Agen Bola EURO 2016 - Cerita Sex: Perawat Bispak
Agen Bola EURO 2016 - Sebut saja nama saya Elang. Ceritanya
saat itu saya telah nyaris satu minggu sakit kepala, tdk seperti sakit
kepala umumnya, saya cemas sakit kepala saya ini semacem vertigo
lantaran sakitnya yg beneran tdk nahan. Alhasil, saya sangat terpaksa ke
dokter buat check. Ya walau situasi kantong tdk mencukupi, namun
kesehatan kan nomor satu
Agen Sbobet - Buat meriksain sakit saya itu, saya
datengin RSUD kota saya yg jaraknya tdk terlampau jauh dari tempat
tinggal. Ya umum deh yg namanya RSUD, pasti rame, penuh serta ngantri
bukanlah kepalang seperti ingin ngambil beras murah.
Namun aktivitas ngantri saya sedikit
lebih mengasyikkan waktu ini lantaran pas di depan saya duduk, yaitu
meja resepsionis tempat tinggal sakit yg dibaliknya ada perawat yg
lumayan cantik. Tadi sih cocok saya daftar buat berobat, saya teliti
namanya, Nina.
Perawat Nina itu penampilannya umum saja
lantaran masih tetap pakai seragam perawat putih komplit dengan topi
kecilnya yg nempel di atas kepalanya. Kulitnya putih, rambutnya hitam
pekat, tubuhnya lumayan sintal. Saya tdk dapat baygin banyak lantaran
saya tdk dapat simak pacar semua tubuh.
Seputar 30 menit nunggu, sembari liatin
perawat Nina yg lucu, tau-tau nama saya di panggil dokter untuk masuk ke
ruang buat di check. Bergegaslah saya masuk ke ruang. Dokter yg meriksa
saya cowok, telah tua, ngomongnya saja tdk terang. Agar demikian, tetep
saja yg saya pikirin hanya Nina yg di depan tadi. Duh, bagaimana ya
langkahnya ngajak pacar kenalan? Demikian yg saya pikirin sepanjang lagi
di check si dokter.
Tdk sampai lima belas menit saya di
check, sesudah dokter ngasih resep, segera saya keluar. Saat sebelum
saya pulang serta tdk menyia-nyiakan peluang, saya samperin saja meja
Nina dengan modal sebagian pertanyaan asal.
“Mbak, ingin bertanya dong. Itu bila ingin nebus resep obat dari dokter
itu di mana ya? ” bertanya saya, walau sebenarnya saya tau apotek tempat
tinggal sakit ini di mana.
Nina yg tengah repot menulis di buku besar ini juga kaget dengan saya yg ajukan pertanyaan dengan mendadak.
“Oh, Mas keluar saja melalui pintu ini. ” Sembari menunjuk pintu di belakang saya,
“ Lantas belok ke kiri. Di ujung lorong, mas saksikan di samping kanan, ini apoteknya mas. ” Terang Nina.
“Oh gitu ya, Mbak? ” Jawab saya, saya sok mikir jalan ke apotek, walau sebenarnya saya lagi mikirin buat nanya terlebih.
“Kalau tempat tinggal mbak, arahnya kemana? ” Bertanya saya ngasal sembari nyengir.
“ Lantas belok ke kiri. Di ujung lorong, mas saksikan di samping kanan, ini apoteknya mas. ” Terang Nina.
“Oh gitu ya, Mbak? ” Jawab saya, saya sok mikir jalan ke apotek, walau sebenarnya saya lagi mikirin buat nanya terlebih.
“Kalau tempat tinggal mbak, arahnya kemana? ” Bertanya saya ngasal sembari nyengir.
Nina jadi tersenyum kecil. Senyumnya bener bener manis serta buat saya deg-degan gan.
“Rumah saya jauh, Mas. Sulit dijelasinnya, hehehe. ” Jawab suster Nina sembari terkekeh kekeh.
“Terus bila jauh, Mbak pulangnya bagaimana? Ada yg jemput? ” Bertanya saya lagi.
“Terus bila jauh, Mbak pulangnya bagaimana? Ada yg jemput? ” Bertanya saya lagi.
Masih tetap dengan melempar senyum manisnya, Nina menjawab “Biasa sih naik angkot mas, 2 x ubah. Tdk sulit kok. ”
“Oh gitu. Memang mbak pulang jam
berapakah? Bila saya anter pulang, ingin tdk? ” Sesudah nanya itu, saya
baru ngerasa saya nekat banget.
Namun ya, jika juga dia tdk ingin, besok juga tdk bakal ketemu lagi, jadi saya tdk bakal malu malu sangat.
“Ah, Mas mungkin. Kelak merepotkan, Mas. Mas juga kan lagi sakit. ”
“Udah sehat kok, Mbak. Mulai sejak tadi simak Mbak pertama kalinya. Hehehe. ” Jawab saya dengan sedikit gombal.
“Udah sehat kok, Mbak. Mulai sejak tadi simak Mbak pertama kalinya. Hehehe. ” Jawab saya dengan sedikit gombal.
Nina tak menjawab, cuma lihat catatan yg ada di mejanya sebentar lantas berkata,
“Kalau ingin, saya kelak pulang jam lima sore mas. ” Jawab Nina sembari memberi suatu kertas kecil pada saya.
“Mas pulang saja dahulu, istirahat dirumah. ”
“Mas pulang saja dahulu, istirahat dirumah. ”
Demikian saya saksikan, nyatanya yg
dituliskan di situ yaitu nomor telephone. Wah, jalan bagus nih. Demikian
pikir saya. Selekasnya saya pulang dengan perasaan suka bercampur salah
tingkah lantaran bingung tdk tau kelak mesti bagaimana cocok ketemu
Nina.
Saya segera nyodorin tangan saya ke Nina.
“Aku Elang… ” Ucap saya buat kenalan.
“Nina, Mas… ” Jawab Nina sembari menjabat tangan saya.
“Nina, Mas… ” Jawab Nina sembari menjabat tangan saya.
Singkat cerita, sore ini saya telah
parkirin motor saya di RSUD buat nunggu Nina. Dari jauh saya simak Nina
jalan keluar dari gedung tempat tinggal sakit masih tetap dengan
seragamnya, cuma ditambah sweeter berwarna abu-abu serta ransel kecil yg
disangkutkan di bahunya.
Nina melemparkan senyum manisnya demikian lihat saya yg berdiri disamping motor saya.
“Sudah lama ya, Mas? Maaf ya bikin menanti… ” tutur Nina sopan.
“Enggak kok, baru sebentar hehehe. ” Jawab saya sembari menyodorkan helm untuk dipakai Nina. Selekasnya Nina menggunakan helm itu.
“Mau segera pulang? Atau ingin kemana dahulu? ”
“Hmm, terserah mas saja. Saya tdk cepat-cepat kok. ” Jawabnya pelan.
“Kalau makan dahulu, bagaimanakah? ” Bertanya saya.
“Enggak kok, baru sebentar hehehe. ” Jawab saya sembari menyodorkan helm untuk dipakai Nina. Selekasnya Nina menggunakan helm itu.
“Mau segera pulang? Atau ingin kemana dahulu? ”
“Hmm, terserah mas saja. Saya tdk cepat-cepat kok. ” Jawabnya pelan.
“Kalau makan dahulu, bagaimanakah? ” Bertanya saya.
Nina cuma mengangguk. Selekasnya saya nyalakan motor serta pergi mencari makan.
Sesampainya di tempat makan, sangat banyak hal yg kita bicarakan. Dari mulai masalah pekerjaan, hingga kehidupan pribadi.
Dari percakapan itu, saya temui nyatanya
Nina itu baru putus dengan kekasihnya dua bln. waktu lalu serta bekas
pacarnya itu saat ini telah menikah dengan wanita lain. Saya tdk nygka,
wanita secantik Nina itu dapat ditinggal untuk wanita lain.
Hari makin sore serta gelap, yg nyatanya
juga mendung. Kami berdua mengambil keputusan untuk pulang saat sebelum
hari hujan. Nina menuturkan arah serta jalan ke tempat tinggalnya yg
nyatanya saya cukup hapal daerah itu. Saya selekasnya meningkatkan motor
bebek saya melalui jalan tikus yg saya tau agar dapat cepat hingga.
Sebagian ratus mtr. saat sebelum hingga,
tanpa ada di beri aba-aba hujan deras selekasnya turun. Terlampau dekat
buat neduh dahulu. Pada akhirnya saya terobos saja ujannya walau baju
saya serta suster Nina juga basah kuyup.
“Duh, Mas. Terima kasih banyak ya telah
ingin antar saya hingga kehujanan. Maaf merepotkan ya, Mas. ” Kata Nina
demikian telah tiba di depan tempat tinggalnya.
Tempat tinggalnya tak terlampau besar,
tampak asri dengan adanya banyak tanaman dibagian teras juga cat
berwarna hijau yg menaikkan kesan menentramkan.
“Gak permasalahan kok. Saya yg mohon
maaf lantaran naik motor sama saya, anda jadi kehujanan… ” Kata saya
sembari meringis kedinginan.
“Mas, singgah dahulu yuk. Saya buatkan teh hangat serta pinjamkan baju buat mas. Janganlah dipaksa pulang, kelak jadi lebih sakit. ”
“Gak usah ah, tdk enak ah sama orang tempat tinggal… ” Jawab saya basa-basi.
“Tdk apa, Mas. Lagi juga saya tinggal sendiri. Yuk, mas. Input motornya. ” Kata Nina sembari membukakan pagar tempat tinggalnya.
“Mas, singgah dahulu yuk. Saya buatkan teh hangat serta pinjamkan baju buat mas. Janganlah dipaksa pulang, kelak jadi lebih sakit. ”
“Gak usah ah, tdk enak ah sama orang tempat tinggal… ” Jawab saya basa-basi.
“Tdk apa, Mas. Lagi juga saya tinggal sendiri. Yuk, mas. Input motornya. ” Kata Nina sembari membukakan pagar tempat tinggalnya.
Saya juga mengambil keputusan untuk
singgah sebentar sembari menanti hujan reda. Nina memersilahkan saya
untuk duduk di ruangan tamunya yg kecil tetapi bersih serta teratur
rapi.
“Duduk dahulu mas, sebentar saya hambilkan anduk ya mas… ” Kata Nina sembari berlalu ke.
Saya lalu duduk sembari lihat saksikan,
terdapat banyak photo saat Nina wisuda. Tampak cantik sekali dengan
kebaya serta toga. Juga terdapat banyak photo yg kelihatannya yaitu
orangtua Nina disamping photo wisudanya.
“Ini mas, handuknya… ” Nina mencengangkan saya dengan memberi handuk berwarna biru tdk tipis untuk saya mengeringkan tubuh.
“Ini ada kaos mempunyai bekas saya dahulu, tdk terlampau bagus, namun kelihatannya muat buat mas… ”
“Iya, terima kasih ya. Oia, panggil Elang saja ah. Janganlah mas. Sepertinya usia kita tdk jauh beda. Hehehe. ”
“Ini ada kaos mempunyai bekas saya dahulu, tdk terlampau bagus, namun kelihatannya muat buat mas… ”
“Iya, terima kasih ya. Oia, panggil Elang saja ah. Janganlah mas. Sepertinya usia kita tdk jauh beda. Hehehe. ”
Kata saya sembari mengambil kaos dari tangan suster Nina.
“Hehehe iya, Elang. ” imbuhnya.
Saya juga bergegas ke kamar mandi untuk
bertukar baju. Sesudah usai, saya akan kembali pada ruangan tamu. Waktu
melalui satu diantara ruang, saya saksikan pintu yg tdk tertutup rapat.
Maksud hati mau tutup pintu itu walau saya tdk paham ini kamar atau
ruang apa. Kaget saya demikian saya saksikan nyatanya didalamnya Nina
tengah bertukar baju.
Nina yg terlihat cantik walau badannya
terbalut seragam kerja, tampak semakin cantik tanpa ada busana. Rambut
hitam lurus sepunggung membuatnya terlihat lebih anggun. Badannya yg
putih sintal, pantatnya yg kencang serta payudara yg demikian menantang,
bikin saya betul-betul segera berpikiran kotor. Celana saya juga makin
tdk nyaman lantaran batang yg semakin mengeras. Cemas Nina tau saya
ngintip, selekasnya saya balik ke ruangan tamu.
Saya segera duduk di sofa yg ada di
ruangan tamu. Berupaya tenang serta sebisa-bisanya tdk salah tingkah
lantaran yg saya simak baru saja. cerita sex
Nina kembali dari kamar. Kenakan pakaian
barong Bali berwarna ungu, dengan hotpants berwarna coklat tua dengan
handuk yg melilit di kepalanya sembari membawa gelas diisi teh hangat.
“Ini Gi diminum dahulu… ” Kata Nina menyuguhkan minum, sembari duduk disamping saya.
“Iya, terima kasih ya Nina… ” Jawab saya tersipu malu.
“Iya, terima kasih ya Nina… ” Jawab saya tersipu malu.
Saya ambillah gelas serta minum teh
sedikit. Coba-coba mencari bahan perbincangan walau yg saya baygin hanya
Nina yg lagi saya entotin dengan liar.
“Hmm, Elang tadi ngintipin saya ya? ” Bertanya Nina.
DHEG! Kaget bukanlah kepalang, saya bingung harus jawab apa.
“Ah? Tdk kok, memang tadi anda di mana? ”
“Di kamar, telah Gi, saya tahu kok. Tadi saya saksikan baygan anda dari meja rias saya. Anda ngintip saya kan? ”
“Di kamar, telah Gi, saya tahu kok. Tadi saya saksikan baygan anda dari meja rias saya. Anda ngintip saya kan? ”
Selidik Nina dengan suara sedikit lebih tinggi.
Saya tertunduk malu, bingung serta tdk tau harus ngomong apa.
“Iya, Nin. Maaf ya, tadi tdk berniat.
Tujuannya ingin nutup pintu, eh jadi jadi ngintip…. ” Jawab saya masih
tetap sembari tertunduk.
Saya tdk berani simak muka Nina, sampai tau tau dia ngegeser duduknya agar semakin deket sama saya.
“Terus, hanya nginitip saja? Tdk ingin yg lain? ” Bisik Nina di telinga saya.
Kontan aliran darah saya segera kenceng ke semua tubuh. Yg semula kerasa dingin, mendadak segera panas.
Saat itu juga tanpa ada basa basi saya
lumat bibir mungil Nina. Tangan kanan saya narik kepalanya agar ciuman
kita makin kuat serta dekat. Nafas Nina segera kenceng tdk teratur. Nina
lantas narik handuk yg ada di kepalanya serta ngelemparnya ke lantai.
Ciuman saya turunin ke leher Nina.
Segera saja Nina mengangkat kepalanya ke atas, seolah minta saya buat
nikmatin lehernya tdk ada yg kesisa. Baju barong Bali nya yg longgar,
bikin saya makin leluasa untuk memasukan tangan serta ngeremes
payudaranya yg telah dari tadi saya beberapa tunggulah.
“Hmm, uhhhh Elang, pelan-pelan… ” Desah Nina.
Desahan Nina malah bikin saya makin
terangsang serta ingin nikmatin tubuhnya tanpa ada bekas. Saya angkat
pakaiannya, serta buka kaitan bra-nya dengan sekali tarik. Saat ini dua
payudara bulat menantang yg tadi saya liatin dari jauh doang, telah siap
buat saya nikmatin sampai senang.
Tdk pakai nunggu lama, saya hisap
putingnya sembari saya remes yg sampingnya. Desahan Nina makin jadi.
Tanpa ada diakuin, satu tangannya narik rambut saya cukup keras.
“Uuuhhhh, Elanggggg. Enak Lang…. ” Erang Nina.
Senang meremas payudaranya, tangan saya
berupaya untuk ngebuka celana Nina. Serta tanpa ada butuh banyak usaha,
lantaran Nina juga tampak telah nafsu membara, suster cantik yg saya
simak tadi siang di meja resepsionis, saat ini telah telanjang bulet
tanpa ada sehelai benang juga di depan saya, minta buat saya puasin.
Tangan saya dengan lembut ngusap rambut
halus yg ada diantara selangkangan Nina. Keliatannya cukup dirawat
dengan baik. Kerasa telah semakin basah dari dalam mekinya Nina. Saya
selipin tangan saya di antara bibir mekinya, cari klitoris agar Nina
semakin mengerang serta kejang lantaran nikmat duniawi yg mungkin saja
telah lama dia tdk rasain lagi.
Sebagian menit saya asyik ngorek meki Nina dengan jari saya, Nina narik rambut saya semakin kenceng.
“Arrrghh, Elang, saya keluar argggghhh saya keluarrrr…. ” jerit Nina kecil.
Merasa ada cairan hangat dari dalam
lobang kesenangan Nina. Saat ini Nina keliatan lelah serta sedikit
terengah-engah. Tubuhnya penuh keringet, meskipun di luar hujan deras,
namun ruangan tamu itu merasa semakin panas.
Nina yg memejamkan mata sembari coba mengatur nafas lalu ngeliat ke arah saya.
“Kamu kok pinter banget sih, Lang? Baru
pakai jari saja saya telah lelah. Bagaimana lagi bila gunakan itu? ”
Kata Nina sembari tangannya mencapai konti saya yg masih tetap ada di
dalam celana.
Dengan gesit, ia buka kancing serta
reseleting celana saya. Dikeluarkan batang kemaluan saya dari dalam
sarangnya. Dengan tangan yg masih tetap ngeremes konti saya, lidah Nina
segera dijulurin ke ujung konti saya.
Demikian cepet hingga konti saya masuk
seluruhnya ke mulut Nina. Dengan pelan tetapi penuh gairah, ia naik
turunin kepalanya agar konti saya yg ada didalam mulutnya merasakan
nikmat tdk ada tara. Bener bener permainan yg ajib dari suster yg saya
sangka kalem itu.
Waktu saya masih tetap asyik nikmatin
sepongan dahsyat Nina, dia ngeluarin konti saya dari mulutnya. Tangannya
masih tetap ngeremes pelan konti saya, namun dia bangun serta coba buat
duduk diatas saya.
“Kamu ada kondom tdk, Lang? ” Bisik Nina sembari mengeluskan konti saya ke bibir mekinya.
Tanpa ada ngejawab, saya segera ambillah
di tas kondom berwarna item yg saya simpen buat beberapa jagalah.
Lantaran sesuai sama kepribadian saya. Keliatan muka Nina seneng banget
demikian saya ngeluarin kondom. Di ambil kondom dari tangan saya sembari
mencium bibir saya. Sejurus lalu dirobek bungkus kondomnya serta
dipasangkan di konti saya dengan telaten.
Sesudah kepasang, Nina semakin siap buat
masukin konti saya ke mekinya. Saya hanya duduk sembari ngeliat apa yg
dia lakukan ke konti saya serta bagaimana muka dia setiap saat konti
saya nyentuh mekinya.
Mata yg merem melek, serta desahan pelan
cocok konti saya masuk sedikit untuk sedikit ke meki Nina. Mekinya
basah banget, namun merasa sempit, mungkin saja lantaran telah lama tdk
ada konti yg masukin.
Konti saya telah masuk seluruhnya ke
dalam meki Nina. Ke-2 tangan dia ngelingker di leher saya, serta tangan
saya megangin pinggul Nina sembari bantu tubuhnya naek turun diatas
pangkuan saya.
“Aaahhh, Elanggggg, aaahhhhh yess
aarrgghhh…. ” Hanya ini yg keluar dari mulut Nina yg keliatan nikmatin
banget konti saya di dalam mekinya.
Saya cobalah buat lebih konsentrasi
untuk sembari ngeremes serta ngisep puting payudara Nina yg daritadi
berayun naik turun. Cocok putingnya masuk ke mulut saya, automatis
kocokan Nina cuma dari panggulnya, tubuhnya dilewatkan diem agar gue
dapat senang nikmatin toketnya waktu dia lagi asyik nikmatin konti saya.
Nyaris 15 menit saya diposisi demikian,
saya gagasan buat ubah posisi. Saya tujukan Nina buat ubahan duduk serta
buka lebar kakinya. Saya taro ke-2 kakinya di pundak saya, serta tangan
saya yg telah siap ngeremes dua gunung cantik di dada Nina. Konti saya
masukin lagi pelan-pelan ke dalam meki Nina sembari tangan pelan-pelan
mulai remes payudara Nina.
Kesempatan ini desahan Nina semakin keras serta semakin meracau tdk terang.
“Arrggg, Elanggg, masukin selalu Langg, saya punya ahhh anda Langg arrrgggghhh” Teriak Nina demikian terlepas.
Saya juga genjot semakin cepet, sesekali saya kasih ciuman ke bibir Nina agar semakin romantis tetapi tetep penuh gairah.
“Elanggg, saya keluar Langg. Arrgggggg……… Anda kuat banget sih….. ”kata Nina dengan nada yg agak gak jelas
“Tahan sayang, saya juga ingin keluar…. ” Balas saya, sembari mempercepat lagi genjotan.
“Arrrggh sayang,, arrggghhh.. teruss aargggghh terussss…. ”
“Tahan sayang, saya juga ingin keluar…. ” Balas saya, sembari mempercepat lagi genjotan.
“Arrrggh sayang,, arrggghhh.. teruss aargggghh terussss…. ”
Saya rasakan tekanan yg sangatlah kuat
dari konti saya, telah tdk dapat ditahan lantaran remasan kenceng dari
meki Nina buat konti saya semakin tdk kuat buat berlama-lama serta,
“Aarggggggggggghhh saya keluarr arrrgghhh… ” Jerit Nina bersamaan dengan muncratnya pejuh dari konti saya.
Saya juga sedikit untuk sedikit memelankan genjotan konti saya, sampai saya keluarin konti dari dalam meki Nina.
Cocok saya berdiri mendadak Nina
megangin konti saya, dilepasnya kondom yg kepasang serta dimasukannya
lagi konti saya ke mulutnya. Kesempatan ini saya ngerasa geli bukanlah
kepalang, namun juga enak sewaktu yg berbarengan.
Rupanya Nina dengan bekas birahi yg ada bersihkan konti saya dari bekas sperma yg ada. Matanya yg melirik sesekali berupaya menangkap ekspresi muka saya cocok pacar ngehisap setelah konti saya sampai bersih dari pejuh.
Rupanya Nina dengan bekas birahi yg ada bersihkan konti saya dari bekas sperma yg ada. Matanya yg melirik sesekali berupaya menangkap ekspresi muka saya cocok pacar ngehisap setelah konti saya sampai bersih dari pejuh.
“Enak banget deh mempunyai anda, Lang… kuat banget lagi… ” kata Nina sembari selalu mengocok konti saya.
“Punya anda juga kuat juga, Nin… ” Balas saya sembari menundukan tubuh serta mencium bibir mungilnya.
“Nanti saya ingin lagi ya…. ” Kata Nina manja sembari meremas konti saya.
“Punya anda juga kuat juga, Nin… ” Balas saya sembari menundukan tubuh serta mencium bibir mungilnya.
“Nanti saya ingin lagi ya…. ” Kata Nina manja sembari meremas konti saya.
Kemudian, kami teruskan mandi berdua
serta mengulangi aktivitas yg sama di kamar mandi serta di kamar tidur
Nina hingga tengah malam mendekati. Nina memaksa saya untuk nginep di
tempat tinggalnya yg nyatanya memanglah cuma terisi dianya hingga
sebagian minggu ke depan lantaran orang tuanya yg bertandang ke tempat
tinggal kerabat diluar kota.
Sejak peristiwa ini, saya serta Nina
resmi pacaran. Nina yg tampak lugu nyatanya penggemar seks sama seperti
seperti saya. Saya bersukur dapat dapet pacar seperti Nina
No comments:
Post a Comment