Agen Bola

Agen Bola
Agen Bola

Tuesday, June 28, 2016

Bandar Bola EURO 2016 - Cerita Sex: Sarah SPG Kosmetik

Bandar Bola EURO 2016 - Cerita Sex: Sarah SPG Kosmetik


Bandar Bola EURO 2016 - Pagi ini aku duduk didepan rumah ketika tiba tiba liwat didepanku Sarah, seorang cewek yg bekerja sebagai penjual kosmetik disebuah supermarket. Ia tersenyum manis melihatku, aku hanya bisa mengangguk saja ketika ia menyapaku. Padahal sebenarnya aku sangat tertarik sekali kepadanya. Sarah benar benar cewek yg seksi sekali, badannya tdk terlalu tinggi, tetapi kulitnya putih dan montok.

Agen Maxbet - Keberaniannya untuk memakai rok mini membuat aku selalu ingin mengetahui apa yg ada dibalik roknya yg sangat minim itu. Namun semuanya hanya menjadi lamunanku saja, karena selama ini kami hanya bertegur sapa dijalan saja. Namun saat ini , ketika isteriku tdk dirumah dan keadaan benar benar sepi, keberanianku mendadak muncul.

Saat itu Sarah yg sudah berjalan agak jauh melewati rumahku aku kejar dan aku panggil, dia menoleh. Mulanya dia agak ragu, namun ketika aku memanggilnya lagi, ia segera kembali dan mendatangi aku. Didepan pintu pagar ia bertanya sopan ..ada apa Oom, kok tumben manggil. Aku hanya tersenyum dan membalasnya, kamu mau masuk kerja ya, kok udah rapi jam berapa sih masuknya…mampir dulu dong.

Saat itu memang dia sudah sangat rapi dan cantik sekali, wajahnya yg putih tdk terlalu kena makeup namun justru memancarkan keseksiannya sebagai akibat dari rok mini serta blouse yg dipakainya. Dia tersenyum dan mengatakan kalau memang dia berangkat agak pagi karena mau mampir kerumah temannya untuk suatu keperluan.

Aku mempersilahkan dia masuk dan dia menurut saja, bahkan dia tanya…Ibu dimana…kok sepi… Aku jawab dengan ringan kalau isteriku sedang keluar kota. Kulihat dia hanya mengangguk angguk saja, kugiring dia duduk diteras samping rumahku yg lebar dan rimbun itu. Kita duduk disini saja ya, biar santai, sambil saya ganti pakaian dulu.

Dia segera duduk disofa sambil tangannya meraih majalah yg ada disitu. Aku jadi agak senang, karena majalah yg diraihnya itu adalah majalah porno yg aku dapat dari luar negeri. Didalam aku segera mengganti piyamaku dengan kaos dan celana pendek tanpa celana dalam, karena aku berniat memanfaatkan saat ini untuk menikmati keseksiannya.

Ketika aku keluar, kulihat dia masih asyik memperhatikan majalah porno itu, dari belakang kuperhatikan gambar apa yg menjadi perhatiannya, ternyata gambar cewek yg sedang dijilati memeknya. Dengan bergaya tdk tahu aku segera duduk didepannya. Sarah tertawa menyeringai sambil berkata :
“aduh Oom majalahnya kok serem sekali ya”. Aku tdk menanggapi, tetapi aku hanya tersenyum saja.

Aku membuka omongan dengan menanyakan dimana dia bekerja sebenarnya, lalu produk apa saja yg kira kira bisa aku pakai dari omong omong itu aku tahu kalau dia bekerja di Sarinah dicounter kosmetik mahal untuk pria .

Dalam sekejap aku sudah menghabiskan uang 800 ribu untuk memesan kosmetik pada dia. Sarah sangat senang karena aku demikian boros membelanjakan uangku untuk kosmetik itu, entah disengaja entah tdk, duduknya mulai tdk rapi sehingga pahanya agak renggang.

Saat itu aku sekilas melihat celana dalamnya yg berwarna kuning, penisku langsung bergetar karena pemandangan yg sekilas itu.Ketika kurasakan sudah cukup aku membuat dia masuk dalam pengaruhku, akupun mulai melaksanakan jebakan yg aku rencanakan tadi.
“Sarah, kamu suka berenang nggak ?” Dia menjawab spontan..
“suka sekali Oom kenapa ya ?” Aku menjawab lagi,
“enggak Oom punya baju renang yg bagus sekali yg Oom beli di Amerika, tetapi Tante tdk berani memakainya, kamu mau ya ?”
“Mau saja Oom, asalkan tante nggak marah kan?” Aku segera mengambil pakaian renang yg aku maksudkan itu, memang aku pernah membeli beberapa baju renang yg seksi dan aku berikan kepada beberapa kenalanku yg berani memakainya, saat ini aku masih mempunyai beberapa buah dan aku pilih yg paling seksi buat Sarah.
Meskipun pakaian renang ini bukan bikini, tetapi potongannya benar benar akan membuat tubuh yg memakainya jadi menonjolkan keseksiannya. Ketika kutunjukkan pada Sarah, matanya berbinar binar..
“aduh Oom bagus sekali ya, tetapi ini pasti mahal sekali harganya” Aku hanya mengangguk kataku, biar mahal kalau yg memakai pantas kan jadi tambah bagus.
“Kalau Sarah nggak keberatan, Oom kepengen lihat Sarah pakai pakaian renang ini mau kan ?” Sarah pertamanya agak ragu ragu mendengar tawaranku itu, tetapi akhirnya dia bertanya,
“dimana saya bisa ganti Oom”
“Disini saja diruang tamu”, aku sengaja menunjuk kedalam ruang tamuku.
“Oom tunggu disini ya” katanya.
Aku hanya mengangguk dan Sarah masuk keruang tamuku untuk mencoba pakaian renang itu. Aku menahan diriku untuk tdk masuk kedalam melihat Sarah ganti, karena aku kuatir dia lepas dari perangkapku itu. Dengan hati berdebar debar aku menunggunya keluar, namun ternyata ia tdk kunjung keluar juga. Tiba tiba kudengar Sarah memanggilku…
“Oom , Oom kesini saja Sarah malu keluar” Aku tergesa gesa masuk keruang tamuku. Kulihat pakaian Sarah bergeletakan dilantai sementara tubuhnya sudah dibalut pakaian renang yg aku berikan itu.
Benar benar pas buat Sarah, buah dadanya yg besar itu menggantung manja dibalik pakaian renang itu dan dari samping sebagian buah dadanya menyembul keluar.
Secara tiba tiba Sarah mengangkat kedua tangannya untuk membetulkan letak rambutnya yg kacau, saat itu aku melihat kerimbunan bulu ketiaknya. Penisku langsung ngaceng penuh melihat ketiak Sarah ini, Tetapi aku masih coba menahan nafsuku dulu, dengan tenang kutarik ia keluar ruang tamuku agar keluar keteras.
“Disini lebih jelas Sarah, kan pakaian renang memakainya diluar ruangan bukan didalam”. Ia hanya tertawa tetapi menurut saja ketika kutarik itu.
Diluar kubiarkan ia berdiri sambil bersandar ditembok sementara mataku menatap keindahan tubuhnya yg hanya dilapisi pakaian renang itu. Ternyata pakaian renang itu tdk dapat menyembunyikan pentil susu Sarah yg tampak menonjol itu dan juga potongannya yg berani menyebabkan sebagian bulu kemaluan Sarah yg hitam keriting itu keluar disisi paha tanpa disadari oleh pemiliknya.
Aku tertawa sambil berkata,
“aduh Sarah..bulumu luar biasa ya..sampai keluar semua tuh !” Sarah agak terkejut dan melihat kearah yg kutunjuk, tangannya berusaha menutupi bagian itu tetapi aku segera mendekatinya dan kupegang bahunya sambil bertanya lagi. “Memangnya lebat ya Sar kok sampai keluar semua” Sarah menjawab enteng juga,
“habis pakaian renangnya seksi sih jadi ya mestinya dicukur sedikit biar nggak keluar semua”.
Aku bilang pada Sarah :
“Sudah Sar sana kamu ganti saja dengan pakaianmu sendiri”. Kalau tadi aku tdk mengikuti ketika Sarah mencoba pakaian renang, saat ini aku ikut masuk dan menunggunya ganti. Sarah berkata..
“lho Oom kenapa kok disini..Oom keluar dulu dong Sarah mau ganti” katanya manja.
Aku diam saja..
“sudahlah apa bedanya telanjang dengan pakai pakaian renang ini, toh Oom sudah bisa membayangkan didalamnya”. Sarah memang berani sambil menyeringai dia segera melepas pakaian renang itu semuanya sehingga tubuhnya jadi telanjang bulat.
Mataku terbelalak melihat buah dadanya yg montok dan bulu jembutnya yg lebat itu, benar benar diluar ukuran, super lebat dan gondrong. Aku sudah tak tahan lagi dengan sigap aku berdiri dan mendekati Sarah, kuremas susunya dan kucium bibirnya.
Sarah hanya pasrah saja, tanpa tunggu komando lagi celanaku langsung kupelorotkan dan kusuruh Sarah memegang penisku. Sarah langsung menggenggamnya dengan halus, aku yg sudah bernafsu segera menarik Sarah pelan pelan kesofa sambil tetap berciuman dan Sarah masih menggenggam penisku.
Ketika aku sudah berhasil duduk disofa, kusuruh Sarah duduk dipangkuanku dan kuselipkan penisku dibibir memeknya. Dengan sekali tekan, penisku amblas diliang memek Sarah. Ternyata Sarah memang betul betul sudah nggak perawan, tetapi memeknya masih terasa seret.. mungkin masih jarang dipakai.
Gerakan pantat Sarah cepat sekali naik turun sementara ia mencium dan memeluk aku erat erat. Kurasakan hangatnya liang memek Sarah yg masih peret itu, geseran buah dadanya didadaku membuat aku makin bernafsu. Merasakan ganasnya Sarah yg menduduki penisku, aku kuatir kalau aku akan cepat ambrol, dengan tergesa gesa kudorong Sarah sehingga ia berdiri dan terlepaslah penisku dari liang memeknya.
Aku mendudukkan dia diatas sofa dan kuangkat kakinya keatas sehingga membuat memeknya terkuak lebar dengan bibirnya yg berwarna merah muda sudah mulai berkilat oleh lendir dari memeknya sendiri. Langsung saja lidahku menjilati itil Sarah yg membengkak seperti kacang tanah itu. Sarah menggeliat sambil merintih, jembutnya yg lebat kusisihkan kesamping sehingga lidahku makin leluasa menyusuri tepi bibir memek Sarah untuk kemudian ujung lidahku kumasukkan keliang memeknya yg menganga itu.
Sarah betul betul tdk tahan dengan jilatanku ini, tangannya meremas remas susunya sendiri, sedang mulutnya merintih rintih. Ketika kulihat lendir memek Sarah sudah membanjir, aku berdiri untuk segera menyetubuhi Sarah, saat itu tiba tiba saja Sarah menangkap penisku dan langsung dimasukkannya kedalam mulutnya, dihisapnya penisku kuat kuat.
Kuluman Sarah tdk terlalu enak, tetapi aku tertegun melihat Sarah yg begitu rakus. Aku memuaskan mataku dengan pemandangan yg indah sekali buah dada Sarah berjuntai montok dan kenyal sementara bibirnya yg dipulas lipstick tipis mengulum penisku.
Tak tahan dengan semua ini segera kucabut penisku dari bibir Sarah dan kudorong Sarah hingga terbaring , pelan pelan kuletakkan penisku dibibir memeknya yg berbulu lebat itu, Sarah membantuku dengan menyibakkan jembutnya serta menguakkan memeknya, pelan pelan aku menusukkan penisku untuk merasakan liang memek Sarah yg hangat itu sampai akhirnya penisku mencapai dasar memek Sarah.
Sarah mengangkat kakinya tinggi tinggi dan pantatnya mulai diputar kekiri dan berganti kekanan. Aku tdk sempat merojokkan penisku, karena goyangan Sarah yg alami membuat aku tdk mampu menahan rasa nikmat yg luar biasa ini, aku hanya mampu menghisap pentil susu Sarah sementara air maniku menyembur keluar oleh empotan dan goyangan Sarah itu.

Posted By :  Bandar Bola EURO 2016 Terpercaya


Sunday, June 19, 2016

Bandar Bola EURO 2016 - Cerita Sex: GaraGara Minta Cukur

Bandar Bola EURO 2016 -  Cerita Sex: GaraGara Minta Cukur


Bandar Bola EURO 2016 - Untuk membentuk agar bulu kemaluanku tumbuh dengan rapih, suatu hari timbul niat isengku untuk mencukur total. Kusiapkan alat-alat dahulu sebelum kumulai aksinya. 

Agen Sbobet - Mulai dari gunting, kaca cermin, lampu duduk, dan koran bekas untuk alas agar bekas cukuran tdk berantakan kemana-mana. Kupasang cermin seukuran buku tulis tepat di depan kemaluanku untuk melihat bagian bawah yg tdk terlihat secara langsung.

Tdk lupa pula kunyalakan lampu duduk di antara selangkanganku. Kumulai pelan-pelan, kugerakkan pisau cukur dari atas ke bawah.

Baru mulai aku menggoreskan pisau cukur itu, aku dengar suara langkah masuk ke kamarku, segera aku lihat baygan di kaca buffet, tdk jelas benar, tapi aku bisa menebaknya bahwa dia adalah si Ida, kemenakan dari ibu kost.

Aku bingung juga, mau membereskan perangkat ini terlalu repot, tdk sempat. Memang aku melakukan kesalahan fatal, aku lupa mengunci pintu depan ketika kumulai kegiatan ini. Akhirnya dalam hitungan detik muncul juga wajah si Ida ke dalam kamarku. Dalam waktu yg singkat itu, aku sempat meraih celana dalamku untuk menutupi kemaluanku. Sambil meringis berbasa-basi sekenanya.

“He… he… ada apa Da..?” sapaku gelagapan.
“Eh, Mas Adi lagi ngapain..?” kata Ida yg nampaknya juga sedang menyembunyikan kegugupannya.

Si Ida memang akrab dengan saya, dia sering minta bimbingan dalam hal pelajaran di sekolahnya. Khususnya pada mata pelajaran matematika yg memang menjadi kegemaranku. Ida sendiri masih sekolah di SMU. Berkata jorok memang sering kami saling lakukan tetapi hanya sebatas bicara saja. 

Apalagi Ida juga menanggapinya, dengan perkataan yg tdk kalah joroknya. Tapi hanya sebatas itulah.
Kembali pada adegan tadi, dimana aku tengah kehabisan akal menanggapi kehadirannya yg memergokiku sedang mencukur bulu kemaluan. Akhirnya kubuka juga kekakuan ini.

“Enggak apa-apa Da, biasa… kegiatan rutin.”
“Apaan sih..?”
“Ida sudah berusia 17 tahun belum..?”
“Emangnya kenapa kalau udah..?” kata Ida masih berdiri dengan canggung sambil terus menatapku dengan serius.
 
“Gini Da, aku khan lagi nyukur ini nih, aku minta tolong kamu bantuin aku. Soalnya di bagian ini susah nyukur sendiri…” kataku sambil kuulurkan pisau cukur padanya.
“Mas Adi, ih..!” tapi ia terima juga pisau cukurnya, sambil duduk di dekatku.

Aku angkat celana yg tadi hanya kututupkan di atas kemaluanku.
“Ida tutup dulu pintunya yach Mas..?”

Dia menutup pintu depan dan pintu kamar. Sebenarnya masih ada pintu belakang yg langsung menuju ke dapur rumah induk. Namun pada jam segini aku yakin bahwa tdk ada orang di dalam. Selesai Ida menutup pintu, dia agak kaget melihat kemaluanku terbuka, sambil menutup mulutnya ia meminta agar aku menutupnya.
“Tutup itunya dong..!” katanya dengan manja.
Aku katupkan kedua pahaku, batang kemaluanku aku selipkan di antaranya, sehingga tdk terlihat dari atas, sedangkan bulunya terlihat dengan jelas.
“Nah begini khan nggak terlihat…” kataku, dan Ida nampaknya setuju juga.
Ida ragu-ragu untuk melakukannya, namun segera aku yakinkan.
“Nggak apa-apa Da, kamu khan sudah 17 tahun, berarti sudah bukan anak-anak lagi, lagian khan cuman bulu, kamu juga punya khan, udah nggak apa-apa. Nanti kalau aku sakit, aku bilang deh..”
“Bukannya apa-apa, aku geli hi.. hi..” sambil cekikikan.
Dengan super hati-hati dia gerakkan juga pisau cukur mulai menghabisi bulu-bulu kemaluanku. Karena terlalu hati-hatinya maka ia harus melakukannya dengan berulang-ulang untuk satu bagian saja.
Sentuhan-sentuhan kecil tangannya di pahaku mulai mIdambulkan getaran yg tdk bisa kusembunyikan. Dan ini membuat kemaluanku semakin tegang, tdk hanya itu, hal ini juga menyebabkan siksaan tersendiri. Dengan posisi tegang dan tercepit di antara pahaku menjadikan kemaluanku semakin pegal. Sampai akhirnya tdk bisa kutahan, kukendorkan jepitan kedua pahaku, sehingga dengan cepat meluncurlah sebuah tongkat panjang dan keras mengacung ke atas menyentuh tangan Ida yg masih sibuk mempermainkan pisau cukurnya.
Begitu tersentuh tangannya oleh benda kenyal panas kemaluanku, dia kaget dan hampir berteriak.
“Oh, apa ini Mas..? Kok dilepas..?” katanya gugup ketika menyadari bahwa batang kemaluanku lepas dari jepitan dan mengarah ke atas.
“Iya Da. Habis nggak tahan. Nggak apa-apa deh, dihadapan cewek harus kelihatan lebih gagah gitu..”
“Mas Adi sengaja ya..?”
“Suer.., ini cuma normal.”
Ida masih memperhatikan kemaluanku yg sudah besar dan kencang dengan wajah yg sulit digambarkan. Antara takut dan ingin tahu. Lalu dia raih kain yg ada di dekatku untuk menutupinya.
“Kenapa ditutup Da..?”
“Aku takut, abis punya Mas Adi besar banget.”
“Emangnya Ida belum pernah melihat kemaluan laki-laki..?” tanya saya.
Ida diam saja, tapi digelengkan kepalanya dengan lemah.
“Ayo deh diteruskan,” bisikku.
Kali ini Ida menjadi super hati-hati mencukurnya. Mungkin takut tersentuh kemaluanku. Sedangkan aku sangat ingin tersentuh olehnya. Tapi aku khawatir dia semakin takut saja. Akhirnya kubiarkan saja dia menyelesaikan tugasnya dengan caranya sendiri.
Akhirnya harapanku sebagian terkabul juga. Ketika Ida mulai mencukur bulu bagian samping kemaluanku, mau tdk mau dia harus menyingkirkan kemaluanku.
“Maaf ya Mas..!” dengan tangan kirinya ia mendorong kemaluanku yg masih tertutup kain bagian atasnya ke arah kiri, sehingga bagian kanannya agak leluasa.
Untuk lebih membuka areal ini, aku rebahkan tubuhku dan kubentangkan sebelah kakiku.
Ida dengan sabar memainkan pisau cukurnya membersihkan bulu-bulu yg menempel disekitar kemaluanku, nafasnya mulai memburu, dan kutebak saja bahwa dia juga sedang horny.
Walaupun masih dengan ragu-ragu dia tetap memegang kemaluanku. Didorong ke kiri, ke kanan, ke atas dan ke bawah. Aku hanya merasakan kIdakmatan yg luar biasa. Tanpa kusadari kain penutup kepala kemaluanku sudah tersingkap, dan ini nampaknya dibiarkan saja oleh Ida, yg sekali-kali melirik juga ke arah kepala kemaluanku yg mulus dan besar itu.
Lama-kalamaan, Ida semakin terbiasa dengan benda menakjubkan itu. Dengan berani, akhirnya dia singkapkan kain yg menutup sebagian kemaluanku itu. Dengan terbuka begitu, maka dengan lebih leluasa dia dapat menyantap pemandangan yg jarang terjadi ini. Aku diam saja, karena aku sangat menyukainya serta bangga mendapat kesempatkan untuk mempertontonkan batang kemaluanku yg lumayan besar.
“Udah bersih Mas…”
Kulihat kamaluanku sudah pelontos, gundul. Wah, jelek juga tanpa bulu, pikirku.
“Di bawah bijinya udah belum Da..?” aku pura-pura tdk tahu bahwa di daerah itu jarang ada bulu.
Lalu dengan hati-hati ia sigkapkan kedua bijiku ke atas. Uh, rasanya enak sekali.
“Udah bersih juga Mas…” ia mengulanginya.
Katanya datar saja. Menandakan bahwa hatinya sedang ada kecamuk. Aku tarik lengannya, dan dengan sengaja kusenggol payudaranya, dan kukecup kIdangnya.
“Terima kasih ya Da..!”
Tanpa kusadari, sejak dia memberanikan diri mencukur bulu kemaluanku tadi, buah dadanya yg berukuran sedang terus menempel pada dengkulku. Begitu kukecup kIdangnya, dia diam saja, mematung sambil menundukkan mukanya. Lalu kuangkat dagunya dan kucium bibirnya, kupeluk sepuas-puasnya. Keremas paudaranya dan nafasnya makin memburu.
Aku raih kemaluannya tapi dia diam saja, kuselipnkan satu jarinya dari sela-sela celana dalamnya. Wah, ternyata sudah basah bukan main. Namun Ida segera terkejut, dan melepaskan diri dariku. Disun pipiku, dan dia segera lari ke rumah induk lewat pintu belakang.
Aku benar-benar puas, kupandangi tampang kemaluan gundulku yg masih tegak.
“Suatu saat nanti engkau akan mendapat bagiannya…” kataku dalam hati.
Sejak peristiwa itu, kami memang tdk pernah bertemu dua mata dalam suasana yg sepi. Selalu saja ada orang lain yg hilir mudik di kamarku. Sampai akhirnya liburan datang dan kami semua masing-masing pulang kampung untuk beberapa waktu. Liburan sekolah sudah selesai, Ida sudah datang lagi setelah berlibur ke rumah orang tuanya di Tabanan, Bali. Begitu juga aku yg datang sebelum masa kuliahku dimulai.
Waktu itu hujan deras. Ida masih berada di kamarku (suasananya sepi karena tdk ada orang sama sekali, termasuk di rumah induk) untuk minta bimbingan atas pelajarannya. Begitu selesai, Ida menyandarkan tubuhnya ke dadaku sambil berkata.
“Mas, itunya sudah tumbuh lagi belum..? Hi… hi…” sambilnya ketawa cekikikan.
“Oh, itu..? Lihat aja sendiri.” sambil kupelorotkan celana pendekku sampai lepas, dan kemaluanku yg masih lunglai menggantung.
“Mas Adi ih, ngawur…” katanya.
Tapi walaupun demikian, ia santap juga pemandangan itu sambil menyibakkan sebagian T-Shirt-ku yg menutupi daerah itu. Bulu-bulu yg sudah rapih memenuhi lagi sekitar kemaluanku, segera terlihat dengan jelas.
“Nah, begitu khan lebih oke…” katanya.
“Aku kapok Da, nggak mau nyukur plontos lagi.”
“Kenapa Mas..?”
“Waktu mau numbuh. Bulunya tajam-tajam dan itu menusuk batangku.”
“Habis Mas Adi sukanya macem-macem sih..!” sambil terus memandang kemaluanku yg masih tergantung lunglai,
“Mas, kok itunya lemes sih..?”
“Iya Da, sebentar juga gede, asal diusap-usap biar seneng.”
“Ah Mas Adi sih senengnya enak terus.”
Walaupun berkata seperti itu, mau juga Ida mulai memegang kemaluanku dan digerak-gerakkan ke kanan dan ke kiri. Membuat batang kemaluanku semakin besar, keras dan mengacung ke atas. Ida makin menyandarkan kepalanya ke dadaku. Dan langsung saja saya peluk dia, sedemikian rupa hingga payudaranya tesentuh tangan kiriku. Rupanya Ida tdk pakai BH, sehingga kekenyalan payudaranya langsung terasa olehku. Kupermainkan payudaranya, aku pencet, menjadikan Ida terdiam seribu bahasa tetapi nafasnya semakin cepat.
Demikian pula Ida dengan hati-hati memainkan kemaluanku, masih terus dibolak-balik, ke kanan dan ke kiri.
Aku cium bibir Ida, dan dia menanggapinya dengan tdk kalah agresifnya. Barangkali inilah suatu yg ditungu-tunggu. Aku lepas blouse-nya, dan payudaranya yg masih kencang dan mulus dengan putingnya yg kecil berwarna coklat muda segera terpampang dengan jelas. Karena tdk tahan, aku langsung menciuminya.
Hal ini menjadikan Ida semakin menggeliatkan tubuhnya, tandanya dia merasa nikmat. Aku ikuti dia ketika dia mambaringkan tubuhnya di tempat tidur. Aku hisap-hisap putting payudaranya, sementara rok dan celananya kupelorotkan. Ida setuju saja, hal ini ditunjukkan dengan diangkatnya pantat untuk memudahkanku melepaskan pakaian yg tersisa.
Begitu pakaian bagian bawah terlepas, segera tersembul bukit mungil di antara selangkangannya, rambutnya masih jarang, nyaris tdk kelihatan. Sekilas hanya terlihat lipatan kecil di bagian bawahnya. Pemandangan ini sungguh membuat nafsuku semakin memuncak.
Begitu kuraba bagian itu, terasa lembut. Makin dalam lagi barulah terasa bahwa dia sudah banyak berair. Ida masih merem-melek, tangannya tdk mau lepas dari kemaluanku. Begitu pula ketika kulepas pakaianku. Tangan Ida tdk mau lepas dari alat vitalku yg semakin keras saja.
Begitu aku sudah dalam keadaan bugil, aku kembali mempermainkan kemaluannya, ketika jari tengahku mau memasuki memeknya yg sudah banjir itu. Pinggulnya digoygkannya tanda mengelak, aku hampir putus asa.
Tetapi kudengar suara manjanya,
“Jangan pakai tangan Mas. Pakai itu saja.” sambil menarik-narik alat vitalku ke arah memeknya.
Aku segera mengambil posisi. Tangan lembutnya membimbingnya untuk memasuki arah yg tepat. Kugosok-gosokkan sebentar di bibir memeknya yg berlendir itu. Rasanya nikmat sekali. Setelah kurasa tepat berada di ambang lubangnya, aku dorong sedikit, agar bisa memasukinya. Tapi nampaknya tdk mau masuk. Aku coba sekali lagi, tdk mau masuk juga.
“Kamu masih perawan Da..?” akhirnya aku tanya dia.
Diantara jelita dan wajahnya yg sudah seperti tdk sadar itu, aku lihat kepalanya menggeleng dan itu adalah suatu jawaban.
Usaha menembus lubang kenikmatan itu aku tunda dulu. Operasiku berpindah dengan memagut-magut seluruh tubuhnya. Ida semakin terengah-engah menerima perlakuanku. Erangan-erangan yg terkesan liar semakin membuatku bernafsu.
Aku kecup putingnya, perutnya, dan pahanya. Ketika aku mengecup pahanya, sepintas aku lihat memeknya menganga, semburat warna merah tua yg licin sungguh menarik perhatianku. Jilatanku makin dekat ke arah memeknya. Begitu lidahku menyentuh bibir kemaluannya, Ida berteriak kelojotan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku semakin bersemangat menjilatinya.
Setelah kurasa jenuh, dan kehabisan variasi menjilati memeknya. Kembali kuarahkan kemaluanku ke arah barang yg paling dilindungi wanita ini. Kembali tangan Ida membimbing kemaluanku. Setelah tepat di depan gerbang kIdakmatan, aku dorong sedikit.
“Bless…”
Kepala kemaluanku bisa masuk sedikit, Ida meringis, tapi terus menekan bokongku. Maksudnya, jelas agar aku masuk lebih banyak lagi. Aku dorong lagi, tetapi lubangya terlalu sempit. Walaupun hanya kepala saja yg masuk, tetapi aku berusaha memaju-mundurkan, agar gesekan yg nekmat itu terasa. Setelah beberapa kali aku memaju-mundurkan, sekali lagi aku dorong lebih dalam lagi. Berhasil..! Kini kemaluanku sudah sepertiga berada di dalamnya. Aku berusaha sabar, aku gerakkan maju mundur lagi.
Setelah beberapa kali, aku mendorong lagi. Begitulah kulakukan berulang-ulang sampai semua kemaluanku tertelan dalam remasan memeknya. Kudiamkan untuk sesaat di dalam, kurasakan denyutan-denyutan yg sangat nikmat yg membuat seluruh tubuhku mengejang. Kugerakkan lagi bokongku dengan arah maju-mundur. Tanpa kusangka, Ida menjerit sambil mengejang.
“Terus Mas… terus Mas… aku sampaaiii… ouh… ouh…” jeritan itu lumayan keras.
Aku segera tutup mulutnya dengan bibirku. Bersamaan dengan itu, kemaluanku terasa diremas-remas. Ujung kemaluanku seakan menyentuh dinding yg membuatku merasa geli bukan main. Akhirnya aku tdk tahan juga untuk mengeluarkan spermaku ke dalam liang kewanitaannya. Beberapa semprotan agaknya semakin menjadikan Ida semakin liar dan semakin meregangkan tubuhnya.
Kami orgasme bersama-sama, dan itu sangat meletihkan. Dan aku tdk ingin cepat-cepat melupakan fantasi yg hebat itu. Kami tertidur untuk beberapa waktu.
Begitu aku bangun, rupanya Ida sudah tdk ada. Yg ada hanyalah secarik kertas menutupi kemaluanku dengan tulisan,
“YOU ARE THE GREAT”.
Sejak saat itu, kami selalu melakukannya secara rutin dua minggu sekali, paling lama sebulan sekali. Namun tdk melakukan di rumah tetapi kubawa ke hotel di luar kota secara berganti-ganti yg kemungkinan kecil untuk diketahui oleh orang yg kami kenal. Sampai akhirnya, kami berpisah. Aku lulus dan diterima kerja di luar kota.

Posted By : Bandar Bola EURO 2016 Terpercaya


Thursday, June 16, 2016

Agen Bola EURO 2016 - Cerita Sex: Perawat Bispak

Agen Bola EURO 2016 -  Cerita Sex: Perawat Bispak 

Agen Bola EURO 2016 - Sebut saja nama saya Elang. Ceritanya saat itu saya telah nyaris satu minggu sakit kepala, tdk seperti sakit kepala umumnya, saya cemas sakit kepala saya ini semacem vertigo lantaran sakitnya yg beneran tdk nahan. Alhasil, saya sangat terpaksa ke dokter buat check. Ya walau situasi kantong tdk mencukupi, namun kesehatan kan nomor satu

Agen Sbobet - Buat meriksain sakit saya itu, saya datengin RSUD kota saya yg jaraknya tdk terlampau jauh dari tempat tinggal. Ya umum deh yg namanya RSUD, pasti rame, penuh serta ngantri bukanlah kepalang seperti ingin ngambil beras murah.

Namun aktivitas ngantri saya sedikit lebih mengasyikkan waktu ini lantaran pas di depan saya duduk, yaitu meja resepsionis tempat tinggal sakit yg dibaliknya ada perawat yg lumayan cantik. Tadi sih cocok saya daftar buat berobat, saya teliti namanya, Nina.

Perawat Nina itu penampilannya umum saja lantaran masih tetap pakai seragam perawat putih komplit dengan topi kecilnya yg nempel di atas kepalanya. Kulitnya putih, rambutnya hitam pekat, tubuhnya lumayan sintal. Saya tdk dapat baygin banyak lantaran saya tdk dapat simak pacar semua tubuh.

Seputar 30 menit nunggu, sembari liatin perawat Nina yg lucu, tau-tau nama saya di panggil dokter untuk masuk ke ruang buat di check. Bergegaslah saya masuk ke ruang. Dokter yg meriksa saya cowok, telah tua, ngomongnya saja tdk terang. Agar demikian, tetep saja yg saya pikirin hanya Nina yg di depan tadi. Duh, bagaimana ya langkahnya ngajak pacar kenalan? Demikian yg saya pikirin sepanjang lagi di check si dokter.

Tdk sampai lima belas menit saya di check, sesudah dokter ngasih resep, segera saya keluar. Saat sebelum saya pulang serta tdk menyia-nyiakan peluang, saya samperin saja meja Nina dengan modal sebagian pertanyaan asal.
 
“Mbak, ingin bertanya dong. Itu bila ingin nebus resep obat dari dokter itu di mana ya? ” bertanya saya, walau sebenarnya saya tau apotek tempat tinggal sakit ini di mana.
Nina yg tengah repot menulis di buku besar ini juga kaget dengan saya yg ajukan pertanyaan dengan mendadak.
“Oh, Mas keluar saja melalui pintu ini. ” Sembari menunjuk pintu di belakang saya,
“ Lantas belok ke kiri. Di ujung lorong, mas saksikan di samping kanan, ini apoteknya mas. ” Terang Nina.
“Oh gitu ya, Mbak? ” Jawab saya, saya sok mikir jalan ke apotek, walau sebenarnya saya lagi mikirin buat nanya terlebih.
“Kalau tempat tinggal mbak, arahnya kemana? ” Bertanya saya ngasal sembari nyengir.
Nina jadi tersenyum kecil. Senyumnya bener bener manis serta buat saya deg-degan gan.
“Rumah saya jauh, Mas. Sulit dijelasinnya, hehehe. ” Jawab suster Nina sembari terkekeh kekeh.
“Terus bila jauh, Mbak pulangnya bagaimana? Ada yg jemput? ” Bertanya saya lagi.
Masih tetap dengan melempar senyum manisnya, Nina menjawab “Biasa sih naik angkot mas, 2 x ubah. Tdk sulit kok. ”
“Oh gitu. Memang mbak pulang jam berapakah? Bila saya anter pulang, ingin tdk? ” Sesudah nanya itu, saya baru ngerasa saya nekat banget.
Namun ya, jika juga dia tdk ingin, besok juga tdk bakal ketemu lagi, jadi saya tdk bakal malu malu sangat.
“Ah, Mas mungkin. Kelak merepotkan, Mas. Mas juga kan lagi sakit. ”
“Udah sehat kok, Mbak. Mulai sejak tadi simak Mbak pertama kalinya. Hehehe. ” Jawab saya dengan sedikit gombal.
Nina tak menjawab, cuma lihat catatan yg ada di mejanya sebentar lantas berkata,
“Kalau ingin, saya kelak pulang jam lima sore mas. ” Jawab Nina sembari memberi suatu kertas kecil pada saya.
“Mas pulang saja dahulu, istirahat dirumah. ”
Demikian saya saksikan, nyatanya yg dituliskan di situ yaitu nomor telephone. Wah, jalan bagus nih. Demikian pikir saya. Selekasnya saya pulang dengan perasaan suka bercampur salah tingkah lantaran bingung tdk tau kelak mesti bagaimana cocok ketemu Nina.
Saya segera nyodorin tangan saya ke Nina.
“Aku Elang… ” Ucap saya buat kenalan.
“Nina, Mas… ” Jawab Nina sembari menjabat tangan saya.
Singkat cerita, sore ini saya telah parkirin motor saya di RSUD buat nunggu Nina. Dari jauh saya simak Nina jalan keluar dari gedung tempat tinggal sakit masih tetap dengan seragamnya, cuma ditambah sweeter berwarna abu-abu serta ransel kecil yg disangkutkan di bahunya.
Nina melemparkan senyum manisnya demikian lihat saya yg berdiri disamping motor saya.
“Sudah lama ya, Mas? Maaf ya bikin menanti… ” tutur Nina sopan.
“Enggak kok, baru sebentar hehehe. ” Jawab saya sembari menyodorkan helm untuk dipakai Nina. Selekasnya Nina menggunakan helm itu.
“Mau segera pulang? Atau ingin kemana dahulu? ”
“Hmm, terserah mas saja. Saya tdk cepat-cepat kok. ” Jawabnya pelan.
“Kalau makan dahulu, bagaimanakah? ” Bertanya saya.
Nina cuma mengangguk. Selekasnya saya nyalakan motor serta pergi mencari makan.
Sesampainya di tempat makan, sangat banyak hal yg kita bicarakan. Dari mulai masalah pekerjaan, hingga kehidupan pribadi.
Dari percakapan itu, saya temui nyatanya Nina itu baru putus dengan kekasihnya dua bln. waktu lalu serta bekas pacarnya itu saat ini telah menikah dengan wanita lain. Saya tdk nygka, wanita secantik Nina itu dapat ditinggal untuk wanita lain.
Hari makin sore serta gelap, yg nyatanya juga mendung. Kami berdua mengambil keputusan untuk pulang saat sebelum hari hujan. Nina menuturkan arah serta jalan ke tempat tinggalnya yg nyatanya saya cukup hapal daerah itu. Saya selekasnya meningkatkan motor bebek saya melalui jalan tikus yg saya tau agar dapat cepat hingga.
Sebagian ratus mtr. saat sebelum hingga, tanpa ada di beri aba-aba hujan deras selekasnya turun. Terlampau dekat buat neduh dahulu. Pada akhirnya saya terobos saja ujannya walau baju saya serta suster Nina juga basah kuyup.
“Duh, Mas. Terima kasih banyak ya telah ingin antar saya hingga kehujanan. Maaf merepotkan ya, Mas. ” Kata Nina demikian telah tiba di depan tempat tinggalnya.
Tempat tinggalnya tak terlampau besar, tampak asri dengan adanya banyak tanaman dibagian teras juga cat berwarna hijau yg menaikkan kesan menentramkan.
“Gak permasalahan kok. Saya yg mohon maaf lantaran naik motor sama saya, anda jadi kehujanan… ” Kata saya sembari meringis kedinginan.
“Mas, singgah dahulu yuk. Saya buatkan teh hangat serta pinjamkan baju buat mas. Janganlah dipaksa pulang, kelak jadi lebih sakit. ”
“Gak usah ah, tdk enak ah sama orang tempat tinggal… ” Jawab saya basa-basi.
“Tdk apa, Mas. Lagi juga saya tinggal sendiri. Yuk, mas. Input motornya. ” Kata Nina sembari membukakan pagar tempat tinggalnya.
Saya juga mengambil keputusan untuk singgah sebentar sembari menanti hujan reda. Nina memersilahkan saya untuk duduk di ruangan tamunya yg kecil tetapi bersih serta teratur rapi.
“Duduk dahulu mas, sebentar saya hambilkan anduk ya mas… ” Kata Nina sembari berlalu ke.
Saya lalu duduk sembari lihat saksikan, terdapat banyak photo saat Nina wisuda. Tampak cantik sekali dengan kebaya serta toga. Juga terdapat banyak photo yg kelihatannya yaitu orangtua Nina disamping photo wisudanya.
“Ini mas, handuknya… ” Nina mencengangkan saya dengan memberi handuk berwarna biru tdk tipis untuk saya mengeringkan tubuh.
“Ini ada kaos mempunyai bekas saya dahulu, tdk terlampau bagus, namun kelihatannya muat buat mas… ”
“Iya, terima kasih ya. Oia, panggil Elang saja ah. Janganlah mas. Sepertinya usia kita tdk jauh beda. Hehehe. ”
Kata saya sembari mengambil kaos dari tangan suster Nina.
“Hehehe iya, Elang. ” imbuhnya.
Saya juga bergegas ke kamar mandi untuk bertukar baju. Sesudah usai, saya akan kembali pada ruangan tamu. Waktu melalui satu diantara ruang, saya saksikan pintu yg tdk tertutup rapat. Maksud hati mau tutup pintu itu walau saya tdk paham ini kamar atau ruang apa. Kaget saya demikian saya saksikan nyatanya didalamnya Nina tengah bertukar baju.
Nina yg terlihat cantik walau badannya terbalut seragam kerja, tampak semakin cantik tanpa ada busana. Rambut hitam lurus sepunggung membuatnya terlihat lebih anggun. Badannya yg putih sintal, pantatnya yg kencang serta payudara yg demikian menantang, bikin saya betul-betul segera berpikiran kotor. Celana saya juga makin tdk nyaman lantaran batang yg semakin mengeras. Cemas Nina tau saya ngintip, selekasnya saya balik ke ruangan tamu.
Saya segera duduk di sofa yg ada di ruangan tamu. Berupaya tenang serta sebisa-bisanya tdk salah tingkah lantaran yg saya simak baru saja. cerita sex
Nina kembali dari kamar. Kenakan pakaian barong Bali berwarna ungu, dengan hotpants berwarna coklat tua dengan handuk yg melilit di kepalanya sembari membawa gelas diisi teh hangat.
“Ini Gi diminum dahulu… ” Kata Nina menyuguhkan minum, sembari duduk disamping saya.
“Iya, terima kasih ya Nina… ” Jawab saya tersipu malu.
Saya ambillah gelas serta minum teh sedikit. Coba-coba mencari bahan perbincangan walau yg saya baygin hanya Nina yg lagi saya entotin dengan liar.
“Hmm, Elang tadi ngintipin saya ya? ” Bertanya Nina.
DHEG! Kaget bukanlah kepalang, saya bingung harus jawab apa.
“Ah? Tdk kok, memang tadi anda di mana? ”
“Di kamar, telah Gi, saya tahu kok. Tadi saya saksikan baygan anda dari meja rias saya. Anda ngintip saya kan? ”
Selidik Nina dengan suara sedikit lebih tinggi.
Saya tertunduk malu, bingung serta tdk tau harus ngomong apa.
“Iya, Nin. Maaf ya, tadi tdk berniat. Tujuannya ingin nutup pintu, eh jadi jadi ngintip…. ” Jawab saya masih tetap sembari tertunduk.
Saya tdk berani simak muka Nina, sampai tau tau dia ngegeser duduknya agar semakin deket sama saya.
“Terus, hanya nginitip saja? Tdk ingin yg lain? ” Bisik Nina di telinga saya.
Kontan aliran darah saya segera kenceng ke semua tubuh. Yg semula kerasa dingin, mendadak segera panas.
Saat itu juga tanpa ada basa basi saya lumat bibir mungil Nina. Tangan kanan saya narik kepalanya agar ciuman kita makin kuat serta dekat. Nafas Nina segera kenceng tdk teratur. Nina lantas narik handuk yg ada di kepalanya serta ngelemparnya ke lantai.
Ciuman saya turunin ke leher Nina. Segera saja Nina mengangkat kepalanya ke atas, seolah minta saya buat nikmatin lehernya tdk ada yg kesisa. Baju barong Bali nya yg longgar, bikin saya makin leluasa untuk memasukan tangan serta ngeremes payudaranya yg telah dari tadi saya beberapa tunggulah.
“Hmm, uhhhh Elang, pelan-pelan… ” Desah Nina.
Desahan Nina malah bikin saya makin terangsang serta ingin nikmatin tubuhnya tanpa ada bekas. Saya angkat pakaiannya, serta buka kaitan bra-nya dengan sekali tarik. Saat ini dua payudara bulat menantang yg tadi saya liatin dari jauh doang, telah siap buat saya nikmatin sampai senang.
Tdk pakai nunggu lama, saya hisap putingnya sembari saya remes yg sampingnya. Desahan Nina makin jadi. Tanpa ada diakuin, satu tangannya narik rambut saya cukup keras.
“Uuuhhhh, Elanggggg. Enak Lang…. ” Erang Nina.
Senang meremas payudaranya, tangan saya berupaya untuk ngebuka celana Nina. Serta tanpa ada butuh banyak usaha, lantaran Nina juga tampak telah nafsu membara, suster cantik yg saya simak tadi siang di meja resepsionis, saat ini telah telanjang bulet tanpa ada sehelai benang juga di depan saya, minta buat saya puasin.
Tangan saya dengan lembut ngusap rambut halus yg ada diantara selangkangan Nina. Keliatannya cukup dirawat dengan baik. Kerasa telah semakin basah dari dalam mekinya Nina. Saya selipin tangan saya di antara bibir mekinya, cari klitoris agar Nina semakin mengerang serta kejang lantaran nikmat duniawi yg mungkin saja telah lama dia tdk rasain lagi.
Sebagian menit saya asyik ngorek meki Nina dengan jari saya, Nina narik rambut saya semakin kenceng.
“Arrrghh, Elang, saya keluar argggghhh saya keluarrrr…. ” jerit Nina kecil.
Merasa ada cairan hangat dari dalam lobang kesenangan Nina. Saat ini Nina keliatan lelah serta sedikit terengah-engah. Tubuhnya penuh keringet, meskipun di luar hujan deras, namun ruangan tamu itu merasa semakin panas.
Nina yg memejamkan mata sembari coba mengatur nafas lalu ngeliat ke arah saya.
“Kamu kok pinter banget sih, Lang? Baru pakai jari saja saya telah lelah. Bagaimana lagi bila gunakan itu? ” Kata Nina sembari tangannya mencapai konti saya yg masih tetap ada di dalam celana.
Dengan gesit, ia buka kancing serta reseleting celana saya. Dikeluarkan batang kemaluan saya dari dalam sarangnya. Dengan tangan yg masih tetap ngeremes konti saya, lidah Nina segera dijulurin ke ujung konti saya.
Demikian cepet hingga konti saya masuk seluruhnya ke mulut Nina. Dengan pelan tetapi penuh gairah, ia naik turunin kepalanya agar konti saya yg ada didalam mulutnya merasakan nikmat tdk ada tara. Bener bener permainan yg ajib dari suster yg saya sangka kalem itu.
Waktu saya masih tetap asyik nikmatin sepongan dahsyat Nina, dia ngeluarin konti saya dari mulutnya. Tangannya masih tetap ngeremes pelan konti saya, namun dia bangun serta coba buat duduk diatas saya.
“Kamu ada kondom tdk, Lang? ” Bisik Nina sembari mengeluskan konti saya ke bibir mekinya.
Tanpa ada ngejawab, saya segera ambillah di tas kondom berwarna item yg saya simpen buat beberapa jagalah. Lantaran sesuai sama kepribadian saya. Keliatan muka Nina seneng banget demikian saya ngeluarin kondom. Di ambil kondom dari tangan saya sembari mencium bibir saya. Sejurus lalu dirobek bungkus kondomnya serta dipasangkan di konti saya dengan telaten.
Sesudah kepasang, Nina semakin siap buat masukin konti saya ke mekinya. Saya hanya duduk sembari ngeliat apa yg dia lakukan ke konti saya serta bagaimana muka dia setiap saat konti saya nyentuh mekinya.
Mata yg merem melek, serta desahan pelan cocok konti saya masuk sedikit untuk sedikit ke meki Nina. Mekinya basah banget, namun merasa sempit, mungkin saja lantaran telah lama tdk ada konti yg masukin.
Konti saya telah masuk seluruhnya ke dalam meki Nina. Ke-2 tangan dia ngelingker di leher saya, serta tangan saya megangin pinggul Nina sembari bantu tubuhnya naek turun diatas pangkuan saya.
“Aaahhh, Elanggggg, aaahhhhh yess aarrgghhh…. ” Hanya ini yg keluar dari mulut Nina yg keliatan nikmatin banget konti saya di dalam mekinya.
Saya cobalah buat lebih konsentrasi untuk sembari ngeremes serta ngisep puting payudara Nina yg daritadi berayun naik turun. Cocok putingnya masuk ke mulut saya, automatis kocokan Nina cuma dari panggulnya, tubuhnya dilewatkan diem agar gue dapat senang nikmatin toketnya waktu dia lagi asyik nikmatin konti saya.
Nyaris 15 menit saya diposisi demikian, saya gagasan buat ubah posisi. Saya tujukan Nina buat ubahan duduk serta buka lebar kakinya. Saya taro ke-2 kakinya di pundak saya, serta tangan saya yg telah siap ngeremes dua gunung cantik di dada Nina. Konti saya masukin lagi pelan-pelan ke dalam meki Nina sembari tangan pelan-pelan mulai remes payudara Nina.
Kesempatan ini desahan Nina semakin keras serta semakin meracau tdk terang.
“Arrggg, Elanggg, masukin selalu Langg, saya punya ahhh anda Langg arrrgggghhh” Teriak Nina demikian terlepas.
Saya juga genjot semakin cepet, sesekali saya kasih ciuman ke bibir Nina agar semakin romantis tetapi tetep penuh gairah.
“Elanggg, saya keluar Langg. Arrgggggg……… Anda kuat banget sih….. ”kata Nina dengan nada yg agak gak jelas
“Tahan sayang, saya juga ingin keluar…. ” Balas saya, sembari mempercepat lagi genjotan.
“Arrrggh sayang,, arrggghhh.. teruss aargggghh terussss…. ”
Saya rasakan tekanan yg sangatlah kuat dari konti saya, telah tdk dapat ditahan lantaran remasan kenceng dari meki Nina buat konti saya semakin tdk kuat buat berlama-lama serta,
“Aarggggggggggghhh saya keluarr arrrgghhh… ” Jerit Nina bersamaan dengan muncratnya pejuh dari konti saya.
Saya juga sedikit untuk sedikit memelankan genjotan konti saya, sampai saya keluarin konti dari dalam meki Nina.
Cocok saya berdiri mendadak Nina megangin konti saya, dilepasnya kondom yg kepasang serta dimasukannya lagi konti saya ke mulutnya. Kesempatan ini saya ngerasa geli bukanlah kepalang, namun juga enak sewaktu yg berbarengan.
Rupanya Nina dengan bekas birahi yg ada bersihkan konti saya dari bekas sperma yg ada. Matanya yg melirik sesekali berupaya menangkap ekspresi muka saya cocok pacar ngehisap setelah konti saya sampai bersih dari pejuh.
“Enak banget deh mempunyai anda, Lang… kuat banget lagi… ” kata Nina sembari selalu mengocok konti saya.
“Punya anda juga kuat juga, Nin… ” Balas saya sembari menundukan tubuh serta mencium bibir mungilnya.
“Nanti saya ingin lagi ya…. ” Kata Nina manja sembari meremas konti saya.
Kemudian, kami teruskan mandi berdua serta mengulangi aktivitas yg sama di kamar mandi serta di kamar tidur Nina hingga tengah malam mendekati. Nina memaksa saya untuk nginep di tempat tinggalnya yg nyatanya memanglah cuma terisi dianya hingga sebagian minggu ke depan lantaran orang tuanya yg bertandang ke tempat tinggal kerabat diluar kota.
Sejak peristiwa ini, saya serta Nina resmi pacaran. Nina yg tampak lugu nyatanya penggemar seks sama seperti seperti saya. Saya bersukur dapat dapet pacar seperti Nina

Posted By : Agen Bola EURO 2016 Terbaik

 

Thursday, June 9, 2016

Agen Tangkas - Cerita Sex: Kuhamili Istri Tetanggaku

Agen Tangkas - Cerita Sex: Kuhamili Istri Tetanggaku


Agen Tangkas - Sudah bertahun-tahun kegiatan ronda malam di lingkungan tempat tinggalku berjalan dengan baik. Setiap malam ada satu grup terdiri dari 3 orang. Sebagai anak belia yg sudah bekerja aku dapat giliran ronda pada malam minggu.
Pada suatu malam minggu aku giliran ronda. Tetapi sampai pukul 23.00 2 orang temanku tdk muncul di pos perondaan.

Agen Sbobet - Aku tdk peduli mau datang apa tdk, karena aku maklum tugas ronda adalah sukarela, sehingga tdk baik untuk dipaksa-paksa. Biarlah aku ronda sendiri tdk ada masalah

Karena memang belum mengantuk, aku jalan-jalan mengontrol kampung. Biasanya kami mengelilingi rumah-rumah penduduk. Pada waktu sampai di samping rumah Pak Ihksan, aku melihat kaca nako yg belum tertutup. Aku mendekati untuk melihat apakah kaca nako itu kelupaan ditutup atau ada orang jahat yg membukanya. Dengan hati-hati kudekati, tetapi ternyata kain korden tertutup rapi.

Kupikir kemarin sore pasti lupa menutup kaca nako, tetapi langsung menutup kain kordennya saja.
Mendadak aku mendengar suara aneh, seperti desahan seseorang. Kupasang telinga baik-baik, ternyata suara itu datang dari dalam kamar. Kudekati pelan-pelan, dan darahku berdesir, ketika ternyata itu suara orang bersetubuh. Nampaknya ini kamar tidur Pak Ihksan dan istrinya.
Aku lebih mendekat lagi, suaranya dengusan nafas yg memburu dan gemerisik dan goygan tempat tidur lebih jelas terdengar.

“Ssshh… hhemm… uughh… ugghh, terdengar suara dengusan dan suara orang seperti menahan sesuatu. Jelas itu suara Bu Ihsan yg ditindih suaminya. Terdengar pula bunyi kecepak-kecepok, nampaknya k0ntol Pak Ihksan sedang mengocok liang memek Bu Ihksan.

Aduuh, darahku naik ke kepala, k0ntolku sudah berdiri keras seperti kayu. Aku betul-betul iri membayangkan Pak Ihksan menggumuli istrinya. Alangkah nikmatnya menyetubuhi Bu Ihksan yg cantik dan bahenol itu.

“Oohh, sshh buuu, aku mau keluar, sshh…. ssshh..” terdengar suara Pak Ihksan tersengal-sengal.
Suara kecepak-kecepok makin cepat, dan kemudian berhenti. Nampaknya Pak Ihksan sudah ejakulasi dan pasti k0ntolnya dibenamkan dalam-dalam ke dalam memek Bu Ihksan. Selesailah sudah persetubuhan itu, aku pelan-pelan meninggalkan tempat itu dengan kepala berdenyut-denyut dan k0ntol yg kemeng karena tegang dari tadi.

Sejak malam itu, aku jadi sering mengendap-endap mengintip kegiatan suami-istri itu di tempat tidurnya. Walaupun nako tdk terbuka lagi, namun suaranya masih jelas terdengar dari sela-sela kaca nako yg tdk rapat benar. Aku jadi seperti detektip partikelir yg mengamati kegiatan mereka di sore hari.

Biasanya pukul 21.00 mereka masih melihat siaran TV, dan sesudah itu mereka mematikan lampu dan masuk ke kamar tidurnya. Aku mulai melihat situasi apakah aman untuk mengintip mereka. Apabila aman, aku akan mendekati kamar mereka. Kadang-kadang mereka hanya bercakap-cakap sebentar, terdengar bunyi gemerisik (barangkali memasang selimut), lalu sepi. Pasti mereka terus tidur.

Tetapi apabila mereka masuk kamar, bercakap-cakap, terdengar ketawa-ketawa kecil mereka, jeritan lirih Bu Ihksan yg kegelian (barangkali dia digelitik, dicubit atau diremas buah dadanya oleh Pak Ihksan), dapat dipastikan akan diteruskan dengan persetubuhan. Dan aku pasti mendengarkan sampai selesai. Rasanya seperti kecanduan dengan suara-suara Pak Ihksan dan khususnya suara Bu Ihksan yg keenakan disetubuhi suaminya.

Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasa. Apabila aku bertemu Bu Ihksan juga biasa-biasa saja, namun tdk dapat dipungkiri, aku jadi jatuh cinta sama istri Pak Ihksan itu. Orangnya memang cantik, dan badannya padat berisi sesuai dengan seleraku. Khususnya pantat dan buah dadanya yg besar dan bagus.
Aku menyadari bahwa hal itu tdk akan mungkin, karena Bu Ihksan istri orang. Kalau aku berani menggoda Bu Ihksan pasti jadi masalah besar di kampungku. Bisa-bisa aku dipukuli atau diusir dari kampungku. Tetapi nasib orang tdk ada yg tahu. Ternyata aku akhirnya dapat menikmati keindahan tubuh Bu Ihksan.

Pada suatu hari aku mendengar Pak Ihksan opname di rumah sakit, katanya operasi usus buntu. Sebagai tetangga dan masih bujangan aku banyak waktu untuk menengoknya di rumah sakit. Dan yg penting aku mencoba membangun hubungan yg lebih akrab dengan Bu Ihksan.
Pada suatu sore, aku menengok di rumah sakit bersamaan dengan adiknya Pak Ihksan. Sore itu, mereka sepakat Bu Ihksan akan digantikan adiknya menunggu di rumah sakit, karena Bu Ihksan sudah beberapa hari tdk pulang. Aku menawarkan diri untuk pulang bersamaku. Mereka setuju saja dan malah berterima kasih. Terus terang kami sudah menjalin hubungan lebih akrab dengan keluarga itu.

Sehabis mahgrib aku bersama Bu Ihksan pulang. Dalam mobilku kami mulai mengobrol, mengenai sakitnya Pak Ihksan. Katanya seminggu lagi sudah boleh pulang. Aku mulai mencoba untuk berbicara lebih dekat lagi, atau katakanlah lebih kurang ajar. Inikan kesempatan bagus sekali untuk mendekati Bu Ihksan.

“Bu, maaf yaa. ngomong-ngomong Bu Ihksan sudah berkeluarga sekitar 3 tahun kok belum diberi momongan yaa”, kataku hati-hati.
“Ya, itulah Dik Iwan. Kami kan hanya lakoni. Barangkali Tuhan belum mengizinkan”, jawab Bu Ihksan.
 
“Tapi anu tho bu… anuu.. bikinnya khan jalan terus.” godaku. “Ooh apa, ooh. kalau itu sih iiiya Dik Iwan” jawab Bu Ihksan agak kikuk.

Sebenarnya kan aku tahu, mereka setiap minggunya minmal 2 kali bersetubuh dan terbayg kembali desahan Bu Ihksan yg keenakan. Darahku semakin berdesir-desir. Aku semakin nekad saja.
“Tapi, kok belum berhasil juga yaa bu?” lanjutku.
 
“Ya, itulah, kami berusaha terus. Tapi ngomong-ngomong kapan Dik Iwan kimpoi. Sudah kerja, sudah punya mobil, cakep lagi. Cepetan dong. Nanti keburu tua lhoo”, kata Bu Ihksan.
“Eeh, benar nih Bu Ihksan. Aku cakep niih. Ah kebetulan, tolong carikan aku Bu. Tolong carikan yg kayak IBu Ihksan ini lhoo”, kataku menggodanya.
“Lho, kok hanya kayak saya. Yg lain yg lebih cakep kan banyak. Saya khan sudah tua, jelek lagi”, katanya sambil ketawa.

Aku harus dapat memanfaatkan situasi. Harus, Bu Ihksan harus aku dapatkan.
“Eeh, Bu Ihksan. Kita kan nggak usah buru-buru nih. Di rumah Bu Ihksan juga kosong. Kita cari makan dulu yaa. Mauu yaa bu, mau yaa”, ajakku dengan penuh kekhawatiran jangan-jangan dia menolak.
“Tapi nanti kemaleman lo Dik”, jawabnya.
“Aah, baru jam tujuh. Mau ya Buu”, aku sedikit memaksa.
“Yaa gimana yaa… ya deh terserah Dik Iwan. Tapi nggak malam-malam lho.” Bu Ihksan setuju. Batinku bersorak.

Kami berehenti di warung bakmi yg terkenal. Sambil makan kami terus mengobrol. Jeratku semakin aku persempit.
“Eeh, aku benar-benar tolong dicarikan istri yg kayak Bu Ihksan dong Bu. benar nih. Soalnya begini bu, tapii eeh nanti Bu Ihksan marah sama saya. Nggak usaah aku katakan saja deh”, kubuat Bu Ihksan penasaran.
 
“Emangnya kenapa siih.” Bu Ihksan memandangku penuh tanda tanya.
“Tapi janji nggak marah lho.” kataku memancing. Dia mengangguk kecil. “Anu bu… tapi janji tdk marah lho yaa.”
 
“Bu Ihksan terus terang aku terobsesi punya istri seperti Bu Ihksan.
Aku benar-benar bingung dan seperti orang gila kalau memikirkan Bu Ihksan. Aku menyadari ini nggak betul. Bu Ihksan kan istri tetanggaku yg harus aku hormati. Aduuh, maaf, maaf sekali bu. aku sudah kurang ajar sekali”, kataku menghiba. Bu Ihksan melongo, memandangiku. sendoknya tdk terasa jatuh di piring.

 Bunyinya mengagetkan dia, dia tersipu-sipu, tdk berani memandangiku lagi.
Sampai selesai kami jadi berdiam-diaman. Kami berangkat pulang. Dalam mobil aku berpikir, ini sudah telanjur basah. Katanya laki-laki harus nekad untuk menaklukkan wanita. Nekad kupegang tangannya dengan tangan kiriku, sementara tangan kananku memegang setir. Di luar dugaanku, Bu Ihksan balas meremas tanganku. Batinku bersorak. Aku tersenyum penuh kemenangan. Tdk ada kata-kata, batin kami, perasaan kami telah bertaut. Pikiranku melambung, melayg-layg. Mendadak ada sepeda motor menyalib mobilku. Aku kaget.
“Awaas! hati-hati!” Bu Ihksan menjerit kaget.
“Aduh nyalib kok nekad amat siih”, gerutuku.
 
“Makanya kalau nyetir jangan macam-macam”, kata Bu Ihksan.
Kami tertawa. Kami tdk membisu lagi, kami ngomong, ngomong apa saja. Kebekuan cair sudah. Sampai di rumah aku hanya sampai pintu masuk, aku lalu pamit pulang. Di rumah aku mencoba untuk tidur.
Tdk bisa. Nonton siaran TV, tdk nyaman juga. Aku terus membaygkan Bu Ihksan yg sekarang sendirian, hanya ditemani pembantunya yg tua di kamar belakang. Ada dorongan sangat kuat untuk mendatangi rumah Bu Ihksan. Berani nggaak, berani nggak. Mengapa nggak berani. Entah setan mana yg mendorongku, tahu-tahu aku sudah keluar rumah. Aku mendatangi kamar Bu Ihksan. Dengan berdebar-debar, aku ketok pelan-pelan kaca nakonya, “Buu Ihksan, aku Iwan”, kataku lirih.
Terdengar gemerisik tempat tidur, lalu sepi. Mungkin Bu Ihksan bangun dan takut. Bisa juga mengira aku maling. “Aku Iwan”, kataku lirih. Terdengar gemerisik. Kain korden terbuka sedikit.
Nako terbuka sedikit.
“Lewat belakang!” kata Bu Ihksan.
Aku menuju ke belakang ke pintu dapur. Pintu terbuka, aku masuk, pintu tertutup kembali. Aku nggak tahan lagi, Bu Ihksan aku peluk erat-erat, kuciumi pipinya, hidungnya, bibirnya dengan lembut dan mesra, penuh kerinduan. Bu Ihksan membalas memelukku, wajahnya disusupkan ke dadaku.
“Aku nggak bisa tidur”, bisikku.
“Aku juga”, katanya sambil memelukku erat-erat.
Dia melepaskan pelukannya. Aku dibimbingnya masuk ke kamar tidurnya. Kami berpelukan lagi, berciuman lagi dengan lebih bernafsu.
“Buu, aku kangen bangeeet. Aku kangen”, bisikku sambil terus menciumi dan membelai punggungnya.
Nafsu kami semakin menggelora. Aku ditariknya ke tempat tidur.
Bu Ihksan membaringkan dirinya. Tanganku menyusup ke buah dadanya yg besar dan empuk, aduuh nikmat sekali, kuelus buah dadanya dengan lembut, kuremas pelan-pelan. Bu Ihksan menyingkapkan dasternya ke atas, dia tdk memakai BH. Aduh buah dadanya kelihatan putih dan menggung.
Aku nggak tahan lagi, kuciumi, kukulum pentilnya, kubenamkan wajahku di kedua buah dadanya, sampai aku nggak bisa bernapas. Sementara tanganku merogoh kemaluannya yg berbulu tebal. Celana dalamnya kupelorotkan, dan Bu Ihksan meneruskan ke bawah sampai terlepas dari kakinya.
Dengan sigap aku melepaskan sarung dan celana dalamku. K0ntolku langsung tegang tegak menantang. Bu Ihksan segera menggenggamnya dan dikocok-kocok pelan dari ujung k0ntolku ke pangkal pahaku. Aduuh, rasanya geli dan nikmat sekali. Aku sudah nggak sabar lagi. Aku naiki tubuh Bu Ihksan, bertelekan pada sikut dan dengkulku.
Kaki Bu Ihksan dikangkangkannya lebar-lebar, k0ntolku dibimbingnya masuk ke liang memeknya yg sudah basah. Digesek-gesekannya di bibir kemaluannya, makin lama semakin basah, kepala k0ntolku masuk, semakin dalam, semakin… dan akhirnya blees, masuk semuanya ke dalam kemaluan Bu Ihksan. Aku turun-naik pelan-pelan dengan teratur. Aduuh, nikmat sekali. K0ntolku dijepit kemaluan Bu Ihksan yg sempit dan licin. Makin cepat kucoblos, keluar-masuk, turun-naik dengan penuh nafsu.
“Aduuh, Dik Iwan, Dik Iwani… enaak sekali, yg cepaat.. teruus”, bisik Bu Ihksan sambil mendesis-desis.
Kupercepat lagi. Suaranya memek Bu Ihksan kecepak-kecepok, menambah semangatku.
“Dik Iwanii aku mau muncaak… muncaak, teruus… teruus”, Aku juga sudah mau keluar.
Aku percepat, dan k0ntolku merasa akan keluar. Kubenamkan dalam-dalam ke dalam memek Bu Ihksan sampai amblaas. Pangkal k0ntolku berdenyut-denyut, spermaku muncrat-muncrat di dalam memek Bu Ihksan. Kami berangkulan kuat-kuat, napas kami berhenti. Saking nikmatnya dalam beberapa detik nyawaku melayg entah kemana. Selesailah sudah. Kerinduanku tercurah sudah, aku merasa lemas sekali tetapi puas sekali.
Kucabut k0ntolku, dan berbaring di sisinya. Kami berpelukan, mengatur napas kami. Tiada kata-kata yg terucapkan, ciuman dan belaian kami yg berbicara.
“Dik Iwan, aku curiga, salah satu dari kami mandul. Kalau aku subur, aku harap aku bisa hamil dari spermamu. Nanti kalau jadi aku kasih tahu. Yg tahu bapaknya anakku kan hanya aku sendiri kan. Dengan siapa aku membuat anak”, katanya sambil mencubitku.
Malam itu pertama kali aku menyetubuhi Bu Ihksan tetanggaku. Beberapa kali kami berhubungan sampai aku kimpoi dengan wanita lain. Bu Ihksan walaupun cemburu tapi dapat memakluminya.
Keluarga Pak Ihksan sampai saat ini hanya mempunyai satu anak perempuan yg cantik. Apabila di depankan, Bu Ihksan sering menciumi anak itu, sementara matanya melirikku dan tersenyum-senyum manis. Tetanggaku pada meledek Bu Ihksan, mungkin waktu hamil Bu Ihksan benci sekali sama aku.
Karena anaknya yg cantik itu mempunyai mata, pipi, hidung, dan bibir yg persis seperti mata, pipi, hidung, dan bibirku.
Seperti telah anda ketahui hubunganku dengan Bu Ihksan istri tetanggaku yg cantik itu tetap berlanjut sampai kini, walaupun aku telah berumah tangga. Namun dalam perkimpoianku yg sudah berjalan dua tahun lebih, kami belum dikaruniai anak. Istriku tdk hamil-hamil juga walaupun k0ntolku kutojoskan ke memek istriku siang malam dengan penuh semangat. Kebetulan istriku juga mempunyai nafsu seks yg besar. Baru disentuh saja nafsunya sudah naik.
Biasanya dia lalu melorotkan celana dalamnya, menyingkap pakaian serta mengangkangkan pahanya agar memeknya yg tebal bulunya itu segera digarap. Di mana saja, di kursi tamu, di dapur, di kamar mandi, apalagi di tempat tidur, kalau sudah nafsu, ya aku masukkan saja k0ntolku ke memeknya. Istriku juga dengan penuh gairah menerima coblosanku. Aku sendiri terus terang setiap saat melihat istriku selalu nafsu saja deh. Memang istriku benar-benar membuat hidupku penuh semangat dan gairah.
Tetapi karena istriku tdk hamil-hamil juga aku jadi agak kawatir. Kalau mandul, jelas aku tdk. Karena sudah terbukti Bu Ihksan hamil, dan anakku yg cantik itu sekarang menjadi anak kesayangan keluarga Pak Ihksan. Apakah istriku yg mandul? Kalau melihat fisik serta haidnya yg teratur, aku yakin istriku subur juga. Apakah aku kena hukuman karena aku selingkuh dengan Bu Ihksan? aah, mosok. Nggak mungkin itu. Apakah karena dosa? Waah, mestinya ya memang dosa besar. Tapi karena menyetubuhi Bu Ihksan itu enak dan nikmat, apalagi dia juga senang, maka hubungan gelap itu perlu diteruskan, dipelihara, dan dilestarikan.
Untuk mengatur perselingkuhanku dengan Bu Ihksan, kami sepakat dengan membuat kode khusus yg hanya diketahui kami berdua. Apabila Pak Ihksan tdk ada di rumah dan benar-benar aman, Bu Ihksan memadamkan lampu di sumur belakang rumahnya.
Biasanya lampu 5 watt itu menyala sepanjang malam, namun kalau pada pukul 20.00 lampu itu padam, berarti keadaan aman dan aku dapat mengunjungi Bu Ihksan. Karena dari samping rumahku dapat terlihat belakang rumah Bu Ihksan, dengan mudah aku dapat menangkap tanda tersebut. Tetapi pernah tanda itu tdk ada sampai 1 atau 2 bulan, bahkan 3 bulan. Aku kadang-kadang jadi agak jengkel dan frustasi (karena kangen) dan aku mengira juga Bu Ihksan sudah bosan denganku. Tetapi ternyata memang kesempatan itu benar-benar tdk ada, sehingga tdk aman untuk bertemu.
Pada suatu hari aku berpapasan dengan Bu Ihksan di jalan dan seperti biasanya kami saling menyapa baik-baik. Sebelum melanjutkan perjalanannya, dia berkata,
“Dik Iwan, besok malam minggu ada keperluan nggak?”
“Kayaknya sih nggak ada acara kemana-mana. Emangnya ada apa?” jawabku dengan penuh harapan karena sudah hampir satu bulan kami tdk bermesraan.
“Nanti ke rumah yaa!” katanya dengan tersenyum malu-malu.
“Emangnya Pak Ihksan nggak ada?” kataku.
Dia tdk menjawab, cuma tersenyum manis dan pergi meneruskan perjalanannya. Walaupun sudah biasa, darahku pun berdesir juga membaygkan pertemuanku malam minggu nanti.
Seperti biasa malam minggu adalah giliran ronda malamku. Istriku sudah tahu itu, sehingga tdk menaruh curiga atau bertanya apa-apa kalau pergi keluar malam itu. Aku sudah bersiap untuk menemui Bu Ihksan. Aku hanya memakai sarung, tdk memakai celana dalam dan kaos lengan panjang biar agak hangat. Dan memang kalau tidur aku tdk pernah pakai celana dalam tetapi hanya memakai sarung saja. Rasanya lebih rileks dan tdk sumpek, serta k0ntolnya biar mendapat udara yg cukup setelah seharian dipepes dalam celana dalam yg ketat.
Waktu menunjukkan pukul 22.00. Lampu belakang rumah Bu Ihksan sudah padam dari tadi. Aku berjalan memutar dulu untuk melihat situasi apakah sudah benar-benar sepi dan aman. Setelah yakin aman, aku menuju ke samping rumah Bu Ihksan. Aku ketok kaca nako kamarnya. Tanpa menunggu jawaban, aku langsung menuju ke pintu belakang. Tdk berapa lama terdengar kunci dibuka. Pelan pintu terbuka dan aku masuk ke dalam. Pintu ditutup kembali.
Aku berjalan beriringan mengikuti Bu Ihksan masuk ke kamar tidurnya. Setelah pintu ditutup kembali, kami langsung berpelukan dan berciuman untuk menyalurkan kerinduan kami. Kami sangat menikmati kemesraan itu, karena memang sudah hampir satu bulan kami tdk mempunyai kesempatan untuk melakukannya. Setelah itu, Bu Ihksan mendorongku, tangannya di pinggangku, dan tanganku berada di pundaknya. Kami berpandangan mesra, Bu Ihksan tersenyum manis dan memelukku kembali erat-erat. Kepalanya disandarkan di dadaku.
“Paa, sudah lama kita nggak begini”, katanya lirih.
Bu Ihksan sekarang kalau sedang bermesraan atau bersetubuh memanggilku Papa. Demikian juga aku selalu membisikkan dan menyebutnya Mama kepadanya. Nampaknya Bu Ihksan menghayati betul bahwa Nia, anaknya yg cantik itu bikinan kami berdua.
“Pak Ihksan sedang kemana sih maa”, tanyaku.
“Sedang mengikuti piknik karyawan ke Pangandaran. Aku sengaja nggak ikut dan hanya Nia saja yg ikut. Tenang saja, pulangnya baru besok sore”, katanya sambil terus mendekapku.
“Maa, aku mau ngomong nih”, kataku sambil duduk bersanding di tempat tidur. Bu Ihksan diam saja dan memandangku penuh tanda tanya.
“Maa, sudah dua tahun lebih aku berumah tangga, tetapi istriku belum hamil-hamil juga. Kamu tahu, mustinya secara fisik, kami tdk ada masalah. Aku jelas bisa bikin anak, buktinya sudah ada kan. Aku nggak tahu kenapa kok belum jadi juga. Padahal bikinnya tdk pernah berhenti, siang malam”, kataku agak melucu. Bu Ihksan memandangku.
“Pa, aku harus berbuat apa untuk membantumu. Kalau aku hamil lagi, aku yakin suamiku tdk akan mengijinkan adiknya Nia kamu minta menjadi anak angkatmu. Toh anak kami kan baru dua orang nantinya, dan pasti suamiku akan sayang sekali. Untukku sih memang seharusnya bapaknya sendiri yg mengurusnya. Tdk seperti sekarang, keenakan dia. Cuma bikin doang, giliran sudah jadi bocah orang lain dong yg ngurus”, katanya sambil merenggut manja. Aku tersenyum kecut.
“Jangan-jangan ini hukuman buatku ya maa, Aku dihukum tdk punya anak sendiri. Biar tahu rasa”, kataku.
“Ya sabar dulu deh paa, mungkin belum pas saja. Spermamu belum pas ketemu sama telornya Rina (nama istriku). Siapa tahu bulan depan berhasil”, katanya menghiburku.
“Ya mudah-mudahan. Tolong didoain yaa…”
“Enak saja. Didoain? Mustinya aku kan nggak rela Papa menyetubuhi Rina istrimu itu. Mustinya Papa kan punyaku sendiri, aku monopoli. Nggak boleh punya Papa masuk ke perempuan lain kan. Kok malah minta didoain. Gimana siih”, katanya manja dan sambil memelukku erat-erat.
Benar juga, mestinya kami ini jadi suami-istri, dan Nia itu anak kami.
“Maa, kalau kita ngomong-ngomong seperti ini, jadinya nafsunya malah jadi menurun lho. Jangan-jangan nggak jadi main nih”, kataku menggoda.
“Iiih, dasar”, katanya sambil mencubit pahaku kuat-kuat.
“Makanya jangan ngomong saja. Segera saja Mama ini diperlakukan sebagaimana mestinya. Segera digarap doong!” katanya manja.
Kami berpelukan dan berciuman lagi. Tentu saja kami tdk puas hanya berciuman dan berpelukan saja. Kutidurkan dia di tempat tidur, kutelentangkan. Bu Ihksan mandah saja. Pasrah saja mau diapain. Dia memakai daster dengan kancing yg berderet dari atas ke bawah. Kubuka kancing dasternya satu per satu mulai dari dada terus ke bawah. Kusibakkan ke kanan dan ke kiri bajunya yg sudah lepas kancingnya itu. Menyembullah buah dadanya yg putih menggunung (dia sudah tdk pakai BH). Celana dalam warna putih yg menutupi memeknya yg nyempluk itu aku pelorotkan.
Aku benar-benar menikmati keindahan tubuh istri gelapku ini. Saat satu kakinya ditekuk untuk melepaskan celana dalamnya, gerakan kakinya yg indah, memeknya yg agak terbuka, aduh pemandangan itu sungguh indah. Benar-benar membuatku menelan ludah. Wajah yg ayu,buah dada yg putih menggunung, perut yg langsing, memek yg nyempluk dan agak terbuka, kaki yg indah agak mengangkang, sungguh mempesona. Aku tdk tahan lagi. Aku lempar sarungku dan kaosku entah jatuh dimana. Aku segera naik di atas tubuh Bu Ihksan. Kugumuli dia dengan penuh nafsu. Aku tdk peduli Bu Ihksan megap-megap keberatan aku tindih sepenuhnya. Habis gemes banget, nafsu banget sih.
“Uugh jangan nekad tho. Berat nih”, keluh Bu Ihksan.
Aku bertelekan pada telapak tanganku dan dengkulku. K0ntolku yg sudah tegang banget aku paskan ke memeknya. Terampil tangan Bu Ihksan memegangnya dan dituntunnya ke lubang memeknya yg sudah basah. Tdk ada kesulitan lagi, masuklah semuanya ke dalam memeknya. Dengan penuh semangat kukocok memek Bu Ihksan dengan k0ntolku. Bu Ihksan semakin naik, menggeliat dan merangkulku, melenguh dan merintih. Semakin lama semakin cepat, semakin naik, naik, naik ke puncak.
“Teruuus, teruus paa.. sshh… ssh…” bisik Bu Ihksan
“Maa, aku juga sudah mau… keluaarr”
“Yg dalam paa… yg dalamm. Keluarin di dalaam Paa… Paa… Adduuh Paa nikmat banget Paa…, ouuch..”, jeritnya lirih yg merangkulku kuat-kuat.
Kutekan dalam-dalam k0ntolku ke memeknyanya. Creeet, croot, crroottt, keluarlah spermaku di dalam rahim istri gelapku ini. Napasku seperti terputus. Kenikmatan luar biasa menjalar kesuluruh tubuhku. Bu Ihksan menggigit pundakku. Dia juga sudah mencapai puncak. Beberapa detik dia aku tindih dan dia merangkul kuat-kuat.
Akhirnya rangkulannya terlepas. Kuangkat tubuhku. K0ntolku masih di dalam, aku gerakkan pelan-pelan, aduh geli dan ngilu sekali sampai tulang sumsum. Memeknya licin sekali penuh spermaku. Kucabut k0ntolku dan aku terguling di samping Bu Ihksan. Bu Ihksan miring menghadapku dan tangannya diletakkan di atas perutku.
Dia berbisik,
“Paa, Nia sudah cukup besar untuk punya adik. Mudah-mudahan kali ini langsung jadi ya paa.
Aku ingin dia seorang laki-laki. Sebelum Papa tadi mengeluh Rina belum hamil, aku memang sudah berniat untuk membuatkan Nia seorang adik. Sekalian untuk test apakah Papa masih joos apa tdk. Kalau aku hamil lagi berarti Papa masih joosss. Kalau nanti pengin menggendong anak, ya gendong saja Nia sama adiknya yg baru saja dibuat ini.” Dia tersenyum manis.
Aku diam saja. menerawang jauh, alangkah nikmatnya bisa menggendong anak-anakku.
Malam itu aku bersetubuh lagi. Sungguh penuh cinta kasih, penuh kemesraan. Kami tuntaskan kerinduan dan cinta kasih kami malam itu. Dan aku menunggu dengan harap-harap cemas, jadikah anakku yg kedua di rahim istri gelapku ini?

Postyed By : Bandar Tangkas Terbaik

Tuesday, June 7, 2016

Taruhan Bola - Cerita Sex: Janda Binal Bersama 3 Pelajar

Taruhan Bola - Cerita Sex: Janda Binal Bersama 3 Pelajar


Taruhan Bola - Rini sekarang punya sepeda motor, Ia sering memakai motor itu untuk pergi kerja, tentu saja supaya tidak habis biaya banyak. Suatu harisaat akan pulang dari tempat kerjanya, ada beberapa anak sma menyebrang, mungkin karena tak tau, ia hampir saja menabrak Anak anak sma itu.

Agen Sbobet - Ciiiiiittttt, motor Rini terhenti, tapi anak sma itu sudah jatuh, mungkin hanya pura pura saja.
“Aduh deeek maaaf, kamu gpp”,
“Aduh mbak kalo nyetir yg bener”,
“Maaf maaf, ada yg luka?” anak sma yg jatuh itu melihat ke Rini,
ia termenung ketika tau Rini yg memakai kemeja hitam dan rok mini itu terlihat belahan dadanya.

“Aduuh, tanganku sakit, aduh, yg lain juga sakit, uuuh”,
“Waduh gimana ini mbak? Temen saya jadi sakit, mbak harus tanggung jawab”,
“Aduuh, maaf ya, ya udah, mbak akan tanggung jawab”. Lalu Rini diajak kerumah anak itu,

Rini baru sadar ada 3 anak sma yg tadi ia temui. Rini duduk disofa ruang tamu, lalu tiga anak SMA itu menanyainya,
“Mbak perkenalkan dulu, saya Yogi, ini Eri, dan itu Pandi”,
“salam kenal, saya Rini”.

Tiga bocah SMA itu masih bingung harus ngapain, karena dipikiran mereka hanya tentang buah dada Rini yg mereka rasa cukup besar untuk dinikmati.
“Mbak, kok bisa nabrak saya tadi?”,
“maaf ya, saya tadi pulang kerja, agak lelah sedikit, Yogi, sebelah mana yg sakit?” Rini mendekati yogi,
ia memegang tangannya, sontak Yogi yg masih muda itu didekati cewek secantik Rini pRini ngaceng kontolnya.

“Aduh,uuuh”, “sakit ya dek? Maaf maaf”.
“Mbak Rini tunggu sini bentar, saya mau bicara sama temen temen”,
“Iya dek”. Mereka bertiga menuju kamar yogi, lalu mulai bicara,
 
“Er,ndi, gimana nih? Gua gak tahan, cantik bener tuh cewek, mana montok lagi”,
“Iya gik, gila, tenggorokan gua udah kering ini”,
“payah kalian, gini aja gik, kamu tiduran dikasur sana, kamu pura pura sakit, semua badan kamu, nanti aku yg atur” kata pandi yg sepertinya pintar bersiasat itu.
 
“Oke dah, lo yg atur ya ndi, Er, ambilin minum gih buat kita” ,
”siip, yuk kita beraksi”. Eri pergi kedapur untuk mengambil minuman, sedang pandi mulai bersiasat.
 
“Mbak, temen saya kesakitan, mbak harus tanggung jawab, tolong mbak kekamar, kami gak tau ada tukang pijat didaerah ini, mbak tolong pijitin si Yogi”,
 
“Aduuh, kaciaan, ya udah, mbak kekamar yogik yach”. Lalu Rini berlari kekamar, dan segera menemui yogi.
 
“Yogi, mana yg sakit?”,
“ dada saya agak sakit mbak”. Tanpa aba aba Rini membuka baju yogi dan mulai mengelus ngelusnya,
“gini enakan nggak dek?”,
“enak banget mbak” Pandi yg sudang ngaceng itu member kode kepada yogi agar berteriak sakit, lalu segera ia beraksi,
“Aduh, sakiit kak, dadaku, uuuh”,
 
“Masih sakit, pijit pake tangan masih sakit?”,
“Pijit pake buah dada punya si mbak aja, biar yogi gak sakit tuh dadanya”, tanpa malu Rini membuka baju dan juga bhnya.

Yogi tersenyum melongo melihat buah dada besar Rini kini bergoyg goyg, kemudian ditempelkan kedadanya.

Kak Rini kemudian menggesekan Buah dadanya kedada Yogi, yogi tentu keasyikan, ia merem melek. Pandi didepan pintu itu melompat kegirangan, ia iri dengan apa yg dirasakan Yogi.

“Yogi? Masih sakyit? Aduh cayaang…mmmm”. Yogi merasa ada yg membasahi dadanya, ternyata itu air susu Rini.
“Ndi, minumannya habis, masak kita cuman liatin gelas kosong?”,
“diem lu Er, tuh liat”. Eri kemudian menoleh, betapa kagetnya dia, temannya itu sedang dielus dadanya dengan melon besar milik mbak Rini.

Ia menelan liurnya, ia menggelengkan kepalanya, ia hanya berdiri memegangi dua gelas kosong. 
Pandi yg cerdik itu menemukan ide,
“Mbak, kok basah sih dadanya Yogi?”,
“mmm…maaf yach, air susu mbak keluar itu”,
“jangan dikeluarin situ mbak, tolong isi gelas ini dengan susunya mbak Rini saja, lagi gak ada air minum”,
“mmm… tapi aku lagi mijitin yogi, gak bisa meres susu”,
“biar saya sama Eri saja yg meres deh, mbak Rini pijat pake tangan saja dadanya Yogi”,
“ya udah, sini, tolong pilin puting mbak ini yach”. Eri dan Pandi tersenyum lebar, lalu segera mendekati Rini.

Pandi mulai meremas buah dada kanan kak Rini, begitu juga Eri meremas buah dada kiri. Kemudian keluar air susu mengalir kedalam gelas yg mereka sediakan, Tangan mereka juga meremas buah dada Rini.

Sungguh beruntung anak anak ini.
”Aduh kak, itu, sakit itu, aduh”,
“Mana lagi yg sakit yogi?”.
“Dicelana yogi itu, aduuh…”. Lalu celana yogi dibuka oleh Rini, dan bwuung, k0ntol Yogi sudah berdiri.
“Ini yg sakit dek?”,
“iya mbak, aduuh, mmmmf”, “gimana aku mijitnya yach?”,
“Gini aja, mbak lepas semua pakaian embak, terus naik kekasur, terus putar badan menghadap k0ntol yogi yg sakit itu” kata Pandi yg licik itu,
 
“iya deeh, mbak juga kepanasan sekarang”. Perlahan Rini membuka pakaiannya, 3 bocah SMA itu melongo melihat gerakan indah Rini melepas semua pakaiannnya, lalu crut, k0ntol mereka semua memuncratkan air bening, yg kini membasahi celana mereka.

Kemudian Rini sekarang membuat posisi 69, kepalanya menghadap k0ntol Yogi, dan Memeknya yg menghadap kepala Yogi itu kini ditonton oleh 3 bocah itu, mereka menggelengkan kepala melihat lubang indah milik wanita itu.
“Eri, Pandi, meres susunya syudah blum?”,
“Anu,eeeh, gelasnya udah penuh”,
“bagus deh, tapi itu susunya masih keluar, gimana nich?”,
“Kami sedot saja kak, pake mulut”,
“nah, sip, pinter dech, cepet tuh kenyot tetek akuh, nanti air susunya mubazir”. Eri dan Pandi yg ada dikanan dan kiri itu kemudian segera memegang buah dada montok Rini, lalu menyedot puting keras Rini dengan mulut mereka, srlruuup slruuup, mereka sedot keras, mereka merasakan kenikmatan luar biasa, yaitu susu asli mbak Rini.
“aduh ,mbak, tolong di emut saja k0ntol saya, biar cepet hilang sakitnya”,
“iya deh, siap” Lalu segera K0ntol yogi dikulum dengan cepat oleh Rini yg sudah Ahli itu, Yogi geleng geleng ke eenakan.
Lalu tiba tiba mukanya basah, ternyata air surgawi Rini mentes kewajahnya,
“mbak wajah yogi basah kena air di memek mbak ini”,
“Tolong kamu isep dong, mbak Rini lagi
terangsang sih” Kemudian segera Mulut Yogi sudah menempel kememek Rini, dan
lidahnya berputar putar, slruuup slruuup, Yogi menyedot air surgawi Rini.
“mmmf….aduh….mmmmf…..kalo gini… uuuf… Mbak Rini jadi terangsang…aahn”,
“Sudah mbak tanggung jawabnya beri kami kesempatan ngeseks aja ya, kami mau coba tubuh mbak Rini yg putih mulus ini”,
“hehe, kak Rini tau kok, silahkan deh, dinikmati,mmmf”. Kemudian 3 bocah itu turun dari kasur dan berdiri, mereka segera melepas semua pakaian mereka.
“Sini sini….sapa yg mau jilat memek mbak Rini? Atau mau susu segar? Hmmm? Siniiii, uuuu, sayaang,
sini sini” Mendengar godaaan dari seorang perempuan cantik yg telanjang indah diatas kasur itu, memuncak sudah hasrat seks mereka.
Segera mereka kekasur, dan langsung beraksi. Mbak Rini kini dalam posisi nungging. Yogi yg berada
dibawah tubuh Rini itu langsung menancapkan k0ntolnya kedalam memek basah itu, lalu Pandi meremas pantat mbak Rini yg membuatnya geleng geleng itu.
“uuuuufh, nakalnya kalian….mmmm….Masak gini doang? Ayo dong digenjot? Hyaaan” Yogi sudah langsung bergerak maju mundur dengan cepat, k0ntolnya kini mengoyak memek Rini, mulutnya tidak diam, puting keras Rini sekarang dikenyot mulut yogi, air susunya mengalir deras mengisi mulut Yogi.
Pandi sekarang sudah menancapkan k0ntolnya kedalam Lubang pantat Mbak Rini, gerakannya masih pelan, karena ia merasa kesulitan mengoyak anus sempit itu.
“Hyaaah, mmmmf….terus….mmmmf….kurang cepat…uuuuff…ter,oooooogfh” Mulut Rini yg masih bicara itu langsung diisi k0ntol oleh si Eri.
Kini 3 bocah SMA itu mempercepat gesekan kelubang lubang kenikmatan Rini. Rini hanya bisa menggelinjang, sambil menahan kenikmatan luar biasa itu. Plok plok plok plok plok, suara hentakan k0ntol mereka diiringi suara Rini yg mendesah,
”mmmm…ooofg…uhuuuggf…mmmmm….slruuup”. puluhan menit itu mereka bersetubuh dengan senangnya, kemudian bocah bocah SMA itu sudah klimaks.
“mbak, aku mau mejuh nih”, “aku juga,uuuuuugf”, “Kita keluarin didalam ya, aaaagh” Croooot croooot croooot, Lagi lagi lubang lubang kenikmatan Rini sekarang terisi Air mani dari k0ntol k0ntol remaja.
Terlihat senyum puas diwajah bocah bocah SMA itu, baru kali ini mereka bisa menikmati tubuh perempuan, mereka beruntung langsung bisa menikmati yg terbaik, yaitu tubuh Mbak Rini yg putih mulus, dan berbuah dada montok berisi air susu idaman Pria itu.
“Makasih ya mbak, Yogi jadi sehat lagi”,
“Eri sama Pandi juga mbak, hehe”,
“Iiih, dasar kalian ini, pintar banget masih SMA padahal, kalau mau nanti mbak Rini mampir yach”, “wah sering sering aja mbak, kami biar bisa nyetok susu segar”, “hehehe bisa ajah kamu,sudah yach, mbak pulang dulu, dadaah”. Rini yg pergi mengendarai motor itu melambaikan tangan.
3 bocah SMA itu masih geleng geleng lagi, mereka sudah menunggu lagi kesempatan menggagahi Perempuan cantik nan montok itu, Kini mereka jadi sangat mencintai buah dada yg nikmat itu.

Posted By : Bandar Taruhan Bola Terpercaya