan menerima e-mail dari Arya, dan kesibukan membuatnya tidak terlalu merasa kehilangan.
Sampai suatu hari, di bulan September, sembilan bulan setelah mereka berpisah, Val mendapat sepotong berita pendek dari Arya ..will visit my old folks in this Thursday, see you there.. Val terpana memandang layar PC-nya, seperti tak percaya bahwa ternyata ia akan segera bertemu Arya lagi. Dari tak percaya, perasaannya segera berubah gembira, dan ia mengangkat kedua tangan sambil berteriak, “Yess!”, membuat sekretarisnya terkejut.
“I’m okay, Evi..” ucap Val sambil tertawa kecil melihat sekretarisnya melongo, “I’m more than okay, actually..”
“Shall I write it down?” jawab Evi menggoda, karena ia memang sedang bersiap menerima dikte dari boss wanitanya ini. Val pun tambah keras terbahak.
Arya tiba malam hari dan langsung menuju rumah orang tuanya. Dari sana ia menelpon Val, dan membuat janji untuk bertemu Sabtu siang ini. Dengan kaos t-shirt merah tua yang ketat dan rok jean Levi’s, Val datang ke rumah orang tua Arya untuk menjemputnya. Kedua orang tua Arya telah mengenal Val dengan baik, dan keduanya memaksa Val untuk makan siang, yang tentunya tak bisa ditolak.
Sebetulnya, makan siang itu enak sekali: ayam panggang bumbu rujak, gado-gado dan udang goreng kering. Tetapi Val dan Arya merasa tidak lapar. Sejak bertemu, yang ada di dalam diri mereka cuma gejolak rindu bercampur birahi. Bagi Val, inilah pertama kali di Indonesia ia merasakan gejolak seperti itu. Ia begitu ingin segera memeluk Arya yang kini tampak lebih putih dengan rambut dicukur rapi. Ia ingin segera bercumbu dengan pria yang ia tahu sangat hangat di ranjang ini. Tetapi, di depan kedua orang tuanya dan dua adik perempuannya, Val menjaga diri sekuat hati. Untunglah Arya membantunya dengan juga bersikap menahan diri. Kalau tidak ada keluarga Arya, mereka pasti sudah bergumul dan bercumbu saat itu juga.
Setelah tiga jam yang sangat menyiksa Val dan Arya, setelah minum kopi yang disediakan ibu, barulah mereka berdua bisa keluar rumah. Mereka bilang ingin jalan-jalan berdua, dan kedua orang tua Arya mengangguk mahfum, tanpa banyak tanya lagi. Maka setelah berbasa-basi mengucapkan permisi, keduanya pun melesat menuju apartemen Val di bilangan Kebayoran Baru. Arya yang memegang setir, dan Val duduk rapat-rapat.
Sepanjang jalan, Val meremas-remas paha Arya, menggeser-geserkan payudaranya yang sintal ke lengan Arya, membuat Arya was-was takut menabrak mobil di depannya. Val sudah sangat bergairah ingin bercumbu, dan badannya terasa hangat seperti bara yang siap berkobar menjadi api. Untunglah jalan-jalan tidak terlalu ramai di Sabtu sore ini, sehingga akhirnya mereka tiba di apartemen Val sebelum matahari terbuka. Cepat-cepat mereka keluar dari mobil dan bagai dua remaja berlarian menuju lobby.
Sesampai di kamar apartemennya, Val terburu-buru ke kamar mandi. Cepat-cepat diloloskannya celana dalam yang sudah agak basah di bagian bawahnya. Lalu ia masuk ke bath-tub dan mengambil sabun wangi. Diusapnya seluruh kewanitaanya dengan busa-busa sabun, lalu dibasuhnya dengan air hangat. Ia ingin agar kewanitaannya harum menggairahkan malam ini, karena ia tahu Arya akan memberikan sesuatu yang selama ini menjadi favorit Val: lidahnya yang panas dan cekatan!
Keluar dari kamar mandi, Val melihat Arya sudah ada di kamar tidur, membuka kaos dan jeans-nya, sehingga hanya bercelana dalam. Dengan mata bergairah, dipandangnya tubuh yang kokoh dan atletis itu. Val sangat mengagumi tubuh Arya yang coklat kehitaman, tidak seperti tubuhnya yang baginya terlalu putih. Sebuah denyut birahi terasa di kewanitaannya setiap kali Val memandang tubuh lelaki itu. Cepat-cepat dibukanya t-shirt, beha dan roknya, lalu ia segera menyusul Arya ke kamar tidur.
Sejak dari rumah Arya tadi, Val sudah dilanda birahi. Ia ingin segera bermain cinta dengan lelaki menggairahkan ini. Terakhir kalinya ia bertemu Arya hampir setahun lalu, itu pun dalam sebuah permainan cinta yang terburu-buru, karena mereka sedang sama-sama sibuk. Kejadiannya juga di sebuah motel kecil di Bedford, sesaat sebelum Val berangkat ke Indonesia dan Arya bertugas ke Amerika Serikat.
Tanpa basa-basi, Arya mendorong tubuh Val ke kasur, menyebabkan gadis pirang yang seksi ini terjerembab di kasur empuk. Keduanya sudah seperti diburu-buru oleh nafsu yang bergejolak tak tertahankan. Arya menerkam tubuh putih mulus yang sintal dan padat itu dengan penuh gairah. Val menjerit manja menyambutnya. Mereka berguling-gulingan saling berciuman, saling meremas, saling menindih. Sprei dan bantal segera berantakan dibuatnnya.
Arya segera mengambil inisiatif kala tubuh mereka sudah terasa panas bergejolak. Didorongnya Val dengan lembut agar tidur menelentang. Setengah dari badannya terletak di luar ranjang, sehingga kedua kakinya yang indah menggantung di pinggir ranjang. Lalu Arya berjongkok di antara kedua kaki Val, dan Val dengan tegang menunggu layanan istimewa kekasihnya.
Inilah permainan pembukaan yang selalu dinantinya dengan penuh antisipasi. Belum apa-apa, Val sudah bergidik menahan geli yang akan segera datang. Arya pun menciumi paha yang mulus ditumbuhi bulu-bulu halus itu, membuat Val mengerang pelan. Apalagi kemudian Arya mulai menjilati pahanya, menelusuri bagian bawah lututnya. Val menggelinjang kegelian.
Val merasa pahanya bergetar lembut ketika lidah Arya mulai menjalar mendekati selangkangnya. Panas dan basah rasanya lidah itu, meninggalkan jejak sensasi sepanjang perjalanannya. Val menggeliat kegelian ketika akhirnya lidah itu sampai di pinggir bibir kewanitaannya yang telah terasa menebal. Ujung lidah Arya menelusuri lepitan-lepitan di situ, menambah basah segalanya yang memang telah basah itu. Terengah-engah, Val mencengkeram rambut Arya dengan satu tangan, perlahan menekan, memaksa pria itu segera menjilatnya di daerah yang paling sensitif.
Dengan satu tangan lainnya, Val menguak lebar bibir-bibir basah di bawah itu, memperlihatkan liang kemerahan yang berdenyut-denyut, dan sebuah tonjolan kecil di bagian atas yang telah mengeras. Lidah Arya menuju ke sana, perlahan sekali. Val mengerang, “Come on.. come on..”, bisiknya gelisah. Rasanya lama sekali, membuat Val bagai layang-layang yang sedang diulur pada saat seharusnya ditarik. Val mati angin. Tak berdaya, tetapi sekaligus menikmati ketidakberdayaan itu.
Arya akhirnya menjilat bagian kecil yang menonjol itu, menekan-nekan dengan ujung lidahnya, memutar-mutar sambil menggelincirkannya. Val menjerit tertahan, kedua tangannya melayang lalu jatuh mencengkram sprei. Geli sekali rasanya, ia sampai menggeliat mengangkat pantatnya, menyorongkan lebih banyak lagi kewanitaannya ke mulut Arya. Serasa seluruh tubuhnya berubah menjadi cair, menggelegak bagai lahar panas.
Arya kini menghisap-hisap tonjolan yang seperti sedang lari bersembunyi di balik bungkus kulit kenyal yang membasah itu. Tubuh Val berguncang di setiap hisapan, sementara mulutnya tak berhenti mengerang. Terlebih-lebih ketika satu jari Arya menerobos liang kewanitaannya, lalu mengurut-urut dinding atasnya, mengirimkan jutaan rasa geli bercampur nikmat ke seluruh tubuh Val. Kedua kakinya yang indah terbuka lebar, terkuak sejauh-jauh mungkin, karena Val ingin Arya menjelajahi semua bagian kewanitaannya. Semuanya!
Maka Arya pun melakukannya. Ia tidak hanya menjilat dan menghisap, tapi juga menggigit pelan, memutar-mutarkan lidahnya di dalam liang yang panas membara itu, mendenguskan nafas hangat ke dalamnya, membuat Val berguncang-guncang merasakan nikmat yang sangat. Dua jari Arya kini bermain-main di sana, keluar-masuk dengan bergairah, menggelitik dan menggosok-gosok, menekan-nekan dan mengurut. Cairan-cairan hangat memenuhi seluruh kewanitaan Val, mulai membasahi bibir dan dagu Arya. Jari-jari yang keluar-masuk itu pun telah basah, menimbulkan suara berkecipak yang seksi. Val menggelinjang tak tahan lagi, merasakan puncak birahi melanda dirinya. Matanya terpejam menikmati sensasi yang meletup-letup di sela-sela pahanya, di pinggulnya, di perutnya, di dadanya, di kepalanya, di mana-mana!
Arya merasakan kewanitaan Val berdenyut liar, bagai memiliki kehidupan tersendiri. Warnanya yang merah basah, kontras sekali dengan rambut-rambut pirang di sekitarnya, dan dengan tubuhnya yang putih seperti pualam. Dari jarak yang sangat dekat, Arya dapat melihat betapa liang kewanitaan Val membuka-menutup dan dinding-dindingnya berdenyut-denyut, sepertinya jantung Val telah pindah ke bawah.
Arya juga bisa melihat betapa otot-otot di pangkal paha Val menegang seperti sedang menahan sakit. Kedua kakinya terentang dan sejenak kaku sebelum akhirnya melonjak-lonjak tak terkendali. Arya terpaksa harus memakai seluruh bahu bagian atasnya untuk menekan tubuh Val agar tak tergelincir jatuh. Begitu hebat puncak birahi melanda Val, sampai dua menit lamanya perempuan yang menggairahkan ini bagai sedang dilanda ayan. Ia menjerit, lalu mengerang, lalu menggumam, lalu hanya terengah-engah.
Arya bangkit setelah Val terlihat agak tenang. Berdiri, ia melepas celana dalamnya. Kelaki-lakiannya segera terlihat tegak bergerak-gerak seirama jantungnya yang berdegup keras. Val masih menggeliat-geliat dengan mata terpejam, menampakkan pemandangan sangat seksi di atas hamparan sprei satin mewah berwarna biru muda. Tangan Val mencengkram sprei bagai menahan sakit, kedua pahanya yang indah terbuka lebar, kepalanya mendongak menampakkan leher yang mulus menggairahkan, rambut pirangnya terurai bagai membingkai wajahnya yang sedang berkonsentrasi menikmati puncak birahi. Arya menempatkan dirinya di antara kaki Val, lalu mengangkat kedua paha Val, membuat kewanitaannya semakin terbuka.
Val tersadar dari buaian orgasmenya, dengan segera menuntun kejantanan Arya memasuki gerbang kewanitaannya. Tak sabar, ia menjepit pinggang Arya dengan kedua kakinya, membuat pria itu terhuyung ke depan, dan dengan cepat kelaki-lakiannya yang tegang segera melesak ke dalam tubuh Val. Bagi Arya, rasanya seperti memasuki cengkraman licin yang panas berdenyut. Bagi Val, rasanya seperti diterjang batang membara yang membawa geli-gatal ke seluruh dinding kewanitaannya. Belum apa-apa, Val sudah terlanda gelombang puncak birahinya yang kedua. Begitu cepat!
Arya pun segera melakukan tugasnya dengan baik, mendorong, menarik kejantanannya dengan cepat. Gerakannya ganas, seperti hendak meluluh-lantakkan tubuh putih Val yang sedang menggeliat-geliat kegelian itu. Tak kenal ampun, kejantanan Arya menerjang-nerjang, menerobos dalam sekali sampai ke dinding belakang yang sedang berkontraksi menyambut orgasme. Val menjerit-jerit nikmat, menyuruh Arya lebih keras lagi bergerak, mengangkat seluruh tubuh bagian bawahnya, sehingga hanya bahu dan kepalanya yang ada di atas kasur.
Arya mengerahkan seluruh tenaganya untuk memenuhi permintaan Val. Otot-otot bahu dan lengannya kelihatan menegang dan berkilat-kilat karena keringat. Pinggangnya bergerak cepat dan kuat bagai piston mesin-mesin di pabrik. Suara berkecipak terdengar setiap kali tubuhnya membentur tubuh Val, ramai sekali di sela-sela derit ranjang yang bergoyang sangat keras.
Val tak lagi sadar sedang berada di mana. Ia berteriak bagai kesetanan merasakan kenikmatan yang ganas dan liar. Seluruh tubuhnya terasa dilanda kegelian, kegatalan yang membuat otot-otot menegang. Kewanitaannya terasa kenyal menggeliat-geliat, mendatangkan kenikmatan yang tak terlukiskan. Setiap kali kejantangan Arya menerobos masuk, ia merasa bagai tersiram berliter-liter air hangat yang memijati seluruh tubuhnya.
Setiap kali Arya menariknya keluar, Val merasa bagai terhisap pusaran air yang membawanya ke sebuah alam penuh kenikmatan belaka. Dengan mata terus terpejam, Val menjeritkan penyerahan sekaligus pengesahan atas datangnya puncak birahi yang tak terperi. Arya merasakan kejantanannya bagai sedang dipilin dan dihisap oleh sebuah mulut yang amat kuat sedotannya.
Ia pun tak tertahankan lagi, memuncratkan seluruh penantian panjangnya, memuntahkan seluruh rasa terpendamnya, bercipratan membanjiri seluruh rongga kewanitaan Val yang sedang megap-megap dilanda orgasme. Val mengerang merasakan siraman birahi panas yang seperti hendak menerobos setiap pori-pori di tubuhnya. Val mengerang dan mengerang lagi, sebelum akhirnya terjerembab dengan tubuh bagai lumat di atas kasur. Arya menyusul roboh menimpa tubuh putih yang licin oleh keringat itu. Nafas mereka berdua tersengal-sengal bagai perenang yang baru saja menyelesaikan pertandingan di kolam renang.
“Oh, kamu ganas sekali, Arya. Betul-betul ganas..” kata Val akhirnya, setelah ia berhasil mengendalikan nafasnya yang memburu.
Arya cuma menggumam, menenggelamkan kepalanya di antara dua payudara Val yang besar dan lembut itu.
Setelah beberapa saat, Val bertanya, “Berapa lama kamu di sini, Arya?”
“Aku harus berangkat kembali Senin pagi”, jawab Arya diwarnai keengganan. Val terdiam.
Singkat sekali pertemuan ini, pikirnya. Sambil memeluk Arya, ia menggumam,
“Kalau begitu kamu harus menginap di sini.”
“Bagaimana kalau aku tidak mau..” jawab Arya menggoda.
“Kalau begitu, aku yang menginap di rumah orang tuamu..” sahut Val cepat-cepat.
Arya tertawa,
“Kalau begitu, sebaiknya aku menginap di sini!”
Dengan gemas Val berguling menindih tubuh Arya, menggigit bahunya cukup keras sehingga Arya tersentak dan membalasnya dengan menggulingkan kembali tubuh Val. Mereka berdua tertawa-tawa seperti anak-anak bermain gulat. Cairan-cairan cinta mereka berjatuhan menimpa sprei, melekat di tubuh mereka berdua, sebuah perpaduan tubuh putih mulus dan tubuh coklat.
Malam itu mereka bercumbu tak henti-hentinya sampai pagi. Bagi Val, inilah percumbuan terpanjangnya dengan Arya, dan justru terjadi saat mereka tak lagi tinggal bersama!

Posted By : Agen Bola Terpercaya


Tuesday, January 12, 2016

Judi Bola - Cerita Sex: Lidya Anak Tiriku

Judi Bola -  Cerita Sex: Lidya Anak Tiriku 

Judi Bola - Venombet.com - Aku adalah seorang pengangguran yg telah menikah dg seorang janda beranak satu sekitar 10 thn yg lalu. usiaku saat itu baru 20 thn sdngkan istriku 28 thn. putrinya Lidya baru berusia 12 thn. aku tinggal dirumah istriku yg tdk terlalu besar. shg kalau tidur kami selalu bertiga.

Agen Sbobet - Istriku memang janda yang terbilang hot.payudaranya montok, badannya berisi. sebagai janda isteriku sangat pinter dalam bercinta. seponganya di batangku benar-benar maknyos. setiap malam kami bercinta tanpa busana dgn Lidya kecil disampingku. Karena Lidya masih kecil jd tdk pernah terpikir bahwa dia akan mengerti.

Sering saat kita bercinta, istriku suka Judi Bola Online mendesah desah kenikmatan setengah ngantuk kegiatanku dengan ibunya . tapi setelah kita menyadari ditonton si kecil kita tidurkan dia lagi. setelah dia akil balik pada usia 13 tahun, sengaja aku menyetubuhi ibunya dengan lenguhan yang agak keras.
maksudku agar dia terbangun dan menonton aku menggagahi ibu kandungnya. kadang aku mencuri pandang ke arah lidya saat ibunya mendesah desah kenikmatan dientot bapak tirinyat. hmmmmm…..ternyata dia memicingkan mata menontonnya….
setelah 3 tahun kawin, akhirnya istriku hamil. aku mulai malas menyentuhnya.sementara anak tiriku Lidya sdh beranjak dewasa. sekarang sdh di klas 3 SMP. wajahnya cantik dan tubuhnya berisi, sintal u ukuran gadis seusianya. kulitnya kuning langsat. susunya sdh tumbuh membesar.
aneh…aku mulai bergairah menatap tubuhnya yang mulai ranum. nafsu birahiku bergejolak tiap kali memandang Lidya.
kadang kalau malam tidur bertiga aku suka memeluk Lidya. tentu saja saat dia tidur terlelap. aku selalu tidur ditengah antara istri dan anak tiriku.
Bayangkan, tongkolku ngaceng saat memeluk tubuh anak tiriku Lidya. tangankupun tak lepas dari meremas remas buah dadanya yg mekar dan mengkel.
aku tidak tahu apa dia tahu tindakanku. tapi yg kadang membuatku bertambah nafsu adalah saat lidya tertidur, buah dadanya kuremas remas perlahan kudapatkan pentilnya agak menegang dan terkadang dia mendesah seperti ibunya. tapi u lebih jauh aku takut isteriku terbangun.
aku tidur selalu dg CD saja. demikian jgdg istriku. sdngkan Lidya memakai kaos tnp BH dan rock. hampir tiap malam aku memeluk dan meraba raba buah dadanya serta menempelkan batangku pada pahanya yg mulus.
Kala aku sdh ga tahan akibat menempelkandan menggosok gosokantongkolku pd pahanya yg mulus,aku mengalihkan perhatianku pd istriku yg hamil.
Kubangunkan istriku u menghisap batangku yg cukup besar. kubiarkan dia memuaskan diriku sampai aku ngecrot….
setelah itu baru aku tidur. aku ga nafsumenghantam barangnya karena aku ngga suka orang hamil.
begitulah hari berlalu. semakin lama semakin ga tahan aku.
Hingga pd suatu siang saat aku pulang kerumah, aku mendapatkan rumah sunyi senyap. istriku yg lag hamil 6 bulan entah lagi kemana. Aku masuk kekamar mendapatkan Lidya tengah tertidur.
mataku melotot melihat pemandanganyg menggairahkan……
Lidya tengah tertidur. masih lengkap pakaian sekolah SMP nya. namun roknya tersingkap sedikit keatas shg CD nya kelihatan. paha mulusnya memabukan hati.
perlahan aku mulai mendekatinya. aku duduk disamping kasurnya. batangku menegang melihat tubuh perawan berusia 15 thn dihadapanku. nafsuku menggelegak gelegak ingin langsung melumatnya.
Tanganku gemetar menyentuh paha mulus anak tiriku. jakunku naik turun . nafasku tak karuan.. tongkolku bener2 tegang.
tapi disatu sisi aku ketakutan kalau ada orang yg tahu.
syurrrr……..rasanya begitu tanganku menyentuh paha mulusnya………..Lidya menggeliat. tanganku kutarik takut dia terbangun…………………..
Nafsu jahanamku sdh tak terbendung, akhirnya aku berjingkat menutup pinturumah; lalu mengunci pintu kamarku.
Tubuh lidya tergolek di tempat tidur dg rok yg terisingkap seakan menantang u dinikmati.
“persetan” gumanku dl hati.
satu persatu pakaianku aku tanggalkanhingga aku telanjang bulat. tubuhku memang atletis dan tongkolku cukup besar dan panjang terlihat mengacung keras.
perlahan kembali aku duduk disisi tempat tidur. kutatap kembali lidya yg tengah tertidur pulas.
tanganku kembali mengelus paha mulus anak tiriku. entah kenapa lidya tdk bergerak . lelap banget.
aku mengelus pangkal pahanya perlahan………nafsuku sdh ga tertahankan. akhirnya aku mendekati selangkangannya dan mulai menjilatinya. Kujilati memeqnya yg masih berCD warna putih.
oh…aroma memeq perawan tercium olehku. bayangan belahan vaginanya dibalik CD basah berwarna putih eksotis sekali.
aku menjilati perlahan. kusedot sedot vaginanya. CD nya menjadi sangat basah oleh airliurku. aroma khas ABG…hmmmmm
“Pak……pak…..apa-apaan ini…..?” aku terkesiap setengah mati ketika Lidya setengah berteriak sambil mendorong kepalaku dari selangkangannya.
aku sempat ngedrop jg. tapi pemandangan didepanku menghapus kesadaranku. aku terus saja menyedot memeq Lidya.
” Bapak jangan pak……rengek anak tiriku….. tapi aku tidak perduli. aku tetap menyedot nyedot daging mentahLidya.
Kusibakan CDnya shg sebagian daging mentah Lidya kelihatan. duh…duh…indahnya. Ibarat singa lapar, kutancapkan taringku di dagingnya yg tebal menggairahkan.
Tangisan Lidya tdk kuperdulikan, aku terus mengenyot memeqnya. krn aku yakin cepat atau lambat, memeqnya pasti basah.
lidahku dg lihainya bermain di klitoris anak tiriku. kujilati dan kuputer puter ujung lidahku di bukit kenikmatannya.
oh….pak…sdh pak…sdh….kata Lidya perlahan mulai terangsang.
ohhhh…ohhhh…..erangnya.
ohhh…..ohhhh…ohhh pak..ja..ngan…jaaaaa…ngan….. isaknya kenikmatan
tubuh ABG itu mengelinjang gelinjang setiap kali kusedot klitorisnya. kadang Lidya tersadar dan berteriak teriak histeris dan menendang nendangku. tpapalah artinya buatku. kukunci kedua pahanya,sementara bibirku menempel di klitorisnya.
sengaja aku tdk mau berbicara apa2 krn terlalu nikmatnya vagina Lidya.
setelah mengobok ngobok selama 10 menit, perlawanan Lidya mulai mengendor dan perlahan ikut terhanyut dlm hawa nafusunya.
ohhhh..pak…ohhhh…lenguhnya sambilpinggulnya mengangkat keatas setiap kali aku sedot klitorisnya.
nampaknya Lidya mulai terhanyut dg berahinya sendiri.
vagina anak perawan itu mulai basah dg cairan cinta dan ludahku.
kesempatan ini kupakai u melucuti CD nya. wow….wow sekarang vaginanya terlihat jelas. dg bulu halus, dagingnyamemang tembem.
kembali aku menerkam memeqnya. sekarang seluruh vaginanya aku jilatin.
sungguh nikmat dagingnya. kukulum terus klitorisnya sambil tanganku mencari risluiting rok ABG ku.
akhirnya roknyapun dpt kulepas tanpa perlawanan
sekarang Lidya sdh setengah telanjang. aku mengulum terus daging vagina anak tiriku. tak terasa kontoku sdh basah.
Tanganku bergerilya meremas remas buah dadanya yg mulai mekar. satu persatu bajunya kupaksa u ditanggalkan.
Sekarang anak tiriku lidya bertelanjangbulat dihadapanku.
matanya sdh setengah tertutup menikmati sensasi yg kuberikan….sepertinya dia sdh nafsu sekali dan menyerah u dinikmati bapaknya.
aku berhenti sejenak memandang tubuh belia tanpa sehelai benang itu. alangkah indahnya pemandangan di siang itu.
tubuh lidya berisi. tingginya 155 cm. buah dadanya agak besar seukuran buah mangga. kuusap puting2nya yg berdiri tegak terangsang. dia melenguh tiap kali kusentuh puting2nya.
selangkangannya nampak basah dan kacangnya agak merah membengkak tanda dia ingin disetubuhi.
aku kembali menjilati vagina anakku dan menyedot nyedot kacangnya.
ohhh…ohhhhh lenguhnya berulang.
setelah terus menerus menjilati dan menyedot nyedot klitorisnya dg penuhnafsu…..
kedua belah tangannya mulai menekankepalaku. dan pinggul lidya naik turun menggoyang mukaku. ohhh…ohhh..ohhhh pak….desahnyatiada henti.
aku memperkeras sedotan sedotanku pd kacangnya yg amat bengkak………
kemudian tangan tangannya tmbh kasar menekan mukaku ke memeqnya….
akhirnya………….
Ohhhhhhhhhh…OOOOHHHHHHHHHHHHHHH,….. paaakkkk……
dg lolongan keras anakku mencapai klimaks pertamanya dan menyemburkan cairan vaginanya dimukaku.
tubuhnya mengejang pantatnya seolahtak mau melepaskan mukaku.. ugh sampe susah bernafas…..
aku belepotan dg cairan asem perawanku. yg jelas kemudian kujilati dan kutelan dg bernafsu.
ugh….lidya lidya sudah berani melepaskan klimaksnya……. berarti diasdh ga malu lagi……pikirku
lalu aku bergerak menjilati perut Lidya.tiba2 dia tersadar dan melawan dan menjabak rambutku.
” bapak jahat…jahat…..” katanya berulang ulang. aku menyeringa saja tdk perduli dg ucapannya. uihhh….. kenikamatan tiada tara. kedua tanganku bergerilya meremas remas buah dadanya.
perlahan mulutku mulai menyerang buah dadanya yg mulai ranum. pentilnya yg kecil dg kulit yg mulus. kusedot terus secara bergantian.
T
ubuhku diatas tubuh anak tiriku bersatu dalam berahi yg tak terkendali.
buah dadanya kugigit gigit kecil dan kucupangi. lalu lehernya kujilati perlahan. dan dia melenguh. aku tahu dia mulai menikmati lagi.
lalu aku mulai mencium bibir lidya yg aduhai. dia menolak tapi kupaksa mulutnya terbuka lalu kujulurkan lidahku. lidya membuang muka. jijik!!
kucium bibirnya yg ranum dan kupaksadia berciuman.
sementara aku menciumbibirnya tanganku mengelus elus putingnya. saat kusadari putingnya sdh berdiri aku tahu lidya sdhmulai bergairah u melayaniku.
pelan2 lidya mulai melayani ciumanku.kami berpagutan ibarat sepasang kekasih. saling bertautan lidah. lugu dan imut muka anaku saat berciuman dg menutup mata.
sementara tongkol besar dan panjangku ku mulai menempel di vagina sempit anak tiriku.
uh Lidya enaknya…..
barang bapak nempel di vaginamu….uhhh..uhhhh….” gumanku sambil terus menggesekan tongkolku di daging perawannyya.
beberapa saat kemudian, aku melepaskan ciumanku, kemudian , kududuki tubuh mungil itu. Lidya terbelalak melihat tongkol besarku
persis didepan wajahnya. tnp membuang waktu kuangkat kepalanya.lalu kusodok mulut mungilnya dg tongkolku.
Lidya memalingkan wajahnya menghindar. tapi kupaksa tongkolku masuk kemulut mungilnya. lalu kupompa mulutnya maju mundur. duh nikmatnya. lidya tersedak sedak………..
setelah puas mengent*t mulutnya, akuberalih ke memeqnya.
lalu kubalikan badannya yg berisi itu. kelihatan bulatan pantatnya yg tebal. kududuki anak tiriku dari belakang.
kutarik nafasku perlahan u mengontroldiri.
tubuh kecil itu sdh mulai melemah perlawanannya.
tongkolku menempel di pantatnya. setelah menarik nafas cukup panjang, aku mulai mengarahkan batang tongkolku yg cukup besar ke lobang vaginanya.
“aduh pak..pak sakit sekali…..” teriak Lidya, ketika tongkolku mencoba u menyeruak ke lubang vaginanya. sungguh sempit dan nikmat lobang perawannya……..
ampun…pak…ampun..pak……jangan…Lidya ngga mau…….jangan……”teriak lidya histeris.
“oh…ohhhh…Lidya nikmat banget dagingmu……” kataku sambil memejamkan mata menikmati tubuh ABG ku.
“OHHH….bangs*t….bangs*t…..”teriakku…..samb il menggenjot lobang yg sempit itu.
aku benar2 sdh lupa daratan…tongkolku yg besar menempel di memeq gadis 15 thn.
peluh dingin Lidya membanjiri tubuhnya sambil menangis kesakitan. terbersit rasa kasihan….tapi nikmat tiada tara mengalahkan kesadaranku.
“oh….lidya…oh..bangs*t enaknya memeqmu……….oh lidya berikan perawanmu u bapak yah..yahhhh” kataku tanpa meminta jawaban.
“ngga mau…ngga mau…huuuuhhh..huhhh…ibu…ibu….tolong lidya..”.teriaknya.
“ohhhh…ooohhh….” aku terus menggenjot anak tiriku tiada henti…..
perlahan lahan lobang perawan Lidya mulai membasah………rupanya tubuhnya suka atau tdk merespon dg cairan yg meleleh……..
akhirnya tongkolku menemukan lobang yg mulai menerima tongkolku. walau hanya masuk ujungnya saja………aku begitu menikmati genjotan2 ku.
lidya berusaha menahan lubangnya agar tdk bobol, justru ini menyebabkan diriku bertambah nafsu.
lubang lidya jadi tertutup dan batangku seolah membentur dinding…duh nikmat banget,
sengaja kulambatkan genjotanku u menikmati empot ayam anakku. aku menyodok nyodok dg penuh berahi sampe cairan mani keluar di ujung tongkolku.
kumerasakan ada lubang kecil yg kenyal yg bertahan agar tdk ditemus tongkolku. disinilah kepuasanku menikmati perawan.
ohhhh….ohhhh lidya…..susah banget bapak bolongin kamu yang…ohhhh…ohhhh kataku seraya terus menggoyang memeqnya dari belakang.
ohhh…legitnya perawanmu yang…ohhh..ohhh..bangs*t..enak..enakkk..yang
begitulah terus aku memompa memeq anaku yg tak kunjung tembus…
akhirnya ……………aku ga tahan lagi buat menjebol lobang cintanya………………….
kupercepat genjotanku…..sakitttttttt…….!!! teriakLidya saat tongkolku akhirnya dapat menembus vaginanya yg sempit.
“oh,,bangs*t……oh ngent*t..Lyd….ngent*t…….” kataku
“sakit pak….sakit…bapak jahanam….bpk jahanam….teriaknya……jahanam…..!!!
aku tak perduli. kumasukan semua tongkolku yg besar dan panjang kedalam memeq anak tiriku yg sempit.
aku merasakan kenikmatan yg tiada tara manakala seluruh tongkolku terbenam sampai menyentuh ujung rahimnya.
kutahan sebentar didalam memeqnya yg kenyal. tongkolku berdenyut denyut. aku takut keluar…..aku belum puas…..
memeq anakupun berdenyut denyut ibarat empot ayam yg membuatku makin nikmat. terasa seolah aku lagi disorga bercinta dg bidadari.
beberapa saat kemudian aku mulai memaju-mundurkan tongkolku yg besar di lobang kecil anak SMP itu.
ugh…nikmatnya….
vagina lidya agak basah ….rupanya tubuhnya tdk tahan dg rangsangan yg bertubi tubi. tubuh kecil mungil itu aku tindih. kedua tanganku meremas remas buah dadanya yg agak besar danranum.
genjotan genjotan yg kuberikan secaraperlahan di lobang cintanya, membuat lidya merintih rintih kenikmatan. antara rasa perih dan nikmat, lidya mulai menggerakan pantatnya menyambut genjotan tongkol bapaknya.
lidya merem melek menerima genjotanbapak tirinya……….
eh lidya……..kamu suka juga ya ngent*t sama bapak…ledekku.
ohhhh…ohhhh…ohhhh. pak…ohhh….tiada lagi isak tangis anakSMP itu. yg ada lenguhan lenguhan kenikmatan yg keluar dari bibirnya yg mungil.
enak ga yang ? tanyaku sambil membenamkan seluruh tongkol gedeku.
ugh….ugh…..hanya itu yg keluar dari bibirnya.
enak ga tongkol bapakmu yang ? tanyaku mengulang pertanyaanku sambil tetap menggenjotnya.
makin lama kugenjot memeq anaku makin cepat. lidyapun menyorongkan pantatnya naik turun u menyambut tongkolku.
ohhhh…nikmatnya bersetubuh dg ABG yg melayani sepenuh hatinya.
oh..lidya…ohhh….
akhirnya aku sdh tak tahan lagi, kujambak rambut anaku dg kasar dan bagai mengendarai kuda, kepalanya terdongak keatas. ugh……lenguhnya kesakitan.
kugenjot memeq anaku dari belakang dg kasar berkali kali
lidya menikmati dg bernafsunya dg terus melenguh lenguh…
akhirnya……..
OHHHHH..OHHHH..PAK……BAPAKKKKK……. teriak anakku mengejang saat mencapai klimaksnya yg kedua.
terasa tongkolku makin licin oleh cairan cinta lidya yg baru saja klimaks. empot ayamnya berdenyut denyut memijat tongkolku.
ohhh…ohhh…lenguhku keenakan.
gempuran2 ku makin dasyat ke memeqsempit anaku. aku terus melenguh lenguh menahan sensasi. tongkolku berdenyut denyut makin keras……..
oh sayang…oh lidya..oh sayang……..ohlidya ngent*ttttt…………………….lidyaaaaaaaaaa aaaaaa….
teriakku.
enak……enakkkk…….
” …..oh yank..oh Lidya…oh bangs*t..ohhh bangs*t bapak keluarrrrrr….!!!!!
dg teriakan terakhirku spermaku menyemprot hebat dlm rahim anak SMP itu.
aku berklejot klejot kenikmatan dg tanganku tetap menjambak rambut anak tiriku….
akhirnya aku terhempas diatas punggungnya…kelelahan dan kenikmatan…….
terimakasih yang…terimaksih….bapak benar2 puas dapat memetik perawanmu yang…..jangan beritahu siapa2 yah yang…kataku.
ya..ya pak…jawab lidya.
dua insan bapak dan anak tiri bertelanjang saling bertindihan….dg tongkol bapak tirinya masih menempeldi memeq gadis kecil itu.
aku menikmati sekali membenamkan tongkolku dlm memeq yg baru aku perawani.
sementara itu, air mani mengalir ke paha dan ke kasur perlahan…….diiringiisak tangis Lidya.
setelah istirahat berapa saat, aku mulai bergairah lagi. tongkolku yg belum kutarik dari lubang vaginanya mulai membengkak.
sementara memeq anakku sdh menyempit.
perlahan kubalikan tubuh mungil anak tiriku tanpa melepaskan batangku…
sudah pak sudah….katanya memohon .menyadari ada benda asing membengkak di lobang memeqnya yg sempit.
aku pura2 tdk mendengar.
kucium bibirnya yg mungil…..kamipun berciuman dg penuh nafsu.
rupanya anakku juga cepat terangsang. aku menggoyangkan tongkolku naik turun sambil berciuman. kemudian kulengkungkan badanku agar bisa menjilati seluruh lehernya. kemudian aku menurunkan jilatanku ke puting puting mungilnya yg sdh mengeras krn genjotan2ku di memeq kecilnya yg basah dg spermakutadi.
aku menyedot dan menggenjot anakkudg bernafsunya.
kemudian kuminta anaku u meraba raba putingku sambil tetap mengent*t memeqnya.
ohhh…nikmatnya.
isap puting bapak yang…kataku.
anak itupun menjilati dan menghisap putingku secara bergantian.
cengkraman dan kedutan anakku begitu nikmatnya. kadang dia mengedut ngedutkan dinding memeqnya u sensasinya.
lidya anak tiriku mulai berani menggoyangkan pinggulnya naik turun sambil melenguh..
ohhh…ohhhh…pakk…pak….koq jadi begini tanpa berhenti mengejar genjotan tongkolku.
anak tiriku dalam waktu singkat sudah sanggup melayani nafsuku.
kami terus hanyut dalam persetubuhan terlarang…
setiap genjotanku disambut dg pinggul anakku yg mengangkat. kami berciuman penuh nafsu….
akhirnya…
AGHHHHHH….AHHHHHHH….. anakku mengejang sambil memeluk dan mencium mulutku dg penuh nafsunya saat ia mencapai klimaks ketiganya.
aku tersenyum penuh kepuasan.
kemudian kubalikan tubuh anaku . dia menungging kupegang pinggulnya.
ah…pak jangan…..katanya
kutekan kepalanya ke kasur.
nungging yang..nungging…kataku .
lidya tdk mengerti. kutekan kepalanya, pinggulnya kutahan. lalu kuarahkan tongkol gedeku ke memeqnya.
ahhhh……lenguhnya. ketika tongkolku masuk ke memeqnya.
aku memegang kedua belah pantatnya dan mulai memompa. duh legitnya…nikmat luar biasa. terasa dinding emeq lidya mencekram batangtongkolku.
enaknya memompa lubang kecil dr belakang.
makin lama genjotan2 ku makin cepat dan memeq anaku sdh kembali membasah. dan dia melenguh lenguh melayani tongkolku .
lidya memaju mundurkan pinggulnya untuk menyambut setiap genjoyan bapaknya. kembali anakku hanyut dlm dosa bersama bapaknya.
ohhh…ohhh…lenguhnya berulang.
ohhhh pakkkk…..katanya mengejang u kesekian kalinya.
akupun sdh tdk tahan lagi.
aku memompa lobang cinta ABG itu dg bernafsunya…
ohhh….yang,,,yang,,, bapak keluarrrrrr……..oh lidya…..ohhh..ohh…. teriakku sambil membenamkan seluruh batangku yg panjang dan besar pd vagina anak tiriku.
spermaku menyembur nyembur membasahi lobang cintanya.
tongkolku berdenyut denyut….
akupun menyeringa kepuasan………..
kujatuhkan badanku yg besar ke badananakku seperti masih tak rela berhenti menikmatinya.
Entah kenapa ,setelah beristirahat setengah jam aku bernafsu lagi….. kembali kunikmati tubuh Lidya.
nampaknya anak tiriku memiliki libido yg tinggi pula shg dia dg suka dan rela melayani syahwat ayah tirinya.
aku menciumnya dg benafsu, lidya membalas dg memagut mesra. kembalikita bercumbu ibarat sepasang kekasih.
aku sayang sama kamu Lidya kataku
ah..bapak …lalu mama gimana ?
kita rahasiakan ya yang ? rayuku.
ihhh…bapak….ya donk kita rahasiain…..kata lidya dgn manjanya.
bapak beneran sayang ngga sama lidyatanya gadis kecil itu.
ya donk rayuku sambil menjilati lehernya.
cinta ?
ya…kataku sambil meremas buah dadanya yg mulai mekar. lalu kuisap putingnya penuh perasaan.
ohhh..ohhh bapak…..hmmm…hmmm..lidya mendesah kenikmatan.
aku mulai memilin puting anak tiriku dan menjilatinya berulang . kedua putingnya mengeras, aku menghisap dg penuh syahwat………
ohhhh,,, enak…pak…enak…lenguhnya.
tanganku mengelus pahanya dan perlahan ke memiawnya. lengket, sisa2 spermaku yg banyak. sprei basah karena cairan cinta kita.
aku mengelus elus pahanya kemudian kuraba vaginanya yg lengket2 basah. kugelitk klitorisnya lidya melenguh..paaakkkk…..ugh…ugh..desahnya lagi. perlahan kumasukan jari tengahku memainkan lubangnya yg sempit…bapakkkk…..ugh…..nikmat banget..
kemudian kurebahkan anaku , dan kualihkan perhatianku dari susu mengkelnya ke selangkangan anakku….slur[..slurp aku menjilati memeqnya yg masih penuh dg cairan spermaku. aku menjilat jilat dan menelan spermaku sendiri beserta cairan cintanya.
woooowww…nikmatsekali. tanganku juga sibuk memainkan puting2 pink anakku dan sesekali meremas buah dadanya yg mulai mengkel.
ohhh…bapak……..desahnya setiap kali kusedot vaginanya yg tebal nan semput. lobang kemaluannya masih kecil dan sempit serta masih berbulu tipis diatas nonoknya.
kuhentikan sebentar u memandang vaginanya yg indah. hanya ada garis vertikal, tak ada yg kendor. klitorisnya tersembunyi rapi. kemudian aku kembali menjilatnya. lidahku menyeruak vaginanya dg jilatan2 yg mantap……uh….uhhh…..lidya mendesah2 kenikmatan.
kemudian perlahan kubalikan badanku u melakukan 69. lidya merengkuh tongkolku, sementara aku tetap menyedot vaginannya.
awalnya lidya hanya mau mengocok batangku. namun dg setengah memelas aku memohon lidya u menghisap batangku.
lidya akhirnya kasihan sama diriku dan mulai memandang batangku..sebentar saja dia terdiam kemudian perlahan bangkit dan meraih nya. perlahan dia menjilati tongkolku yg sdh basah dan merasakan asinnya. lama2 dia sdh maumengulumnya seperti lolipop..aku melenguh lenguh kenikmatan…..
setelah chkup puas aku memintanya menaiki tubuhku. lidya bangkit dan berani mencium diriku….sayang…katanya..aku terkejutkemudian tersenyum. aku juga sayang dan cinta sama kamu yang……kataku. lidya kuminta menaiki dan mengangkang. kupegang tongkolku dan kuarahkan ke lubang cintanya yg sempit.
lidya melenguh aku mendesah… BLESSSS… terdengar memeq lidya berhasil memasukan tongkolku.
uh..pak..uh..katanya menelan semua tongkolku.
enak..enak..tongkolnya pak…uh gede…gede banget tongkol bapak. kemudian perlahan dia mulai menaik turunkan tubuhnya u menikmakti tongkolbesar panjangku.
aku mengangkat pinggangku keatas setiap kali lidya menurunkan tubuhnya..bener2 seret dan nikmat…empot ayam anakku begitu terasa. jepitan dinding vaginannya yg baru kujebol masih ketat membungkustongkol besarku.
lidya mengenjotku….. aku mencium bibir anaku dan mengelus puting2nya yg mengeras. beberapa saat kemudian aku beringsut menjilati da menyedot nyedot putingnya yg bwerwarna pink…..uh..pak enak banget sambil terus menggenjot…makin lama genjotan2 anakku makin cepat dan makin cepat…akhirnya setelah menyetubuhi bapaknya selama 15 menit lidya……
ARGHHHHHHHHHHH…..ARRRRGHHHHHHHHHHHH BAPAK AKU … AKU KELUARRRRRRRR…………………….katanya sambil mengejan.
cairan cintanya mengalir membasahi batangku.
akupun sdh ngga tahan lagi dan membalikan tubuh anakku. dari atas kugenjot abis tubuhnya..duh penuh sensasi….begitu aku terus menggenjotdan menggenjot dg cepat…sampai akhirnya aku tak tahan..kucabut penisku dari memeqnya kemudian aku membawanya ke mulutnya dan kupaksa lidya menelan semua spermaku.
ohhh lidya…anakku…ohhhh bapak keluar….crot…crottt….
spermaku kusemprotkan semua didalam mulut mungilnya…aku puas banget..anakku tersedak sedak terpaksa menelan semua spermaku. puas banget melihat mulut mungilnya berlepotan sperma.
beberapa saat kemudian..bapak jahat..jahat…katanya memukulku manja. aku menyeringa saja dan kemudian mengecupnya. lidya memelukku dan kami kembali berpagutan dlm keadaan telanjang bulat saling menyayangi………….duh ratu…………. nikmatnya………………………………….. …………………………
hubunganku dg lidya berjalan selama 3tahun tanpa sepengetahuan ibunya……….kami bersenggama setiapkali ada kesempata. kadang di ruang tamu. kadang di dapur saat dia memasak ataupun dikamar mandi saat dia mandi. lidya benar2 menjadi gadis yg gatelan. tdk ada kata menolak u bercinta.
namun sepandai pandai tupai melompat akhirnya jatuh juga………………………………………. …
aibku terbongkar pd saat anakku berpacaran dg temannya di sekolah. pacarnya jd curiga karena lidya sdh bolong saat diajak ke sebuah motel u bercinta. disinilah kebodohannya mengakui dg terus terang siapa yg mengambil perawannya.
setelah itu, berita menyebar dg cepat di kampung. isteriku marah besar………….. tentu kalian tahu kemana aku setelah itu….

Posted By : Bandar Judi Bola Terpercaya


Monday, January 11, 2016

Agen Bola - Cerita Sex: Dosen Cantik Bergairah

Agen Bola -  Cerita Sex: Dosen Cantik Bergairah 

Agen Bola - Venombet.com - Cerita kali ini akan menumpahkan sebuah kisah hubungan seorang mahasiswa yang berhasil menyetubuhi dosennya yang cantik dan genit. Sebut saja namaku Rudi. Aku adalah mahasiswa tingkat akhir di sebuah universitas di Surabaya.

Agen Royal Keno - Di kampus aku mempunyai seorang dosen yang cantik dan lembut. Namanya Bu Via. Berkenaan dengan Bu Via, ada sesuatu yang membuat kehidupanku lebih indah dan menyenangkan selama hampir tiga bulan ini. 
 
Bermula pada suatu siang ketika aku Agen Bola Terbaik melakukan bimbingan suatu tugas akhir. Di jurusanku sebelum masuk ke skripsi, seorang mahasiswa harus mengambil tugas akhir mengerjakan sebuah desain. Bu Via adalah pembimbingku untuk tugas tersebut. Bimbingan berlangsung singkat saja, karena Bu Via ada tugas lain di luar kampus saat itu. Ketika selesai, Bu Via bilang padaku agar datang ke rumahnya saja pada malam harinya untuk melanjutkan bimbingan. Malamnya aku datang. Rumahnya ada di sebuah kompleks perumahan yang sepi dan tenang.
Bu Via sudah bercerai dari suaminya. Ia berumur sekitar 37 tahun, dengan seorang anak yang masih bersekolah TK. Meskipun sudah berumur 37 tahun, namun Bu Via masih kelihatan seperti baru lepas ABG saja. Kulitnya putih, bersih dan segar. Bodinya langsing, meskipun tidak terlalu tinggi. Pada kaki dan tangannya ditumbuhi bulu-bulu halus, tapi cukup lebat, yang kontras dengan kulitnya yang putih itu.
Saat itu merupakan liburan TK- SD dan anaknya sedang berlibur di rumah sepupunya yang seumur dengan dia. Aku dan Bu Via sebenarnya memang sudah cukup akrab. Dia pernah menjadi dosen waliku dan beberapa kali aku pernah datang ke rumahnya, sehingga aku tidak canggung lagi. Apalagi dalam banyak hal selera kami sama, misalnya soal selera musik. Setelah bimbingan selesai, kami hanya mengobrol ringan saja.
Kemudian Bu Via minta tolong padaku. “Rud, slot lemari pakaian di kamarku rusak, bisa minta tolong diperbaiki?”, begitu katanya malam itu. Kemudian aku dibawa naik ke lantai dua, ke kamarnya. Kamarnya wangi. Penataan interiornya juga indah. Kurasa wajar saja, sejak semula aku tahu ia punya selera yang bagus. Itu pula yang membuat kami akrab, kami juga sering memperbincangkan soal-soal seperti itu, selain soal-soal yang berkaitan dengan kampus.
Aku tersenyum ketika melihat sebagian isi lemari pakaiannya. Lingerie-nya didominasi warna hitam. Aku juga menyukai warna seperti itu. Warna seperti itu sering pula kusarankan pada Kiki cewekku untuk dipakainya, karena dengan pakaian dalam seperti itu membuatku lebih bergairah. Bu Via hanya tersenyum melihatku “terkesan” menyaksikan tumpukan lingerie-nya. Dengan serius kuperbaiki slot pintu lemarinya yang rusak. Ia keluar meninggalkanku sendirian di kamarnya.
Sesaat kemudian pekerjaanku selesai. Saat itu Bu Via masuk. Tiba-tiba tanpa kusangka, ia melap peluh di dahiku dengan lembut. AC di kamarnya memang dimatikan, sehingga udara gerah. “Panas Rud? Biar AC-nya kuhidpkan”, begitu katanya sambil menghidupkan AC. Saat kekagetanku belum hilang, ia kembali melap keringat di dahiku. Dan kali ini bahkan dengan lembut ia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Segera aku menyambar aroma wangi dari tubuhnya hingga membuat jantungku berdetak tidak seperti biasanya.
Bahkan kemudian ia melanjutkan membuat detak jantungku semakin kencang dengan mendekatkan bibirnya ke bibirku. Sesaat kemudian kusadari bibirnya dengan lembut telah melumat bibirku. Kedua tangannya dilingkarkan ke leherku dan semakin dalam pula aroma wangi tubuhnya terhirup napasku, yang bersama tindakannya melumat bibirku, kemudian mengalir dalam urat darahku sebagai sebuah sensasi yang indah. Ia terus melumat bibirku. Lalu tangannya pelan- pelan membuka satu persatu kancing kemejaku. Saat itu aku mulai mampu menguasai diriku. Maka dengan pelan-pelan pula kubuka kancing blusnya.
Setelah kemejaku lepas, ia menarik resliting jeansku. Begitu pula yang kulakukan dnegan roknya, kutarik resliting yang mengunci rokya. Kemudian ia melepaskan bibirnya dari bibirku dan membuka matanya. Saat itu aku terbelalak melihat keindahan yang ada di depan mata. Payudaranya sedang-sedang saja, tapi indah dan terlihat kencang dibungkus bra hitam bepotongan pendek berenda yang membuat barang indah itu tampak semakin indah.
Payudaranya seolah “hanging wall” yang mengundang seorang climber untuk menaklukkannya dengan hasrat yang paling liar. Dan menengok ke bawah, aku semakin dibuat terkesan serta jantungku juga semakin berdetak kencang. Di balik celana dalam dengan potongan yang pendek yang juga berwarna hitam berenda yang indah, tersembul bukit venus yang menggairahkan. Di tepi renda celana itu, tampak rambut yang menyembul indah melengkapi keindahan yang sudah ada.
Kulihat Bu Via juga tersenyum menatap lonjoran tegang di balik celana dalamku. Tangannya yang lembut mengelus pelan lonjoran itu. Sensasi yang menjelajahi aliran darahku kemudian menggerakkan tanganku mengelus bukit venusnya. Ia tampak memejam sesaat dengan erangan yang pelan ketika tanganku menyentuh daging kecil di tengah bukit venus itu. Ia kemudian melanjutkan tindakannya melumat bibirku dengan lembut. Bibirnya yang lembut serta napasnya yang wangi kembali membuatku dialiri sensasi yang memabukkan.
Ia rupanya memang sabar dan tidak terburu-buru untuk segera menuju ke puncak kenikmatan. Bibirnya kemudian ia lepaskan dari bibirku dan ia menyelusuri leherku dengan bibirnya. Napasnya membelai kulit leherku sehingga terasa geli namun nikmat. Kadang-kadang ia mengginggit leherku namun rupanya ia tidak ingin meninggalkan bekas. Ia tahu bahwa aku punya pacar, karena belum lama, Kiki kuperkenalkan padanya saat kami bertemu di sebuah toko buku. Ia kemudian turun ke dadaku dan mempermainkan puting susuku dengan mulutnya, yang membuat aliran darahku dialiri perasaan geli tapi nikmat.
Semakin ke bawah ia diam sesaat menatap batang yang tersembunyi di balik celana dalamku, yang waktu itu juga berwarna hitam. Sesaat ia mempermainkannya dari luar. Ia kemudian dengan lembut menarik celana dalamku. Ia tersenyum ketika menyaksikan penisku yang tegak dan kencang, seperti mercu suar yang siap memandu pelayaran gairah libido kewanitaannya. Dengan lembut ia kemudian mengulum penisku. Maka aliran hangat yang bermula dari permukaan syaraf penisku pelan-pelan menyusuri aliran darah menuju ke otakku.
Aku serasa diterbangkan ke awan pada ketinggian tak terukur. Bu Via terus mempermainkan lonjoran daging kenyal penisku itu dengan kelembutan yang menerbangkanku ke awang-awang. Caranya mempermainkan barang kejantananku itu sangat berbeda dengan Kiki cewekku. Kiki melakukannya dengan ganas dan panas, sedangkan Bu Via sangat lembut seolah tak ingin melewatkan seluruh bagian syaraf yang ada di situ. Cukup lama Bu Via melakukan itu.
Ketika perjalananku ke awang-awang kurasakan cukup, kutarik penisku dari dekapan mulut lembutnya. Giliran aku yang ingin membuat dia terbang ke awang awang. Maka kubuka bra yang menutupi payudara indahnya. Semakin terperangahlah aku dengan keindahan yang ada di depan mataku. Di depanku bediri dengan tegak bukit kembar yang indah sekaligus menggairahkan. Di sekitar puncak bukit itu, di sekitar putingnya yang merah kecoklatan, tumbuh bulu-bulu halus. Menambah keindahan buah dadnya.
Tapi aku tidak memulainya dari situ. Aku hanya mengelus putingnya sebentar. Itupun aku sudah menangkap desah halus yang keluar dari bibir indahnya. Kumulai dari lehernya. Kulit lehernya yang halus licin seperti porselen dan wangi kususuri dengan bibirku yang hangat. Ia mendesah terpatah-patah. Apalagi ketika tanganku tak kubiarkan menganggur. Jari-jariku memijit lembut bukit kenyal di dadanya dan kadang- kadang kupelintir pelan puting merah kecoklat- coklatan yang tumbuh matang di ujung buah dadanya itu. Kurasakan semakin lama puting itu pun semakin keras dan kencang.
Setelah puas menyusuri lehernya, aku turun ke dadanya. Dan segera kulahap puting yang menonjol merah coklat itu. Ia menjerit pelan. Tapi tak kubiarkan jeritannya berhenti. Kusedot puting itu dengan lembut. Ya, dengan lembut karena aku yakin gaya seperti itulah yang diinginkan orang seperti Bu Via. Mulutku seperti lebah yang menghisap kemudian terbang berpindah ke buah dada satunya. Tapi tak kubirakan buah dada yang tidak kunikmati dengan mulutku, tak tergarap. Maka tangankulah yang melakukannya. Kulakukan itu berganti-ganti dari buah dada satu ke buah dadanya yang lain.
Setelah puas aku turun bukit dan kususuri setiap jengkal kulit wanginya. Dan saat aku semakin turun kucium aroma yang khas dari barang pribadi seorang perempuan. Aroma dari vaginanya. Semakin besarlah gairah yang mengalir ke otakku. Tapi aku tidak ingin langsung menuju ke sasaran. Cara Bu Via membuatku melayang rupanya mempengaruhiku untuk tenang, sabar dan pelan-pelan juga membawanya naik ke awang- awang. Maka dari luar celana dalamnya, kunikmati lekuk bukit dan danau yang ada di situ dengan lidah, bibir dan kadang-kadang jari- jemariku.
Kusedot dengan nikmat bau khas yang keluar dari sumur yang ada di situ. Setelah cukup puas, baru kutarik celana dalamnya pelan-pelan. Aku tersentak menyaksikan apa yang kulihat. Bukit venus yang indah itu ditumbuhi rambut yang lebat. Tapi terkesan bahwa yang ada di situ terawat. Meski lebat, rambut yang tumbuh di situ tidak acak- acakan tapi merunduk indah mengikuti kontur bukit venus itu. Walaupun aku pernah membayangkan apa yang tumbuh di situ, tapi aku tidak mengira seindah itu. Ya, aku dan teman-temanku sering bergurau begini saat melihat Bu Via, jika rambut di tempat yang terbuka saja subur, apalagi rambut di tempat yang tersembunyi.
Dan ternyata aku bisa membuktikan gurauan itu. Ternyata rambut di tempat itu memang luar biasa. Bahkan aku yang semula berpikir rambut yang menghiasai vagina Kiki luar biasa karena subur dan indah, kemudian menerima kenyataan bahwa ada yang lebih indah, yaitu milik Bu Via ini. Dari samping keadaan itu seperti taman gantung Raja Nebukadnezar saja :-).
Segera berkelebat pikiran dalam otakku, betapa menyenangkannya tersesat di hutan teduh dan indah itu. Maka aku segera menenggelamkan diri di tempat itu, di hutan itu. Lidahku segera menyusuri taman indah itu dan kemudian melanjutkannya pada sumur di bawahnya. Maka Bu Via menjerit kecil ketika lidahku menancap di lubang sumur itu. Di lubang vaginanya. Bau khas vagina yang keluar dari lubang itu semakin melambungkan gairahku. Dan jeritan kecil itu kemudian di susul jeritan dan erangan patah-patah yang terus menerus serta gerakan-gerakan serupa cacing kepanasan.
Dan kurasa ia memang kepanasan oleh gairah yang membakarnya. Aku menikmati jeritan itu sebagai sensasi lain yang membuatku semakin bergairah pula menguras kenikmatan di lubang sumur vaginanya. Lendir hangat khas yang keluar dari dinding vaginanya terasa hangat pula di lidahku. Kadang-kadang kutancapkan pula lidahku di tonjolan kecil di atas lubang vaginanya. Di klitorisnya. Maka semakin santerlah erangan-erangan Bu Via yang mengikuti gerakan-gerakan menggelinjang. Demikian kulakukan hal itu sekian lama.
Kemudian pada suatu saat ia berusaha membebaskan vaginanya dari sergapan mulutku. Ia menarik sebuah bangku rias kecil yang tadi menjadi ganjal kakinya untuk mengangkang. Aku dimintanya duduk di bangku itu. Begitu aku duduk, ia kembali memagut penisku dengan mulutnya secara lembut. Tapi itu tidak lama, karena ia kemudian memegang penisku yang sudah tidak sabar mencari pasangannya itu.
Bu Via membimbing daging kenyal yang melonjor tegang dan keras itu masuk ke dalam vaginanya dan ia duduk di atas pangkuanku. Maka begitu penisku amblas ke dalam vaginanya, terdengar jeritan kecil yang menandai kenikmatan yang ia dapatkan. Aku juga merasakan kehangatan mengalir mulai ujung penisku dan mengalir ke setiap aliran darah. Ia memegangi pundakku dan menggerakkan pinggulnya yang indah dengan gerakan serupa spiral.
Naik turun dan memutar dengan pelan tapi bertenaga. Suara gesekan pemukaan penisku dengan selaput lendir vaginanya menimbulkan suara kerenyit-kerenyit yang indah sehingga menimbukan sensasi tambahan ke otakku. Demikian juga dengan gesekan rambut kemaluannya yang lebat dengan rambut kemaluanku yang juga lebat. Suara-suara erangan dan desahan napasnya yang terpatah-patah, suara gesekan penis dan selaput lendir vaginanya serta suara gesekan rambut kemaluan kami berbaur dengan suara lagu mistis Sarah Brightman dari CD yang diputarnya.
Barangkali ia memang sengaja ingin mengiringi permainan cinta kami dengan lagu-lagu seperti itu. Ia tahu aku menyukai musik demikian. Dan memang terasa luar biasa indah, pada suasana seperti itu. Apalagi lampu di kamar itu juga remang-remang setelah Bu Via tadi mematikan lampu yang terang. Dengan suasana seperti itu, rasanya aku tidak ingin membiarkan setiap hal yang menimbulkan kenikmatan menjadi sia- sia.
Maka aku tidak membiarkan payudaranya yang ikut bergerak sesuai dengan gerakan tubuhnya menggodaku begitu saja. Kulahap buah dadanya itu. Semakin lengkaplah jeritannya. Matanya yang terpejam kadang-kadang terbuka dan tampak sorot mata yang aku hapal seperti sorot yang keluar dari mata Kiki saat bercinta denganku. Sorot matanya seperti itu. Sorot mata nikmat yang membungkus perasaannya.
Sekian lama kemudian ia menjerit panjang sambil meracau.. “Ah.. Aku.. Aku orgasme, Rud!” Sesaat ia terdiam sambil menengadahkan wajahnya ke atas, tapi matanya masih terpejam. Kemudian ia melanjutkan gerakannya. Barangkali ia ingin mengulanginya dan aku tidak keberatan karena aku sama sekali belum merasakan akan sampai ke puncak kenikmatan itu. Sebisa mungkin aku juga menggoyangkan pinggulku agar dia merasakan kenikmatan yang maksimal.
Jika tanganku tidak aktif di buah dadanya, kususupkan di selangkangannya dan mencari daging kecil di atas lubang vaginanya, yang dipenuhi oleh penisku. Meskipun Bu via seorang janda dan sudah punya anak, aku merasa lubang vaginanya, seperti seorang ABG saja. Tetap rapat dan singset. Otot vaginanya seakan mencengkeram dengan kuat otot penisku. Maka gerakan pinggulnya untuk menaik turunkan bukit venus vaginanya menimbulkan kenikmatan yang luar biasa.
Dan sejauh ini aku tidak merasakan tanda-tanda lahar panasku akan meledak. Bu Via memang luar biasa, ia seperti tahu menjaga tempo permainannya agar aku bisa mengikuti caranya bermain. Ia seperti tahu menjaga tempo agar aku tidak cepat-cepat meledak. Memang sama sekali tidak ada gerakan liar. Yang dilakukannya adalah gerakan-gerakan lembut, tapi justru menimbulkan kenikmatan yang luar biasa, terutama karena aku jarang bercinta dengan perempuan lembut seperti itu. Sekian lama kemudian aku mendengar lagi ia meracau.. “Ah.. Ah.. Ini yang kedua.. Rud, aku orgasme.. Uhh!” Di susul jeritan panjang melepas kenikmatan itu.
Tapi kemudian ia memintaku mengangkatnya ke ranjang, tanpa melepaskan penisku yang masih menancap di lubang vaginanya. Ia memintaku menidurkannya di ranjang tapi tak ingin melepaskan vaginanya dari penisku, yang sejauh ini seperti mendekap sangat erat. Kulakukan pemintaannya itu. Maka begitu ia telentang di ranjang, aku masih ada di atasnya. Penisku pun masih masuk penuh di dalam vaginanya. Kami melanjutkan permainan cinta yang lembut tapi panas itu.
Kini aku berada di atas, maka aku lebih bebas bermanuver. Maka dengan gerakan seperti yang sering kulakukan jika aku berhubungan seks dengan Kiki, cepat dan bertenaga, kulakukan juga hal itu pada Bu Via. Tapi sesaat kemudian ia berbisik dengan mata yang masih terpejam.. “Pelan-pelan saja, Rud. Aku masih ingin orgasme”. Aku tersadar apa yang telah kulakukan. Maka kini gerakanku pelan dan lembut seperti permintaan Bu Via. Kini erangan dan desahan patah-patahnya kembali terdengar.
Ia menarik punggungku agar aku lebih dekat ke badannya. Aku maklum. Tentu ia ingin mendapatkan kenikmatan yang maksimal dari gesekan- gesekan bagian tubuh kami yang lain. Dan Bu Via memang benar, begitu dadaku bergesekan dengan buah dadanya, semakin besarlah sensasi kenikmatan yang kudapat. Kurasa demikian juga dengannya, karena jeritannya berubah semakin santer. Apalagi saat aku juga melumat bibir merahnya yang menganga, seperti bibir vaginanya sebelum aku menusukkan penisku di situ.
Meskipun jeritannya agak bekurang karena kini mulutnya sibuk saling melumat bersama mulutku, tapi aku semakin sering mendengar ia mengerang dan terengah-engah kenikmatan. Hingga beberapa saat kemudian aku mendengar ia meracau seperti sebelumnya.. “Aku.. Ah.. Aku.. Uh.. Yang ketiga.. Aku orgasme, Rud.. Ahh” Setelah jeritan panjang itu, matanya terbuka. Tampak sorot matanya puas dan gembira. Kemudian ia berbisik terengah- engah.. “Aku.. Aku.. Sudah cukup, Rud. Saatnya untuk kamu”. Aku tahu yang dia maksudkan, maka kemudian pelan-pelan semakin kugenjot gerakanku dan semakin bertenaga pula.
Ia kini membiarkanku melakukan itu. Kurasa Bu Via memang sudah puas mendapatkan orgasme sampai tiga kali. Sekian lama kemudian kurasakan lahar panasku ingin meledak. Penisku berdenyut-denyut enak, menandai bahwa sebentar lagi akan ada ledakan dahsyat yang akan melambungkanku ke awang-awang. Maka aku berusaha menarik penisku dari lubang vaginanya yang nikmat itu. Tapi Bu Via menahan penisku dengan tangan lembutnya. “Biarkan.. Biarkan.. Saja di vaginaku, Rud.. Aku ingin merasakan sensasi cairan hangat itu.. Di vaginaku.. Uhh.. Uhh”. Maka ketika lahar panas dari penisku benar-benar meledak, kubiarkan ia mengendap di sumur vagina milik Bu Via, dengan diiringi teriakan nikmatku.
Setelah itu, Bu Via memintaku untuk tetap berada di atas tubuhnya barang sesaat. Dengan lembut ia menciumi bibirku dan tangannya mengusap-usap puting susuku. Aku juga melakukan hal yang sama dengan mengusap-usap buah dadanya yang saat itu basah karena keringat. Dan memang sensasi yang kurasakan luar biasa. Cooling down yang diinginkan Bu Via itu membuatku merasa seakan-akan aku sudah sangat dekat dengan Bu Via.
Aku merasa ia seperti kekasihku yang sudah sering dan sangat lama bermain cinta bersama. Aku merasa sangat dekat. Maka begitu aku merasa sudah cukup, aku menarik penisku yang sebenarnya masih sedikit tegang dari lubang vaginanya. Tampak air muka Bu Via sedikit kacau. Wajahnya berkeringat dan anak rambutnya satu dua menempel di dahinya. Kami kemudian pergi ke kamar mandi pribadinya di kamar itu.
Kamar mandinya juga wangi. Sambil bergurau, aku menggodanya.. “Ibu.. Justru kelihatan cantik setelah bercinta”. Ia hanya tertawa mendengar gurauanku. “Memang setelah bercinta denganmu tadi, seluruh pori-poriku seperti terbuka. Aku sedikit capai tapi merasa segar”, jawabnya dengan berbinar-binar. Ia tampaknya memang puas dengan permainan cinta kami. Di bawah shower, kami membersihkan diri dengan mandi bersama-sama.
Kadang-kadang kami saling membersihkan satu sama lain. Ia membersihkan penisku dengan sabun dan aku membersihkan sekitar vaginanya juga. Ia tertawa geli saat aku dengan halus mengusap-usap vaginanya dan rambut kemaluannya yang lebat itu. Setelah itu, kami duduk-duduk saja di sofa di depan TV. Kami menonton TV, sambil mengobrol dan menikmati kopi panas yang ia buat.
Tapi ia masih membiarkan pemutar CD-nya hidup. Kali ini suara Deep Forest yang juga mistis mengisi suasana ruangan itu. “Kamu tadi luar biasa, Rud.” katanya memujiku. “Meskipun masih muda, kamu bisa bercinta dengan sabar. Aku sampai mendapat orgasme tiga kali”. Ia tersenyum. Matanya berbinar-binar. “Ah, itu juga karena Ibu. Gerakan Ibu yang sabar dan lembut membuat saya juga terpengaruh.” Kami mengobrol sampai malam. Ia kemudian berkata, “Menginap di sini saja, Rud. Ini sudah malam.
Besok pagi- pagi sekali kamu bisa pulang.” Setelah berpikir sejenak aku mengiyakan sarannya. “Kalau begitu masukkan saja motormu di garasi” katanya sambil memberikan kunci garasi. Maka aku turun untuk memasukkan motor tigerku ke garasi seperti yang di sarankan Bu Via. Ketika aku naik kembali ke atas, ia sudah berganti pakaian dengan gaun tidur terusan yang tipis dan halus, sehingga potongan tubuhnya tampak. “Kopinya tambah lagi, Rud?” tanyanya. Aku mengiyakan saja.
Saat ia meraih cangkir kopi di meja, aku menangkap pemandangan indah di balik pakaiannya yang tali pinggangnya tidak diikat dengan ketat. Ia tidak memakai bra-nya, sehingga buah dadanya yang tadi kunikmati, tampak dengan jelas. Mulus dan indah. Pemandangan itu membuat aliran darahku berdesir kembali. Apalagi saat aku mencium aroma parfum dari tubuhnya, lembut dan menggairahkan.
Beda dengan aroma yang dia pakai sebelum kami berhubungan seks tadi. Sesaat kemudian ia telah kembali sambil membawa dua cangkir kopi. Tali pinggang pakaiannya yang semakin longgar membuat pemandangan indah di baliknya semakin tampak. Apalagi saat ia duduk, pakaiannya yang tersingkap menampakkan paha putih mulusnya, yang ditumbuhi bulu-bulu halus.
Serta sedikit bukit venus yang di pinggir celana dalamnya tersembul rambut yang menggairahkan. Kami kembali mengobrol. Ia kemudian menatapku lama, sambil bertanya, “Kau tidak capek, Rud?”. “Tidak”, jawabku. Sekali lagi ia menatapku lama lalu tangannya merangkul leherku dan sesaat kemudian ia telah melumat bibirku kembali dengan lembut.
Kali ini tanganku segera meraba buah dada di balik pakaiannya yang longgar yang sejak tadi sudah menggodaku. Ia masih melumat bibirku saat tangannya pelan-pelan membuka kancing kemejaku dan kemudian melanjutkannya dengan menarik resliting celanaku. Begitu aku tinggal mengenakan celana dalam, ia juga melepas gaun tidurnya. Tinggallah kami berdua hanya memakai celana dalam. Kemudian aku menyambar buah dadanya. Maka semakin lama, seiring dengan jeritan kecilnya yang terpatah-patah, buah dadanya semakin kenyal dan mengeras. Ia menarik payudaranya dari mulutku. Kemudian tangannya menarik celana dalamku.
Sejenak kemudian ia telah mengulum penisku yang sejak tadi juga sudah tegang dan keras. Tapi yang dilakukannya tidak lama. Ia memintaku untuk tidur telentang di sofa. Lalu ia melepas celana dalamnya dan telungkup di atasku. Ia membelakangiku. Vaginanya yang sudah mulai basah berlendir dan kelihatan merah didekatkannya di atas mulutku. Sedangkan ia segera menangkap penisku yang berdiri tegak dan mengulumnya. Maka kami bedua saling mengulum, saling menjilati dan saling menyedot.
Kadang-kadang ia berhenti melakukan aksinya. Barangkali karena ia lebih dikuasai oleh perasaan nikmat karena lubang vaginanya yang merah segar serta klitorisnya kupermainkan dengan mulut dan lidahku. Ia mendesah mengerang terpatah-patah. Setelah ia puas dan ingin segera memulai aksi puncak, ia menggeser pinggulnya menjauh dari mulutku, menuju penisku yang semakin lama kurasakan semakin keras. Tangannya menangkap penisku dan membimbingnya memasuki vaginanya.
Dengan masih membelakangiku, ia menggoyang pinggulnya dengan lembut. Tapi sesaat kemudian, ia berbalik menghadapku. Gerakannya saat ia berbalik menimbukan gesekan pada penisku yang luar biasa. Membuat sensasi yang semakin nikmat. Maka dengan menghadapku ia melanjutkan gerakan spiral pinggulnya tetap dengan halus. Naik turun, maju mundur dan memutar. Aku juga berusaha menggerakkan pinggulku agar menimbulkan sensasi yang lebih nikmat.
Maka semakin santerlah erangan dan desahan dari mulutnya yang terbuka, sambil matanya terpejam. Suara-suara itu beriringan dengan lagu Deep Forest dari CD yang terus mengalun mistis. Tanganku yang semula memegangi pinggulnya di bawanya naik ke atas agar mempermainkan buah dadanya yang bergoyang-goyang mengikuti gerakan pinggulnya. Maka kemudian tanganku mempermainkan buah dadanya itu. Kuelus dan kupelintir kedua putingnya yang coklat kemerahan.
Sekian lama kemudian ia menjerit sambil meracau.. “Uhh.. Uhh.. Aku orgasme.. Aku orgasme, Rud.. Ah.. Ahh..” Setelah ia menjerit panjang menandai orgasmenya, ia membuka mata. Kemudian ia tidur menelungkup dengan beralaskan bantal sofa, dengan kedua kaki mengangkang terbuka, sehingga belahan vaginanya yang indah, merah dan basah berlendir tampak sangat menggairahkan.
Ia memintaku juga untuk menelungkup di atasnya. Dengan kedua tanganku yang memegangi kedua buah dadanya sekaligus sebagai penahan berat badanku, aku menelungkup di atasnya. Dan kusodokkan dengan lembut penisku yang masih tegang dan keras ke lubang vaginanya dari arah belakang. Kini aku yang harus lebih aktif, maka kugerakkan pinggulku maju mundur, naik turun. Bu Via masih terus mengerang dan mendesah terpatah-patah dengan mata yang terpejam. T
anganku juga tetap aktif mempermainkan buah dada dan puting susunya. Sedangkan mulutku kupakai untuk menelusuri lehernya yang jenjang dan halus. Sekian lama kemudian terasa lahar panasku akan meledak. “Uhh.. Ahh sebentar lagi.. Sebentar lagi hampir..!”, kataku terbata-bata. “Uhh.. Uhh.. Aku juga, Rud. Jangan kau cabut penismu. Kita sama-sama.. Ahh.. Ahh” Sesaat kemudian kami sama-sama menjerit kecil, menandai puncak kenikmatan yang kami capai bersamaan.
Seperti sebelumnya, Bu Via memintaku tidak segera mencabut penisku. Matanya masih terpejam, tapi wajahnya tersenyum. Aku juga masih mempermainkan buah dadanya dengan lembut. Ia dengan lembut berkata.. “Aku bahagia sekali malam ini, Rud..”, yang kemudian kujawab dengan kalimat yang sama. Ia kemudian memintaku mencabut penisku dari lubang vaginanya.
Lalu ia telentang dan mencium bibirku dengan lembut. Ia seterusnya meneguk kopi yang sudah mulai dingin. Tampak bahwa ia kehausan setelah permainan seks yang indah itu. Dengan masih bertelanjang bulat, ia berjalan ke luar ruangan itu dan sesaat kemudian membawa sebuah lap dan semprotan air untuk membersihkan spermaku dan lendir vaginanya yang tumpah di atas sofa. Aku membantunya membersihkan noda itu.
Setelah itu, seperti seorang remaja yang sedang jatuh cinta, ia menuntunku menuju kamar mandi pribadinya untuk bersama-sama membersihkan diri. Karena kecapaian dan memang sudah cukup malam, kami kemudian memutuskan untuk tidur. Saat aku kebingungan karena aku memakai jeans dan kemeja yang tentu saja tidak nyaman, Bu Via menyarankanku untuk tidur dengan celana dalam saja. “Sudah, pakai celana dalam saja, biar suhu AC-nya kuminimalkan”, demikian katanya.
Aku menyetujuinya. Ia memintaku tidur di ranjangnya. Kulihat Bu Via juga hanya memakai gaun tidur halus dan tipis saja serta celana dalam tanpa mengenakan bra. “Aku memang biasa begini, Rud. Rasanya lebih nyaman dan bebas bernapas”, katanya. Di balik selimut, Bu Via memelukku dan menyandarkan wajahnya di dadaku. Maka aku tersenyum saja saat buah dadanya yang hangat dan lembut, yang menyembul keluar dari gaun tidurnya yang tidak ditalikan dengan erat, sering terasa bergesekan dengan dadaku. Demikian juga dengan Bu Via. Esoknya, pagi-pagi sekali HP-ku sudah berbunyi.
Kiki menghubungiku. Memang begitu kebiasaannya, yang membuatku sering jengkel. Tapi jika kutegur, ia hanya akan tertawa-tawa saja. Kangen katanya. Begitu aku selesai bicara, Bu Via bertanya.. “Siapa, Rud? Pacarmu, ya?” Ia hanya tersenyum ketika aku mengiyakan pertanyaannya. Kemudian ia bangkit dari ranjang. Tali gaun tidurnya yang terlepas memperlihatkan payudaranya yang mulus putih, serta bukit venusnya yang menonjol indah mengundang gairah. Ia membenahinya dengan tenang, sambil tersenyum melihatku terpana melihat pemandangan itu. Kemudian ia ke kamar mandi.
Segera terdengar suara yang mendesis, mengalahkan suara kran yang mengalir lambat. Bu Via sedang pipis rupanya. Mendengar suara seperti itu timbul gairahku. Sesaat kemudian ia keluar dari kamar mandi. Kemudian ia berbisik kepadaku.. “Kau tidak ingin mengulang kenikmatan semalam, Rud?” Aku tersenyum memahami yang ia maksudkan. “Sebentar, Bu..”, jawabku sambil menuju ke kamar mandi, karena ingin kencing.
Setelah itu kami mengulangi percintaan kami semalam. Badanku yang segar karena tidur yang nyenyak semalam, membuatku bersemangat melayani gairah Bu Via yang juga tampak segar. Aku merasakan vaginanya lebih hangat dan justru beraroma lebih menggairahkan pada pagi setelah bangun tidur seperti itu. Dan bau badannya juga lebih natural.
Kami bercinta sampai Bu Via mendapat orgasme tiga kali. Jadi selama bercinta denganku, Bu Via menikmati orgasme sebanyak delapan kali. Maka siangnya, ketika aku bertemu dengannya di kampus ia tampak sangat gembira. Wajahnya berbinar dan kelihatan sangat bergairah menjalani aktivitasnya hari itu.
Begitulah, kini hampir setiap akhir pekan aku selalu mendapat SMS dari Bu Via yang bunyinya begini: “Kau tidak sibuk malam nanti kan, Rud? Bisa datang ke rumah?” Maka setiap mendapat SMS seperti itu segera selalu terbayang sesuatu yang menyenangkan yang akan kami lakukan bersama. Setiap akhir pekan anaknya selalu bermalam di rumah sepupunya di luar kota sehingga Bu Via sendirian di rumah. Dan pembantunya juga pulang karena hanya datang pada siang hari saja.
Setiap aku mendapat SMS itu, aku juga segera menghapusnya agar tidak terbaca oleh Kiki. Di kampus aku juga berusaha bersikap biasa saja dengan Bu Via. Ia dosen yang baik dan dihormati oleh semua orang di kampus. Aku sedikitpun tidak ingin merusak citranya. Dan ia pun seorang yang professional, meskipun di luar kami sering bercinta, ia tetap menghargaiku sebagai mahasiswanya dan ia tetap membimbing tugasku dengan serius. Sesuatu yang sangat aku sukai. Bercinta dengannya bukan sekedar mendapat kepuasan libido, aku merasakan sesuatu yang lain. Entah apa itu.

Posted By : Agen Bola Terpercaya