Bandar Bola - Cerita Sex: Sales Motor Cantik
Bandar Bola - Venombet.com - Siang yang cukup terik saat itu
mendadang gelap dengan sedikit gemuruh petir di langit.
Agen Royal Keno - Seperti yang
sudah diperkirakan, tidak berapa lama hujan deras pun turun. Aku yang
masih berkendara diatas motor menuju rumah pun bergegas mencari tempat
berteduh. Hujan pun semakin lebat, untungnya tidak jauh dari sana
terdapat dealer motor kecil yang bisa digunakan untuk berteduh.
Segera aku parkirkan motorku di depan Bandar Judi Bola
dealer dan menunggu hujan reda. Di dealer motor yang ukurannya tidak
terlalu besar itu, hanya terdapat 1 orang sales, wanita, masih muda dan
cantik. Ia memberikan senyum manis saat aku tidak sengaja melihat-lihat
ke dalam dealer. Tidak lama, wanita tersebut keluar dengan membawa
bangku kecil dari plastik berwarna merah lalu memberikannya kepadaku.
“Ini mas duduk dulu sambil nunggu hujanya reda. Daripada pegal berdiri terus…” Ujarnya sambil memberikan bangku.
“Eh, gak usah mbak, gapapa kok. Duh, jadi ngerepotin…” Balas ku tak enak hati.
“Eh, gak usah mbak, gapapa kok. Duh, jadi ngerepotin…” Balas ku tak enak hati.
Wanita tersebut hanya tersenyum,
“Gapapa mas, itung-itung saya ada
temennya. Dari pagi sendirian soalnya.” Dari percakapan singkat
tersebut, aku pun memberanikan diri untuk berkenalan.
Gadis muda cantik yang sendiri dari pagi
di dealer motor kecil itu bernama Niken. Hampir satu jam kami ngobrol
hingga hujan pun berhenti. Sebelum pulang, aku meminta kartu namanya.
Sesampainya di rumah, aku pun melanjutkan obrolan dengan Niken melalui
pesan singkat BBM. Meski baru bertemu dan belum lama kenal, tapi aku
sudah nyambung untuk ngobrol banyak dengan Niken. Ditambah responnya
yang baik untuk setiap pertanyaanku membuatku betah berlama-lama
mengobrol dengan Niken.
Kedekatanku dengan Niken yang hanya
sebatas BBM-an pun semakin intens. Aku pun memberanikan untuk
mengajaknya bertemu sekedar makan malam atau ngobrol-ngobrol lagi
seperti pertama aku bertemu dengannya di dealer motor tersebut. Niken
pun menyetujui permintaanku dengan syarat harus mau menunggunya pulang
kerja yaitu sekitar pukul 7 malam. Aku menyanggupi permintaannya dan
berjanji akan menjemputnya di tempat kerjanya begitu ia selesai kerja.
Hari yang sudah dijanjikan pun tiba, aku yang baru saja selesai
bersiap-siap dikosan sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Niken.
Segera ku naikan motor bebekku dan
meluncur menuju tempat Niken bekerja. Begitu sampai disana, kulihat
Niken sedang duduk manis ditempat aku numpang berteduh waktu itu,
ditemani salah satu temannya yang juga sedang menunggu dijemput.
Melihatku yang sudah tiba, Niken langsung beranjak sambil berpamitan dan
menghampiriku.
“Hai, kirain gak jadi jalannya hehehe…”
“Jadi dong, tadi lama karena isi bensin dulu heheh, maaf ya jadi menunggu lama…” Ucapku.
“Ah enggak kok, aku juga baru selesai kerjanya.” Ujar Niken sambil naik ke motorku.
“Jadi dong, tadi lama karena isi bensin dulu heheh, maaf ya jadi menunggu lama…” Ucapku.
“Ah enggak kok, aku juga baru selesai kerjanya.” Ujar Niken sambil naik ke motorku.
Kami berdua pun meluncur ke salah satu
Mall yang ada dikota kami untuk mencari tempat makan. Jaraknya tidak
terlalu jauh dari kantor Niken tersebut. Sesampainya disana kami
langsung menuju restoran yang sudah kami tentukan dan memesan makanan.
Obrolan dengan Niken tetap menyenangkan seperti pertama kali kita
bertemu. Aku tidak bosan-bosannya mendengarkan cerita Niken tentang
teman, atau pekerjaannya. Aku sendiri tidak banyak berbicara karena aku
memang tipe orang yang pendiam.
Tidak terasa waktu sudah menunjukan
pukul 9 malam. Niken pun mengajakku pulang karena hari sudah malam. Aku
mengiyakan dan segera menuju ke tempat parkir. Aku pun mengantarkan
Niken pulang ke rumahnya yang sebetulnya tidak terlalu jauh dari letak
kosanku. Rumah Niken yang kecil dan asri terlihat sepi, sesampainya di
depan pagar rumah, Niken memintaku untuk singgah sebentar sekedar
menghilangkan letih karena sudah mau mengantarkannya pulang. Aku
menyetujuinya dan masuk ke dalam rumahnya.
“Silakan duduk, Mas. Anggap saja rumah
sendiri ya…” Ujar Niken sambil memersilakan aku duduk di sofa yang ada
di ruang tamu rumahnya.
“Sebentar aku ganti baju dulu ya, Mas…” Aku memerhatikan Niken dari belakang.
“Sebentar aku ganti baju dulu ya, Mas…” Aku memerhatikan Niken dari belakang.
Pantatnya yang cukup besar tercetak
dengan jelas dibalik celana kerjanya yang berwarna hitam. Belum lagi
kemeja putih lengan pendek cukup ketat yang digunakannya membuat
tubuhnya terlihat semakin seksi dan akupun mulai berpikiran kotor untuk
bisa menikmati tubuh Niken. Entah setan apa yang merasuki diriku, aku
pun mengikuti Niken yang sedang berganti baju di kamar.
Pintu kamarnya tidak tertutup dengan
rapat sehingga aku bisa membukanya tanpa bersuara. Kulihat Niken sedang
mencari pakaian di lemari dengan posisi memunggungiku. Aku pun
mendekatinya dan memeluk Niken dari belakang. Niken pun kaget dan sempat
berteriak, namun teriakannya tidak lama karena ia melihat aku lah yang
memeluknya dari belakang. Dengan cepat aku remas payudara Niken yang
cukup besar dengan posisi memeluk dari belakang, sambil mulutku
mengincar leher Niken yang cukup jenjang.
“Uhhhh, Masss! Jangan massssss, jangannnn….” Desah Niken menerima perlakuanku.
Anehnya tidak ada banyak perlawanan dari
Niken, hanya rintihan dan desahan yang justru membuat aku semakin
bernafsu. Aku semakin berani dengan memasukan tanganku ke dalam pakaian
Niken. Ku angkat bra Niken agar remasan ku di payudaranya semakin mudah.
Niken merintih semakin jadi, rangsangan dariku sepertinya berpengaruh
banyak pada libido Niken yang terlihat dari nafasnya yang semakin berat.
“Uhhh, Masss…..” Aku yang sudah
terangsang daritadi pun mengangkat pakaian Niken dan membalikan
posisinya agar menghadap ke arahku.
Segera ku lumat bibir tipisnya yang
merah sambil menjulurkan lidahku masuk ke dalam mulutku. Dengan penuh
nafsu, Niken membalas ciumanku dan mengigit gigit lidahku sesekali.
Nafasnya terasa lebih berat diwajahku. Matanya terpejam menikmati ciuman
dan remasan tanganku di payudaranya. Masih dengan posisi berdiri, aku
pun menarik tangan Niken dan mengarahkannya ke celana ku. Batang
kemaluanku sudah cukup keras dan aku ingin Niken yang memuaskannya lebih
jauh. Niken pun mengerti apa yang aku mau.
Ia segera membuka celana ku dengan
bibirnya yang tak mau lepas dari bibirku. Celana ku terbuka, batang
kemaluanku yang sudah mengeras daritadi pun keluar dari tempat
persembunyiannya. Niken mengusap-usap perlahan dengan tangannya. Aku
merem melek karena keenakan. Kali ini aku gantian membuka celana Niken.
Ku masukan terlebih dahulu tanganku ke dalam celananya. Ku rasakan sudah
begitu basah lipatan vagina di balik celana dalamnya. Aku memainkan
vaginanya sedikit dengan jariku yang membuat Niken tampak kegelian,
menggelinjang namun menyukai apa yang aku lakukan.
“Masssss, di kasur dong Masss, jangan disinii…” Pinta Niken lirih.
Aku pun mengangguk sambil menarik Niken
ke ranjangnya yang tidak terlalu besar namun cukup untuk pergumulan kami
berdua. Aku yang berbaring terlebih dahulu pun memberikan isyarat
kepada Niken untuk menghisap batang kemaluanku. Niken hanya tersenyum
sambil meraih batang kemaluanku dan mengocoknya pelan. Dengan perlahan,
Niken memasukan batang kemaluanku ke dalam mulutnya dan menghisapnya
dengan kencang. Hal ini tentu membuatku merasa geli, namun nikmat yang
tidak bisa dibandingkan dengan apapun.
“Hhhhh, enak sayang, terus kayak gitu, hhhhh…” Erangku pelan.
Aku pun menikmati hisapan Niken dibatang
kemaluanku sambil meremas payudara Niken. Sekitar 10 menit Niken sibuk
menyantap kemaluanku dengan ganasnya. Kali ini giliran ku untuk
memuaskan Niken. Aku arahkan ia agar berbaring di kasur. Aku pun memulai
dengan menciumi ke dua payudaranya, putingnya yang sudah mengeras kini
semakin keras dan merekah. Aku menurunkan ciumanku ke perutnya yang
tampak rata. Secara perlahan, ciuman terus menurun sampai akhirnya tiba
di vaginanya yang sudah basah, merah dan merekah itu. Aku jilat bibir
vaginanya, ku mainkan klitorisnya dengan lidah. Niken pun menggelinjang
keenakan.
“Aaaaahhhhhhhhhhhhhhh, massssssss
enaaakkkk massss….” begitu desahnya saat aku memasukan ke dua jariku ke
dalam vagina Niken dengan lidah dan bibirku yang tidak ingin lepas dari
aroma vaginanya yang sungguh membuat birahi semakin meninggi.
Niken meremas dan menarik rambutku
dengan gemas karena kenikmatan yang ia rasakan. Sekitar 5 menit aku
memberikan pelayanan terbaikku di vagina Niken, ia menekan kepalaku agar
semakin dalam di vaginanya dan berteriak keras.
“AAAARGGGGGGHHHH, AKU KELUAR ARGGHH
MASSSSS!” Terasa beberapa semprotan cairan kenikmatan dari vagina Niken
menyembur keluar dan langsung ku lahap sambil habis.
Terlihat Niken sudah penuh keringat
dengan mulut terbuka untuk mencari nafas dan berusaha menikmati momen
terbaik yang baru saja ia rasakan. Aku yang masih dilanda birahi tinggi
pun segera naik ke atas Niken dan bermaksud untuk menggenjot vagina
Niken dengan batang kemaluanku yang semakin keras ini.
“Mas, ada kondom gak?” Tanya Niken
lirih. Aku terdiam sambil mengingat-ingat kondom yang biasa aku bawa dan
aku simpan di dompet.
Aku pun bangun dari ranjang dan meraih
celana ku yang tergeletak di lantai. Ku cari dompetku yang ada di saku
belakang. Untungnya dua buah kondom masih tersimpan dengan baik, aku cek
tanggal kadaluarsanya yang masih lama itu. Niken membubuhkan senyum
manisnya begitu aku memegang kondom. Segera ku buka kondom dengan
bungkus warna merah tersebut, ku keluarkan dan ku pasangkan dengan cepat
ke penisku. Birahi yang sudah makin tak tertahankan dengan segera
membuat penisku sudah berada didepan vagina Niken. Ku gesekkan perlahan
penisku yang berbalut kondom tipis tersebut sehingga Niken menggelinjang
menahan nikmat.
“Masssss, masukin massss….” Desah Niken
yang awalnya ku kira akan menolak persetubuhan ini, namun sebaliknya, ia
yang terlihat paling menikmatinya.
Perlahan aku masukan penisku ke dalam
vagina Niken. Begitu masuk setengah, aku keluarkan lagi. Kemudian ku
masukan lagi pelan-pelan, sengaja aku lakukan seperti itu agar vagina
Niken semakin terangsang dan ia bisa orgasme lebih cepat. Ku genjot
perlahan vagina Niken. Penisku keluar masuk dengan irama pelan. Niken
tidak bersuara, hanya mulutnya yang terbuka dengan mata terpejam.
Sungguh pemandangan yang begitu sedap dipandang berlama-lama. Sepuluh
menit sudah ku genjot vagina Niken sambil sesekali ku hisap dan ku remas
payudaranya yang bergoyang seirama kocokan penisku. Niken mendesah,
erangannya menunjukan ia akan segera orgasme sebentar lagi.
“Uhhh, Massssss… Terus masssssss…
Aaaahhh, masss, Nikmat masssss…..” Desah Niken sambil melilitkan kakinya
di pinggangku agar penis ku tertancap semakin dalam di vaginanya.
Ku percepat genjotanku di vagina Niken,
kedutan yang dibuat vagina Niken semakin terasa dan menambah kenikmatan,
ditambah kondom yang tipis ini memberikan sensasi yang sungguh luar
biasa di penisku ini.
“Aaaaah, masss, aku mau keluar lagi, massss… Ahhhhh…” Aku pun semakin liar menggenjot Niken.
Meski begitu, aku belum merasakan ingin
mencapai klimaks. Aku kali ini hanya ingin mengejar Niken untuk orgasme
lagi yang ke dua kalinya.
“MASSS… AKU KELUAR AAAHHHH MASSSSSS…”
Niken meraih punggungku dan mendekapku begitu kencang seiring dengan
orgasmenya yang meledak ledak di dalam vaginanya.
Penisku terasa semakin terjepit oleh
vagina Niken yang berkedut keras. Sungguh nikmat tiada tara. Begitu
orgasmenya selesai, dekapan Niken pun melemas. Kini aku bisa bangun dan
melanjutkan pekerjaan ku untuk menggarap vagina Niken. Apalagi penisku
yang masih belum sampai ke puncaknya, membuatku ingin segera menikmati
vagina Niken yang sungguh luar biasa. Tanpa memedulikan Niken yang
terbaring lemas. Aku kembali mengocok penisku keluar masuk vagina Niken.
Niken tampak tak kuasa menahan birahiku yang sudah tinggi. Ia hanya
mengerang begitu vaginanya mendapat serangan yang sama dari penis yang
haus kenikmatan ini.
“Hhhhh, massss… uhhhhh….” hanya itu yang keluar dari mulut Niken saat penisku kembali tertancap di vaginanya.
Niken yang tadi lemas, terlihat kembali
bersemangan dan bernafsu mendapati penisku memenuhi vaginanya. Ku genjot
vagina Niken, kali ini dengan cepat dan aku berfokus pada nikmat yang
aku rasakan agar aku bisa segera orgasme. Dan benar saja, tidak sampai
lima menit aku keluar masukan penis ku dari vagina Niken, aku merasakan
ada dorongan yang luar biasa dari dalam penisku.
“Hhhh, aku mau keluar sebentar lagi, sayangggg…” bisikku pada Niken, masih sambil mengenjotnya.
Niken hanya menganggukan kepala. Aku semakin percepat genjotanku sampai…
“Aaaaargggg!!” dan crot crottt keluarlah semua sperma yang sudah tertahan lama di kantung kemihku.
Rupanya, begitu aku orgasme, Niken mengalami orgasme juga untuk yang ketiga kalinya.
“Aaargh, nikmat sekali sayang! Penis kamu nikmat sekaliiiii!” Teriak Niken begitu ia mencapai orgasmenya yang ketiga.
Setelah itu, aku pun berbaring di
samping Niken untuk merasakan sisa sisa kenikmatan dari pergumulan
barusan. Tubuh kami sudah sama- sama bercucuran keringat. Tidak lama
Niken tertidur pulas, mungkin karena kecapekan. Aku pun merapihkan
pakaian dan membersihkan diri lalu segera pulang ke kosan meski waktu
sudah menunjukan pukul 2 malam.
Meski pengalaman sex kami berdua begitu
nikmat, tapi setelah kejadian itu Niken tidak membalas pesan dan telepon
ku lagi. Bahkan waktu aku mendatangi kantornya, temannya berkata bahwa
Niken sudah pindah dan tidak lagi bekerja di tempat itu. Entah kemana
Niken pergi, terkadang aku merindukannya, merindukan berbicara
dengannya, juga tidur bersamanya.
No comments:
Post a Comment